Hidup kadang berisi
serangkaian kejutan. 12 bulan kebelakang banyak perjalanan yang aku lakukan.
Pergi ke Jogja, Bandung, Brebes, Solo (2x), Semarang (4), Kendal, Batang,
Tegal. Mungkin, jika stasiun kereta bisa bicara, ia akan mengatakan “ini anak
mau kemane lagi sii, kerjaannya ke stasiun mulukk”.
Perjalanan ini bukan sebab aku kaya dan ingin berfoya-foya. Jika kau menelisik kondisiku kau pun akan keheranan, bagaimana aku bisa melakukan perjalanan berulang-ulang. Tuhan, begitu baik memberiku banyak kejutan perjalanan, melakukan hal yang kugemari lebih dari yang kuminta dengan skenario yang aku sendiri tak menyangka. Membuatku menyadari dan mempercayai bahwa rejeki sudah ditakar dan tidak akan tertukar.
Dalam perjalanan yang kutempuh, aku melihat banyak luka yang perlu kusembuhkan. banyak waktu yang kuhabiskan untuk belajar tentang penerimaan dan ridho atas takdir yang Tuhan berikan untukku.
Ternyata penerimaan
menjadi pintu utama dalam memperkecil sebuah penderitaan, dengan begitu kita
akan lebih mudah mengenali sebuah bahagia. Seperti menerima diri kita sedang
merasakan sedih, mengakui bahwa kita terluka sebab suatu hal. Meski ketika kita
berusaha menyelami luka, kita akan bertemu ketidaknyamanan. Tapi, hal ini akan
memudahkan kita untuk merawat luka dengan cara yang benar.
Banyak dari kita ketika
terluka memaksakan diri untuk menghilangkan emosi yang sedang kita rasakan,
menekannya dalam-dalam sebab dalih ingin terlihat dewasa. Padahal menjadi dewasa
seharusnya juga memilliki kedewasaan emosional, dimana kita mampu meregulasi
emosi dengan sehat. Mengakui dan mengenali segala bentuk emosi, sebab emosi
yang hadir mereka hanya ingin dikenali dan teregulasi dengan baik.
Kedewasaan berarti
terus mengizinkan emosi kita tetap hidup dan membiarkan mereka memiliki ruang dengan
cara-cara yang baik untuk diri kita dan sekitar kita.
Ketika kita berhasil
mengakui dan menerima diri kita sedang terluka, lalu memberikan diri kita ruang
merasakan emosi yang hadir, setelahnya kita akan berusaha untuk sembuh dari
luka. Proses sembuh sendiri kadang tidak nyaman. Kita bisa saja melakukan
hal-hal yang kita gemari menjadi terasa kosong.
Menaiki kereta pergi ke
kota orang, membeli buku, bertemu teman, membeli jajan dan kopi, hal-hal yang
menyenangkan ini kadang terasa kosong. Ada perasaan hampa yang menyelimuti, aku
merasa kehidupanku berjalan begitu datar, tidak ada kemajuan. Ternyata aku
lupa, bahwa tubuhku sedang kelelahan sebab telah menopang banyak hal yang
sedang aku usahakan.
Biarkan diri merasakan hari-hari
yang datar, kekosongan itu, sebab ini pertanda kau akan segera pulih dengan
baik, tubuhmu hanya sedang berusaha mempersiapkan kembali untuk merasakan
hal-hal luar biasa di depan.
Semoga kita dapat hadir
sepenuhnya untuk diri sendiri dalam keadaan apapun, menerima segala takdir
dengan penerimaan paling lapang, dan menjadi dewasa yang memiliki kedewasaan
emosional.
Tenang, kita hanya sedang
bertumbuh bukan hancur lebur.