Senin, 10 Agustus 2020

Sialnya Perempuan Yang Keliru Itu Aku

 

Seharusnya, aku tidak berprasangka baik terhadapnya.

Seharusnya, aku lebih percaya nalar dibanding kata hatiku. 

Seharusnya, aku tidak menyambutnya terlalu hangat kala itu.

Sekarang, aku mulai membenci kata seharusnya.

Berprasangka baik terhadapnya. Aku selalu keliru. Sialnya selama ini aku jatuh cinta sendirian. Lelaki yang ku hormati itu, tak pernah memandang ku sebagai perempuan. Beberapa hal semakin saya tahu, semakin saya tidak bahagia. Menemukan kabar bahwa dia sedang menjaga kepercayaan dengan perempuan lain- misalnya.

Benar, ini hanya perihal waktu. Tapi seberapa keras aku merajut kemungkinan-kemungkinan tentang kita. Muaranya tetap sama. Pada akhirnya memang bukan aku pilihannya. Pada akhirnya aku harus kembali belajar mengatur ritme. Pada akhirnya aku harus mengaku kalah.

Kini aku sedang sibuk membujuk Tuhan, agar segala tentangnya tak lagi terlibat. Baik tawa maupun tangisku. Sebab, dia yang ku kira kebahagiaan, nyatanya adalah luka yang sebenarnya. Dia yang kuanggap rumah paling nyaman, nyatanya adalah tempat tidak aman.

Aku hanya ingin pulih dengan baik. Mengakui bahwa ceritaku dengannya memang telah usai. Sebab menemukan aku yang jatuh cinta sendirian rasanya begitu menyedihkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulisan lainnya

Musim Rindu dipelantaran Juni

  Hai Jun~ Ini aku gadis bulan hujan Desember. Senang menyambut hujan dibulan Juni. Setelah mengenal pak Sapardi, aku sempat ingin menjadi...