Ketika di kepalamu
masih tertanam kata “mencari kebahagiaan” maka selamat perjalananmu masih
panjang untuk sampai muara bahagia.
Bahagia itu persoalan mau dan mampunya kita untuk menikmati setiap
perjalanan takdir yang sedang terjadi. Kebahagiaan bukan dicari tapi dikenali, sebab bahagia adalah perasaan itu sendiri dengan penerimaan paling lapang dalam
wujud yang banyak rupa.
Bahagia itu amat sangat
dekat tapi terkadang pandangan kita saja yang terlampau jauh. Tanpa sadar kita
membuat tolak ukur dan berbagai syarat untuk bisa merasa bahagia. Seperti, aku
akan bisa bahagia ketika sudah punya tabungan seratus juta misalnya, atau aku
akan bisa bahagia ketika sudah memiliki barang mewah. Dan lagi, aku akan bisa bahagia ketika
memiliki pekerjaan dengan gaji sekian dan masih banyak hal lainnya yang kita
patok untuk membuat kita layak bahagia.
Lantas, jika patokan
dan syarat yang kita buat agar bisa membuat kita layak merasa bahagia itu belum
juga tercapai, apa itu berarti kita tidak layak merasa bahagia? Apa itu berarti
kita harus terus terukung dalam murung? Padahal bahagia itu sederhana dan kita
layak untuk bahagia dengan apapun kondisi kita dan siapa diri kita.
Berbicara bahagia, aku ingat
tentang sebuah kelas intensif dari syamelaa series yang aku ikuti selama 30
hari berturut-turut di bulan Februari lalu. Salah satu episodenya bertema “Berbahagialah
karena Allah ingin melihatmu bahagia”. Dalam episode itu yang masih aku ingat
bahwa setiap orang berhak untuk bahagia dan Allah yang menginginkan kita
bahagia. Maka dari itu kita perlu mengusahakan untuk berbahagia dengan
bersungguh-sungguh dengan cara yang di ridhoi oleh Allah. bahkan usaha kita
untuk merasa bahagia akan menghasilkan pahala dan mendapat ridho Allah, dalam
catatan usaha kita dalam aturan Allah.
Sesederhana senyuman
yang menenangkan yang kita berikan untuk keluarga, itu akan memberikan kebaikan
untuk kehidupan kita dan menghasilkan pahala dari Allah. Lalu apa yang
membuatmu masih terkurung dalam murung?
Bukankah kita sangat disayang
Allah? bukankah Allah menciptakan kita dengan penciptaan sempurna dan
memberikan takdir yang terbaik untuk setiap hambanya? bukankah rejeki kita
telah diatur dan Allah tidak pernah ingkar dengan janjinya? lalu kenapa kau begitu
khawatir tentang masa depan dan memperumit bahagiamu sendiri dengan membuat tolak
ukur atau membandingkan pencapaianmu dengan manusia lain yang hanya membuatmu
semakin kesulitan merasa bahagia?
Dan bukankah Allah
selalu membersamai kita dalam apapun kondisi kita? lantas kenapa kamu masih
merasa sendiri? Tidak sadarkah kau begitu disayangi Allah? kenapa kau terlalu
mengejar dan mencari kasih sayang manusia yang jelas ketika kau menautkan
kebahagiaanmu pada manusia maka hasilnya sudah bisa ditebak yaitu kecewa.
Bangun kebahagiaanmu
sendiri jangan menautkan bahagiamu pada sesuatu yang semu yang hanya
menghasilkan kecewa di kemudian hari. kalau kau ingin bunga, maka beli atau
tanamlah, bukan malah berharap ada seseorang yang datang memberimu bunga.
Kalaupun ada yang
mengomentari, menyentilmu dengan hal-hal yang membuatmu merasa rendah diri, belajarlah
untuk mengetahui mana yang ada dalam kendalimu dan mana yang diluar kendalimu. Fokus
pada apa-apa yang ada dalam kendalimu dan tenanglah, sebab hanya ketenangan
yang mampu membuatmu terlihat anggun nan elegan. Tenanglah, sebab Allah yang
paling menyayangimu selalu bersamamu dan Allah tak pernah ingkar dengan janji-janjinyanya.
Bicara bahagia, kabarmu
bagaimana? Semoga selalu dalam penjagaan Tuhan dan hatimu selalu penuh dengan
apa-apa pemberianNya. Dengan hati yang tulus, berbahagialah, sebab aku pun
sedang~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar