Suatu hari saat aku
terbangun dari tidurku dan ingin pergi ke kamar mandi, aku pernah mendapati
bapakku duduk di pintu samping rumah seorang diri, saat itu pukul 11.30 malam,
seingatku.
Dari belakang nampak
punggungnya terlihat begitu layu membungkuk, pandangannya dilempar keluar
dengan ratap diam yang keras. Yang kutahu, saat itu pasti kepalanya begitu
berisik, jadi tak berani aku mengusik. Sebab yang kutahu, ia butuh waktu untuk
segala yang berkecamuk di dada tanpa ditanya.
Setelah masuk kembali ke kamar, aku menjadi tak bisa tidur membayangkan betapa beban yang dipikulnya tak main-main. Tak pernah aku melihatnya menanggis dan mengeluh barang secuil. Dipendamnya seorang diri segala lebam-lebam kehidupan. Entah pada siapa ia merenggek tentang kehidupan yang begitu keji.
Sebagai anak, kurasa
aku tidak mengerti apa-apa tentangmu. Saat menulis ini aku bertanya-tanya
tentang hobimu, mimpimu. Aku menyadari duniamu terlalu membosankan dan sepi,
kau tak memiliki rutinitas apapun selain mendengar berita, mengurusi toko,
menonton pertandingan bola di televisi. Tak ada satupun aktivitas yang
menyenangkan, kau tak memiliki klub bola favorit, yang jika menang akan membuat
sauasana hatimu senang. Tak ada peliharaan apapun entah burung, kucing, atau
apapun itu yang bisa mengusir rasa bosan dan sepimu. Maafkan aku pak, sebab
baru memahami hidupmu begitu berat.
Pak, jika kau
mengkhawatirkan apakah kau sudah berperan sebagai seorang bapak dan kepala
rumah tangga yang baik. Maka jawabku “sudah”. Tak apa jika pernah melakukan kesalahan.
Toh ini kehidupan pertamamu. Aku paham bahwa menjadi kepala rumahtangga, dan
ayah yang baik tidak ada buku panduannya. Tapi lihat? kau hebat terimakasih
sudah berusaha mengidupi keluargamu ini. Menelantarkan mimpi yang kau punya
untuk mendahulukan keluargamu ini. Terimakasih sudah menjadi bapak untukku.
Pak, terimakasih tak pernah
menuntutku perihal apapun selain sholat dan menjaga aurat. Maaf jika mimpi-mimpiku
ternyata membunuh mimpimu. kau tahu pak? temanku pernah bilang, katanya ketika
nanti aku telah menikah aku akan merasakan rindu denganmu, akan menyesali sebab
jarang bercerita denganmu. Jadi Pak, mari saling bertukar cerita lebih banyak
lagi. Aku usahakan menjadi anak yang berbakti itu. Aku usahakan memaksimalkan
peranku sebagai anak dengan baik. Maaf belum ada yang bisa dibanggakan dari
diriku.
Peluk hangat,
Putrimu