Senin, 30 September 2024

Agustus Yang Berakhir Dengan Menitipkan Setumpuk Tanggungjawab

 

Hai, apa kabar?. Aku tebak, pasti kau akan menjawab “kabarku baik”. Apa kau tahu? Kadang, Kau boleh menjawab selain “kabarku baik-baik saja”. kau boleh mengerutu, kau boleh mengeluh, kau boleh meminta tolong, kau bebas mengatakan “hatiku hancur, kepercayaan diriku jatuh, tidurku berantakan, semuanya terasa melelahkan, aku sedang kesulitan. Jadi bisakah kau pinjamkan tanganmu untuk mengelus kepalaku dan mengatakan bahwa aku telah melakukan yang terbaik? ”

Bagaimana? Apa kau siap berbagi kegelisahanmu denganku? Jika kau masih ragu, biarkan aku yang memulai terlebih dahulu. Ini tentang Agustus yang berakhir dengan menitipkan setumpuk tanggungjawab yang bertengker dipundak. Membuat kakiku gemetar hebat dengan segenggam antusias. Akhir Agustus hingga pertengahan September, tepat selama 14 hari, aku mengambil alih roda ekonomi keluarga, merawat rumah dan mengurus diri sendiri beserta 2 manusia yang belum dewasa.

Tanggal 28 Agustus Alhamdulillah orangtuaku melaksanakan ibadah Umroh, awalnya mereka ingin membawaku, saat itu aku kegirangan menyambut kabar baik ini. Tapi kakak pertamaku protes terhadap kabar yang ia dapat. Ia bilang ia pun harus ikut jika aku ikut. Karena gagal membujuk kakakku untuk merelakan hanya aku yang ikut, orangtuaku menjadi membujuk diriku agar memahami batalnya kepergianku. Sedih, kecewa, amarah sempat memelukku begitu erat. Tapi, entah bagaimana hatiku mendadak luluh dan tenang.

Gagalnya kepergianku, bapak dan ibuku menitipkan toko sembako dan kontrakan kepadaku, maklum aku ditinggal ketika akhir bulan, itu artinya aku menghadapi awal bulan seorang sendiri. Menerima uang kontrakan dan juga membuka toko sembako di awal bulan akan banyak menerima pemasukan dari para langganan yang melakukan bon di toko. Awalnya aku sempat ragu, apa aku bisa memutar uang di toko saat orangtuaku pergi. Memang benar sejak SD aku sudah bergelut di toko, tapi hanya sebatas membantu pelayanan dan penataan barang, tidak ikut campur dalam pengadaan dan pemutaran uang. Kau tahu? entah bagaimana aku sedikit antusias dengan tanggungjawab yang dititipkan meski kakiku gemetaran.

Aku tidak hanya mengurusi toko, tapi juga rumah dan makhluk yang hidup di rumahku. Menyiapkan makan, membersihkan rumah, menyelesaikan pekerjaan rumah. Seperti sedang berperan menjadi seorang ibu yang memiliki 2 anak lelaki remaja. Ternyata tidak mudah berperan menjadi ibu rumahtangga sekaligus seorang pekerja. Beruntung adek-adekku sudah remaja, aku tidak bisa membayangkan betapa riwehnya jika mereka masih anak-anak. Dengan ini aku mengerti, kenapa jika ibu menyuruh kita, kita tidak boleh menolak bahkan menghembuskan nafas berat pun dilarang. Karena memang tidak mudah menjadi seorang ibu.

Kau tahu? Lucunya selama dua minggu aku jarang mengalami insomnia. Kurasa tubuhku sudah terlalu lelah untuk banyak berpikir. Selama dua minggu tubuhku dan kepalaku dilumat habis oleh kelelahan, meski begitu aku rasa aku menikmatinya. Sangat.

Di toko dan bertemu banyak orang dengan karakter yang beragam membuatku mengantongi berbagai cerita menyebalkan, menyenangkan, pun mengagumkan. Membuatku banyak belajar dan melatih kesabaranku dan ketenanganku dalam berinteraksi dengan orang. Dua minggu berlalu dengan cepat.

Semoga dengan ini, aku banyak menyadari segala juang orangtua dalam kehidupanku. lebih menghormati dan banyak bakti kepada mereka. Meski saat ini baktiku belum seberapa, semoga Tuhan masih memberikan banyak kesempatan untukku memaksimalkan peran sebagai seorang anak. Pak, Bu terimakasih sudah menjadi orangtuaku yang begitu baik. Sangat baik. Maaf jika aku terlambat menyadari bahwa ibu&bapak juga manusia biasa yang memiliki luka masalalunya. Yang tumbuh dengan hal-hal yang tidak ku ketahui. Maaf sempat menyalahkan ibu&bapak atas luka dan ketidakpercayaan yang kupunya. Padahal akunya saja  yang tidak dapat meregulasi emosi diri dengan baik.

Seharusnya aku paham lebih awal, meski kadang berselisih paham sebab berbeda pendapat, ibu&bapak hanya ingin aku bahagia. Dari dulu, hidupku tumbuh dengan mudah berkat fasilitas, doa, dan kerja keras ibu&bapak dalam membuat anaknya bahagia. Ibu bapak begitu hebat menjalani peran sebagai orangtua. Tapi anakmu ini, masih belum cukup baik berperan sebagai anak.

Bapak yang tidak menuntut apapun dariku, bapak hanya meminta untuk selalu menegakkan sholat dan membaca alquran. Ibu pun tidak  menuntutku apapun selain aku tumbuh dengan sehat dan menjaga adap.

Aku percaya hidupku baik-baik saja, sebab doa yang kalian langitkan. Meski terlambat, meski baktiku belum seberapa tapi aku usahakan tumbuh seperti nama pemberian ibu dan bapak. Tumbuh menjadi anak yang kehadiran meneduhkan mata dan jiwa dimanapun, dengan siapapun, kapanpun dan selama apapun.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulisan lainnya

Musim Rindu dipelantaran Juni

  Hai Jun~ Ini aku gadis bulan hujan Desember. Senang menyambut hujan dibulan Juni. Setelah mengenal pak Sapardi, aku sempat ingin menjadi...