Selasa, 02 Juli 2024

Selamat Telah Menggenap

 

Setelah sekian purnama tidak berjumpa, kau datang lagi ke rumah dengan secarik kertas ditanganmu. Namamu dan perempuanmu tertulis jelas di sana. Aku langsung bisa menebak, sebuah undangan pernikahanmu. Sebenarnya aku sudah mendengar kabar kau telah menikahi perempuanmu, tapi tetap saja aku kaget mengetahui kau langsung datang ke rumah untuk mengantarkan undanganmu sendiri kepadaku.

Aku melihat kau mematung di depan pintu dengan pandangan kosong ke ujung kakimu. Aku melangkahkan kaki memperpendek jarak diantara kita dengan melemparkan senyum termanis yang kupunya tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun. Dengan gelagat tubuhmu yang begitu canggung kau terlihat diam sejenak, kau hanya memandangku tanpa kata, tanpa senyum selama beberapa saat. Mungkin kau bingung bagaimana menyampaikannya kepadaku. Lalu kau menyodorkan undangan dengan senyum yang begitu kaku dan masih dengan mulut yang membisu.

“selamat yaa,” dengan senyum dan nada yang riang aku menyambut undanganmu. Hanya kata ini yang mampu keluar dari mulutku.

“iya makasih” lagi-lagi kita terjebak dalam hening.

“aku sudah menikah.... dan ini undangan tasyakuran pernikahanku, nanti datang ya” pintamu

“tidak janji yaa” kataku

---

Akh, akhirnya kau menikah terlebih dahulu dibanding diriku. Akhirnya kau menjadi lelaki yang tidak lagi peragu. Dengan ini, aku resmi berhenti menjadi halte pemberhentianmu lagi bukan?

Kau ingat? sejak dulu aku selalu sendiri tanpa menjalin hubungan dengan siapapun. Di saat kau bolak balik menjalin hubungan dengan banyak perempuan. Ketika kau sedang menjalin hubungan dengan perempuan lain, kau akan melupakanku tapi ketika kau selesai dengan perempuan itu kau kembali padaku. 8 tahun, waktu yang cukup lama dijadikan halte pemberhentian. Asal kau tahu...

Kau tahu kenapa kita tak menyatu? Sebab kau peragu, sedang aku harus begitu teryakinkan. Atau sebenarnya kita terlalu takut dengan kemungkinan harus kehilangan sepenuhnya jika kita memilih egois untuk bersatu saat itu. Seperti, jika saat itu kita memilih menyatu dan berakhir bertengkar lalu kita putus, kita tidak siap untuk menjadi asing satu dengan lain, sebab itu kita memilih menjadi dua manusia yang peragu. Entahlah~

Apapun hubungan kita saat itu, aku tak peduli. Saat ini, Aku turut berbahagia atas mengenapnya dirimu. Ini sungguh, bukan bualan. Semoga kau lebih sering dipeluk kebahagiaan dan ketenangan dibanding kepedihan, dikuatkan dalam segala ujian pernikahan. Menjadi sepasang yang tidak hanya di dunia tapi juga di surga. Semoga mendapat peran bapak diwaktu yang tepat yaa. Cepat atau lama semoga tidak mengurangi kebahagiaan keluarga kecilmu. Kan kau paham, Tuhan akan memberi ketika kita telah siapp untuk memilikinya dan diwaktu yang tepat pula. Jadi tidak ada yang namanya terlambat, jangan terlalu sering mengukur dirimu dengan jam tangan orang lain.

Sekali lagi, selamat atas pernikahanmu dan maaf aku tidak bisa hadir tapi aku ikut merayakan dengan doa paling riuh saat itu.


Dari Temanmu yang bernama Indah Puji Lestari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulisan lainnya

Musim Rindu dipelantaran Juni

  Hai Jun~ Ini aku gadis bulan hujan Desember. Senang menyambut hujan dibulan Juni. Setelah mengenal pak Sapardi, aku sempat ingin menjadi...