Senin, 07 Oktober 2024

Penerimaan Adalah Pintu Utama Proses Pulih

 

Hidup kadang berisi serangkaian kejutan. 12 bulan kebelakang banyak perjalanan yang aku lakukan. Pergi ke Jogja, Bandung, Brebes, Solo (2x), Semarang (4), Kendal, Batang, Tegal. Mungkin, jika stasiun kereta bisa bicara, ia akan mengatakan “ini anak mau kemane lagi sii, kerjaannya ke stasiun mulukk”.

Perjalanan ini bukan sebab aku kaya dan ingin berfoya-foya. Jika kau menelisik kondisiku kau pun akan keheranan, bagaimana aku bisa melakukan perjalanan berulang-ulang. Tuhan, begitu baik memberiku banyak kejutan perjalanan, melakukan hal yang kugemari lebih dari yang kuminta dengan skenario yang aku sendiri tak menyangka. Membuatku menyadari  dan mempercayai bahwa rejeki sudah ditakar dan tidak akan tertukar.

Dalam perjalanan yang kutempuh, aku melihat banyak luka yang perlu kusembuhkan. banyak waktu yang kuhabiskan untuk belajar tentang penerimaan dan ridho atas takdir yang Tuhan berikan untukku.

Ternyata penerimaan menjadi pintu utama dalam memperkecil sebuah penderitaan, dengan begitu kita akan lebih mudah mengenali sebuah bahagia. Seperti menerima diri kita sedang merasakan sedih, mengakui bahwa kita terluka sebab suatu hal. Meski ketika kita berusaha menyelami luka, kita akan bertemu ketidaknyamanan. Tapi, hal ini akan memudahkan kita untuk merawat luka dengan cara yang benar.

Banyak dari kita ketika terluka memaksakan diri untuk menghilangkan emosi yang sedang kita rasakan, menekannya dalam-dalam sebab dalih ingin terlihat dewasa. Padahal menjadi dewasa seharusnya juga memilliki kedewasaan emosional, dimana kita mampu meregulasi emosi dengan sehat. Mengakui dan mengenali segala bentuk emosi, sebab emosi yang hadir mereka hanya ingin dikenali dan teregulasi dengan baik.

Kedewasaan berarti terus mengizinkan emosi kita tetap hidup dan membiarkan mereka memiliki ruang dengan cara-cara yang baik untuk diri kita dan sekitar kita.

Ketika kita berhasil mengakui dan menerima diri kita sedang terluka, lalu memberikan diri kita ruang merasakan emosi yang hadir, setelahnya kita akan berusaha untuk sembuh dari luka. Proses sembuh sendiri kadang tidak nyaman. Kita bisa saja melakukan hal-hal yang kita gemari menjadi terasa kosong.

Menaiki kereta pergi ke kota orang, membeli buku, bertemu teman, membeli jajan dan kopi, hal-hal yang menyenangkan ini kadang terasa kosong. Ada perasaan hampa yang menyelimuti, aku merasa kehidupanku berjalan begitu datar, tidak ada kemajuan. Ternyata aku lupa, bahwa tubuhku sedang kelelahan sebab telah menopang banyak hal yang sedang aku usahakan.

Biarkan diri merasakan hari-hari yang datar, kekosongan itu, sebab ini pertanda kau akan segera pulih dengan baik, tubuhmu hanya sedang berusaha mempersiapkan kembali untuk merasakan hal-hal luar biasa di depan.  

Semoga kita dapat hadir sepenuhnya untuk diri sendiri dalam keadaan apapun, menerima segala takdir dengan penerimaan paling lapang, dan menjadi dewasa yang memiliki kedewasaan emosional.

Tenang, kita hanya sedang bertumbuh bukan hancur lebur.

Tulisan lainnya

Musim Rindu dipelantaran Juni

  Hai Jun~ Ini aku gadis bulan hujan Desember. Senang menyambut hujan dibulan Juni. Setelah mengenal pak Sapardi, aku sempat ingin menjadi...