Rabu, 03 April 2024

Berbahagialah, Sebab Aku Pun Sedang.

 

Ketika di kepalamu masih tertanam kata “mencari kebahagiaan” maka selamat perjalananmu masih panjang untuk sampai muara bahagia.  Bahagia itu persoalan mau dan mampunya kita untuk menikmati setiap perjalanan takdir yang sedang terjadi. Kebahagiaan bukan dicari tapi dikenali, sebab bahagia adalah perasaan itu sendiri dengan penerimaan paling lapang dalam wujud yang banyak rupa.

Bahagia itu amat sangat dekat tapi terkadang pandangan kita saja yang terlampau jauh. Tanpa sadar kita membuat tolak ukur dan berbagai syarat untuk bisa merasa bahagia. Seperti, aku akan bisa bahagia ketika sudah punya tabungan seratus juta misalnya, atau aku akan bisa bahagia ketika sudah memiliki barang mewah. Dan lagi, aku akan bisa bahagia ketika memiliki pekerjaan dengan gaji sekian dan masih banyak hal lainnya yang kita patok untuk membuat kita layak bahagia. 

Lantas, jika patokan dan syarat yang kita buat agar bisa membuat kita layak merasa bahagia itu belum juga tercapai, apa itu berarti kita tidak layak merasa bahagia? Apa itu berarti kita harus terus terukung dalam murung? Padahal bahagia itu sederhana dan kita layak untuk bahagia dengan apapun kondisi kita dan siapa diri kita.

Berbicara bahagia, aku ingat tentang sebuah kelas intensif dari syamelaa series yang aku ikuti selama 30 hari berturut-turut di bulan Februari lalu. Salah satu episodenya bertema “Berbahagialah karena Allah ingin melihatmu bahagia”. Dalam episode itu yang masih aku ingat bahwa setiap orang berhak untuk bahagia dan Allah yang menginginkan kita bahagia. Maka dari itu kita perlu mengusahakan untuk berbahagia dengan bersungguh-sungguh dengan cara yang di ridhoi oleh Allah. bahkan usaha kita untuk merasa bahagia akan menghasilkan pahala dan mendapat ridho Allah, dalam catatan usaha kita dalam aturan Allah.

Sesederhana senyuman yang menenangkan yang kita berikan untuk keluarga, itu akan memberikan kebaikan untuk kehidupan kita dan menghasilkan pahala dari Allah. Lalu apa yang membuatmu masih terkurung dalam murung?

Bukankah kita sangat disayang Allah? bukankah Allah menciptakan kita dengan penciptaan sempurna dan memberikan takdir yang terbaik untuk setiap hambanya? bukankah rejeki kita telah diatur dan Allah tidak pernah ingkar dengan janjinya? lalu kenapa kau begitu khawatir tentang masa depan dan memperumit bahagiamu sendiri dengan membuat tolak ukur atau membandingkan pencapaianmu dengan manusia lain yang hanya membuatmu semakin kesulitan merasa bahagia?

Dan bukankah Allah selalu membersamai kita dalam apapun kondisi kita? lantas kenapa kamu masih merasa sendiri? Tidak sadarkah kau begitu disayangi Allah? kenapa kau terlalu mengejar dan mencari kasih sayang manusia yang jelas ketika kau menautkan kebahagiaanmu pada manusia maka hasilnya sudah bisa ditebak yaitu kecewa.

Bangun kebahagiaanmu sendiri jangan menautkan bahagiamu pada sesuatu yang semu yang hanya menghasilkan kecewa di kemudian hari. kalau kau ingin bunga, maka beli atau tanamlah, bukan malah berharap ada seseorang yang datang memberimu bunga.

Kalaupun ada yang mengomentari, menyentilmu dengan hal-hal yang membuatmu merasa rendah diri, belajarlah untuk mengetahui mana yang ada dalam kendalimu dan mana yang diluar kendalimu. Fokus pada apa-apa yang ada dalam kendalimu dan tenanglah, sebab hanya ketenangan yang mampu membuatmu terlihat anggun nan elegan. Tenanglah, sebab Allah yang paling menyayangimu selalu bersamamu dan Allah tak pernah ingkar dengan janji-janjinyanya.

Bicara bahagia, kabarmu bagaimana? Semoga selalu dalam penjagaan Tuhan dan hatimu selalu penuh dengan apa-apa pemberianNya. Dengan hati yang tulus, berbahagialah, sebab aku pun sedang~

 

Dari perempuan yang jatuh hati kepada TakdirNya 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulisan lainnya

Musim Rindu dipelantaran Juni

  Hai Jun~ Ini aku gadis bulan hujan Desember. Senang menyambut hujan dibulan Juni. Setelah mengenal pak Sapardi, aku sempat ingin menjadi...