Selasa, 06 Agustus 2024

Cahaya Rembulan Untuk Bapak

Suatu hari saat aku terbangun dari tidurku dan ingin pergi ke kamar mandi, aku pernah mendapati bapakku duduk di pintu samping rumah seorang diri, saat itu pukul 11.30 malam, seingatku.

Dari belakang nampak punggungnya terlihat begitu layu membungkuk, pandangannya dilempar keluar dengan ratap diam yang keras. Yang kutahu, saat itu pasti kepalanya begitu berisik, jadi tak berani aku mengusik. Sebab yang kutahu, ia butuh waktu untuk segala yang berkecamuk di dada tanpa ditanya.

Setelah masuk kembali ke kamar, aku menjadi tak bisa tidur membayangkan betapa beban yang dipikulnya tak main-main. Tak pernah aku melihatnya menanggis dan mengeluh barang secuil. Dipendamnya seorang diri segala lebam-lebam kehidupan. Entah pada siapa ia merenggek tentang kehidupan yang begitu keji. 

Sebagai anak, kurasa aku tidak mengerti apa-apa tentangmu. Saat menulis ini aku bertanya-tanya tentang hobimu, mimpimu. Aku menyadari duniamu terlalu membosankan dan sepi, kau tak memiliki rutinitas apapun selain mendengar berita, mengurusi toko, menonton pertandingan bola di televisi. Tak ada satupun aktivitas yang menyenangkan, kau tak memiliki klub bola favorit, yang jika menang akan membuat sauasana hatimu senang. Tak ada peliharaan apapun entah burung, kucing, atau apapun itu yang bisa mengusir rasa bosan dan sepimu. Maafkan aku pak, sebab baru memahami hidupmu begitu berat.

Pak, jika kau mengkhawatirkan apakah kau sudah berperan sebagai seorang bapak dan kepala rumah tangga yang baik. Maka jawabku “sudah”. Tak apa jika pernah melakukan kesalahan. Toh ini kehidupan pertamamu. Aku paham bahwa menjadi kepala rumahtangga, dan ayah yang baik tidak ada buku panduannya. Tapi lihat? kau hebat terimakasih sudah berusaha mengidupi keluargamu ini. Menelantarkan mimpi yang kau punya untuk mendahulukan keluargamu ini. Terimakasih sudah menjadi bapak untukku.

Pak, terimakasih tak pernah menuntutku perihal apapun selain sholat dan menjaga aurat. Maaf jika mimpi-mimpiku ternyata membunuh mimpimu. kau tahu pak? temanku pernah bilang, katanya ketika nanti aku telah menikah aku akan merasakan rindu denganmu, akan menyesali sebab jarang bercerita denganmu. Jadi Pak, mari saling bertukar cerita lebih banyak lagi. Aku usahakan menjadi anak yang berbakti itu. Aku usahakan memaksimalkan peranku sebagai anak dengan baik. Maaf belum ada yang bisa dibanggakan dari diriku.

 Pak, meski baktiku belum seberapa aku harap jika harimu berat dan gelap aku bisa menjadi cahaya rembulan untuk duniamu. 

Peluk hangat,

 

Putrimu

Tulisan lainnya

Musim Rindu dipelantaran Juni

  Hai Jun~ Ini aku gadis bulan hujan Desember. Senang menyambut hujan dibulan Juni. Setelah mengenal pak Sapardi, aku sempat ingin menjadi...