Jumat, 09 Februari 2024

Aroma yang Menguar dari Dapur di Sabtu Pagi

Sekarang waktu menunjukkan pukul 7.30 WIB, aku baru saja terbangun dari tidur yang begitu nyenyak tanpa bermimpi dan tanpa terbangun di tengah malam. Entah kapan terakhir aku tidur seperti malam ini, aku lupa. Suasana pagi kali ini begitu sejuk. Dari jendela kamar, aku bisa melihat gerimis sedang jatuh sedikit deras. Aku menyukai posisi jendela kamarku, ketika malam, aku bisa melihat bulan dari kamarku tanpa harus keluar rumah. Dibalik jendela kamarku aku bisa melihat apapun yang disuguhkan langit, sungguh hal yang patut kusyukuri.

Seperti biasa, aku tidak langsung beranjak dari kasur ketika baru saja terbangun, aku akan tinggal di kasur sedikit lebih lama hanya untuk melamun atau membuka media sosial. Setelah mengumpulkan energi positif untuk beraktifitas, aku meninggalkan kasur dan berjalan kearah meja di pojok kamarku untuk meminum segelas air putih yang selalu kusiapkan sebelum tidur. Duduk di depan cermin mengambil sisir dan membenarkan rambutku sambil mengajak berbincang pantulan gadis dicermin.

Hari ini ia terlihat bersemangat, sebab pagi ini ia akan membuat cookies dengan bahan-bahan yang sudah ia siapkan tadi malam. membayangkan menyarap cookies buatanya dipadukan dengan kopi hitam panas dengan suasana pagi yang gerimis rasanya sudah membuat diri kegirangan.

Setelah membersihkan diri, aku pergi kedapur menyiapkan bahan-bahan yang akan kuolah menjadi cookies dengan sesekali melihat resep yang telah kusimpan di ponsel. Ruang dapur kupenuhi dengan alunan musik jazz agar aku tidak terlalu tegang dan lebih enjoy dalam menghabiskan waktu di dapur. Langkah demi langkah kulakukan seperti arahan di panduan resep dengan sesekali berdendang mengikuti musik yang diputar.

Setelah bahan-bahan telah kucampurkan dan telah menjadi adonan, aku membentuknya bulat-bulat dan diletakkan di atas loyang. Menyiapkan oven dengan memanaskannya sebentar lalu memasukkan loyang yang berisi adonan ke dalam oven, menunggu 20 menit dan cookiesku siap disajikan.

Ini kedua kalinya aku membuat kue, kali pertama aku membuat burn cheesecake di bulan lalu dan sekarang membuat cookies. Hal yang selalu membuatku berdebar ketika adonan telah kumasukan kedalam oven. Menunggu dan menebak nebak apakah adonanku akan sesuai ekspektasi. Aku terus bolak balik memantau adonanku di dalam oven dengan perasaan sedikit khawatir tapi bersemangat.

Alarm berbunyi tanda bahwa aku harus mengangkat cookiesku dari oven. Kau tahu? ketika membuka pintu oven, aroma manis menguar memenuhi rumah bukan hanya dapur. aroma yang begitu enak. Sambil menunggu cookiesku mendingin, aku membuat kopi hitam panas tanpa gula untuk menemani cookies yang sudah manis. Dapurku beradu aroma manis dari cookie yang baru saja mentas dari oven dan aroma dari kopi hitam yang sedang kuseduh. Kedua aroma itu menghasilkan aroma kebahagian yang memenuhi relung hati.

Kata bapak “cookiesnya enak, tidak seperti kue yang kamu bikin kemaren”.(yang bapak maksud adalah burn cheese cake, bapakku tidak terlalu suka keju, waktu itu ia hanya mencoba sesuap dan tidak melanjutkan lagi. tapi kali ini ia makan beberapa cookies yang kubuat)

Kata ibuk “enak, luarnya renyah dan dalamnya masih sedikit lembut”

Kata kakak perempuanku “aromanya enak, rasanya juga enak cocok untuk disantap dengan kopi hitam tapi bentuknya seharusnya kamu bikin lebih pipih biar cantik buat di foto.”

Aku juga mengira bahwa adonanku ketika di oven akan meleleh dan menjadikan ia tipis tapi ternyata malah mengembang, tapi ini yang menjadikan luarnya renyah tapi dalamnya masih sedikit lembut, perpaduan tekstur yang aku suka.



Sabtu pagi yang menyenangkan, suasana yang sejuk dengan gerimis kecil yang masih setia menjatuuhkan diri di bumi, menyantap cookies buatan sendiri dengan kopi hitam panas, jari-jari yang menari di atas keybord laptop untuk menuangkan isi kepala, dan musik yang memenuhi ruang kamar adalah kombinasi yang begitu hangat dan menyenangkan.

Akan lebih menyenangkan lagi jika kamu bergabung, di teras depan kita berdua dengan 2 cangkir kopi hitam dan sepiring cookies untuk menemani obrolan ringan dan candaan candaan yang kau selipkan di tengah obrolan remeh temeh kita di hari libur pagi. Tanpamu, kebahagiaan apapun terasa ada yang kurang, kamu menjadi pelengkap untuk membuat hari-hari biasa menjadi lebih istimewah.

Aihh, Mengapa kau harus muncul ketika aku menulis cerita ini membuat ceritaku berantakan saja. Dasar. Baiklah, daripada tulisan ini menjadi berubah haluan membahas dirimu dan menjadi sendu mari kita hentikan saja tulisan ini. Selamat menikmati hari libur di sabtu pagi.

 

Dari aku yang hari-harinya libur alias aku pengangguran wehh

 

 

 


Kamis, 08 Februari 2024

Apa Yang Tidak Kita Perbaiki Akan Terus Berulang

 

Seseorang pernah berkata bahwa kenyamanan diri sendiri adalah hal yang harus menjadi prioritas diri. Katanya lagi, kurangi rasa tidak enakan pada diri untuk menolak melakukan sesuatu yang mempermudah oranglain tapi malah abai dengan kenyamanan diri.

Kalimat yang menyelamatkanku dari pemikiran yang sebenarnya tidak sepenuhnya salah tapi kurang tepat di beberapa orang, tempat, kondisi dan situasi.

Dulu, hampir selalu merasa tidak enak hati jika menolak ajakan, keinginan orang lain yang ditawarkan kepada kita agar kita bisa membantunya dan memenuhi permintaanya. Tanpa sengaja, aku selalu melakukan permintaan mereka dengan mengorbankan diri untuk merasa lelah, menghabiskan waktu, merelakan kenyamanan, demi membantu orang lain merasa nyaman dan senang serta takut mereka merasa kecewa dengan kita.

Segala permintaan yang datang dari mereka yang selalu aku penuhi tanpa sadar membuatku abai dengan diri sendiri. Keinginanku bahkan hingga kebutuhanku seringkali kurelakan untuk membuat mereka merasa penuh hingga pada titik tertentu aku merasa kosong.

Hal yang kulakukan itu, nyatanya malah membuat aku semakin jauh dari diriku dan berakibat membahayakan diriku. Aku menjadi pihak yang berakhir membutuhkan pertolongan sebab lupa dengan value yang kupunnya, lupa cara meregulasi emosi dengan sehat dan menganggap diri tidak layak jika aku tidak bisa memenuhi permintaan mereka.

Gemar menyenangkan dan membantu orang lain itu mulia tapi jika hal itu membuat kita abai dengan kebutuhan diri, bukankah kita menjadi orang yang jahat dengan diri sendiri? Jangan sampai kita menjadi penolong orang lain tapi berakhir menjadikan kita sebagai pihak yang harus ditolong.

Mulai sekarang, belajarlah menghadapi rasa tidak nyaman dan bersikap berani untuk membicarakan hal-hal yang tabu, berat, sensitif kepada orang lain.

Jika nyatanya kondisi kita sedang tidak bisa melakukan permintaan mereka, cobalah beranikan diri untuk mengatakannya, aku yakin jika kita mengatakan dengan tutur dan laku yang sopan pasti mereka akan tergerak untuk memahami. Jangan memaksa untuk menanggung beban mereka padahal diri sendiri sedang tertatih menanggung bebannya sendiri.

Mari melepaskan diri dari kebiasan membebani diri sendiri, perlihatkanlah bagaimana diri kamu juga harus dihormati. Semakin kamu mampu untuk bersikap tegas, semakin kamu mampu menghormati dirimu sendiri dan mengerti value dan kelayakan dirimu. Orang-orang sekelilingmu juga akan memperlakukanmu bagaimana dirimu memperlakukanmu. Perbaikilah agar segalanya tidak terulang sebab apa yang tidak kamu perbaiki maka akan terus terulang.

Jika kamu mencintai dirimu dengan benar dan layak, maka orang lain juga akan merasakan energi yang menjadikan mereka menghormatimu dan tidak seenak jidat memperlakukanmu dengan sembarangan. Tapi ketika kamu tidak mencintai dirimu sendiri, abai dengan dirimu maka energimu akan membuat orang disekelilingmu berbuat semaunya mereka dan kamu hanya akan menarik orang-orang yang memanfaatkanmu demi kepentinggan mereka. Bagaimana cara kita mencintai diri sendiri, akan menumbuhkan bagaimana cara orang sekeliling kita memperlakukan kita.


Dari seseorang yang sedang menciptakan aksi untuk membentuk hidup yang dikendaki, membangun diri yang akan dihidupi, merawat dengan layak dan menjadikannya berharga.

Selasa, 06 Februari 2024

Lika Liku Luka

 

Ketika perihal tentangmu mencoba menyeruak keluar meminta untuk dikenang, aku menikamnya berulang-ulang. Menjadi pembunuh ulung. Memang benar kenangannya hanya berisi perkara menyenangkan. Tapi riuh rindunya begitu kejam membantai nalar.

Rasa penasaran yang kerap datang meminta untuk mencari tahu kabar tentangmu selalu urung kulakukan, agar tak lagi uring-uringan sepanjang waktu. Ada perasaan yang harus kumakamkan meski tumbuh kembangnya begitu pesat dan sehat. Ada harapan yang harus kulenyapkan meski hadirnya dengan doa-doa tulus dari dlubuk hati luguku.

Melihat kau telah baik sedang aku masih belum, nyatanya masih sulit kuterima. Aku begitu porak poranda dihancurkan diriku sendiri. Bodohnya, aku menghindar dari rasa sedih yang seharusnya kueja dengan baik agar aku bisa membaca diriku dengan benar. Agar sesuatu yang ku pendam tidak berakhir lebam-lebam.

Tapi malah mahir berpura-pura seperti tak terjadi apa-apa. Berlaku layaknya orang dewasa yang tenang. Membungkam paksa segala kebisingan yang ingin berdendang dengan riangnnya.

Bajingan. kau rampas ketenangan dalam pagiku bahkan hari-hariku. Aku tidak membiarkan diriku untuk mengingat dirimu, meratapi segala kejadian yang telah terjadi, tapi kenapa kau malah menjelma bunga tidurku? Maksudmu apa? Tidak tahukah kau, aku begitu bekerja keras untuk menghiraukanmu meski aku begitu ingin mengingatmu, tapi selalu kutepis habis-habisan hingga mebuatku hampir menjadi apatis.

Sial. Gema yang kau ciptakan itu membuatku luluh lantah. Terpontang-panting seperti ranting yang dimainkan angin. Terombang ambing seperti perahu yang menari di tengah laut bergaun ombak.

Aku terus membantah bahwa kamu masih pemenangnya. Tapi aku sadar, seperti kata Amigdala. Percuma, sebab Tuhan sebut kita sia-sia. Tapi setelah lagu itu selesai berdendang. Spotify memutar lagu Nadin Amizah “Sorai” seperti magis.

‘Kau dan aku saling membantu

Membasuh hati yang pernah pilu

Mungkin akhirnya tak jadi satu

Namun bersorai pernah bertemu.’

Setelah menyimak lirik itu dengan seksama. Aku terperanjat. Menyadari bahwa jantungku sudah tak berdetak pilu yang ngilu ketika mengingatmu. Aku kembali menerima diriku dengan kondisi babak belur dan penuh lebam dimana-mana. Hal menyenangkan nyatanya bisa berubah menjadi hal paling menakutkan dengan waktu yang begitu singkat.

Ada makna yang tertinggal yang tak kusadari begitu berarti dari kejadian kemarin yang membuatku terkurung dalam murung. Kini aku melihat cahaya sebab telah berhasil bertahan melewati hari yang gelapnya begitu pekat. Aku berhasil meletakkan titik dalam cerita yang lalu pada kalimat yang bijak dan begitu hangat. Aku berhasil membuka bab baru dengan diriku yang masih menjadi tokoh utama. Perlahan tumbuh dengan kuat, teduh lagi meneduhkan, mekar dengan cantik dan memiliki harum semerbak. Begitulah karakterku di bab baru.

Seperti kembang api yang nyalanya begitu cantik meski hanya sekejap tapi mampu memberikan warna dan cahaya pada langit yang gelap dan menghangatkan hati yang hampir apatis. Terima kasih telah terlibat membantuku menemukan diriku dengan versi yang sekarang begitu kukagumi dan kusyukuri. Terimakasih sebab hadirmu seperti kembang api di malam hari. Berbahagialah, sebab aku pun sedang.

 

Dari perempuan yang perlahan kembali menemukan utuhnya dan melanjutkan perjalanan yang sesekali mendendangkan lagu Tulus, hati-hati dijalan.

 

Sabtu, 03 Februari 2024

Perihal Menemukan dan Ditemukan Olehmu

 

Aku terpukau dengan cara berfikirmu. Di sana, dirimu berhasil membiarkanku menenggelamkan diri, berenang bersama makhluk-makhluk di kepalamu dengan leluasa tanpa takut kehabisan nafas dan merasa sesak.

Sesuatu yang carut marut yang hidup di kapalaku nyatanya mampu kamu urai dengan begitu tabah hingga tak lagi kusut. Segala yang rumit mampu kamu sederhanakan dengan pandangan yang begitu bijak tanpa membuat perasaanku terlukai. Yang bengkok kamu luruskan, yang salah kamu benarkan dengan kelembutan dan penuh kehati-hatian.

Aku mengagumi bagaimana caramu menasihati. Ketika aku berada dalam jalan yang tak seharusnya, kamu berusaha memberitahuku dengan santunnya laku dan tutur katamu. Kamu tidak pernah mengurui dan merasa paling benar sendiri. Kamu seseorang dengan hati paling lapang menerima segala perbedaan dan menghargai pendapatku yang kadang berselisih denganmu. kamu selalu berhasil menemukan cara mengambil hatiku dan membuatku menaati nasehatmu.

Aku takjub dengan laku dan tutur katamu. Di sana, tidak kutemukan lisan dan laku yang menyakiti hatiku. Kamu selalu berusaha memilah milah kata agar yang keluar dari mulutmu adalah sesuatu yang mampu membuatku seseorang yang mendengar merasa begitu tenang.

Aku tenang bersamamu. Kamu nahkoda yang begitu hebat, kamu memiliki tujuan kemana kita akan pergi, tidak membuatku merasa terombang-ambing di tengah lautan tanpa kepastian.

Bagiku kamu Serupa pohon yang memiliki daun yang rindang, kamu teduh dan meneduhkan. Serupa rumah yang begitu hangat. Di sana, aku ingin tinggal berlama-lama dan selamanya.

Terimakasih sebab tidak menerimaku apa adanya. Selalu menggengam tanganku menuju perubahan dan tumbuh menjadi pribadi yang semakin baik untuk meraih ridho Allah.

Jadi bagaimana aku tidak jatuh cinta denganmu?

Jumat, 02 Februari 2024

Belajar Memasak


Hai, ini aku seorang perempuan yang satu bulan lalu baru saja berusia dua puluh lima tahun tapi belum bisa memasak. Yang jika pergi kedapur hanya untuk membuat mie instan dan telor goreng.

Dari kecil hingga SMA dan 2 tahun belakangan ini di rumahku ada yang membantu mengurusi rumah dari mulai bersih-bersih hingga urusan dapur. Sebab kehadiran tenaga kerja di rumah menjadikan aku tidak pernah bergelut di dapur. Orangtuaku tidak pernah menyuruhku untuk belajar memasak atau membantu segala sesuatu yang terjadi didapur. Ini menjadikan aku hingga usia 25 tahun hidup dalam kemudahan dan tidak mengerti caranya memasak. Sejak kecil aku hanya dibiasakan untuk membantu di toko sembako milik orangtuaku bukan mengurusi rumah terutama dapur.

Tapi sejak 5 bulan yang lalu sudah tidak ada lagi tenaga kerja yang membantu mengurusi rumah. Posisi chef di dapur diganti oleh ibuku. Kau tahu? ibuku baru bisa memasak setelah menikah, begitu juga kakak perempuanku, jadi dari dulu aku tidak termotifasi untuk bisa memasak. Pikirku saat itu “nanti ketika sudah waktunya, ketika aku sudah menikah dan situasi memaksaku untuk bisa memasak pasti aku juga bisa memasak kok, sekarang aku belum terlalu butuh.”

Itu pemikiran dulu, kini telah berbeda. Sekarang aku berpikir bahwa memasak adalah skill basic yang harus dimiliki setiap manusia untuk melangsungkan hidupnya dan bukan hanya perempuan tapi juga laki-laki. Jadi kenapa aku harus menikah dulu baru bisa memasak? Kenapa tidak sekarang saja? agar nanti ketika harus beradaptasi berperan sebagai seorang istri aku tidak lagi kelabakan atau kebingungan ketika harus menyiapkan makanan. Aku juga ingin bisa memasak agar bisa membawakan bekal untuk lelakiku ketika bekerja. Agar ia bisa memamerkan keteman-temannya bahwa masakan istrinya sangat enak. Dan ketika punya anak yang merantau untuk pendidikannya ia juga akan sering pulang sebab rindu masakan ibunya. Aihh, malah menghayal, hmmm.

Pemikiran dan pertanyaan ini mampu membuatku termotivasi untuk bisa memasak dari sekarang. Selain itu, sejak awal Januari aku memiliki waktu luang yang bisa kumanfaatkan untuk mengupgrade diri dengan belajar memasak.

Kau tahu? sejak awal Januari aku mulai belajar memasak dengan resep yang kucuri dari instagram. Sekarang setiap ada resep yang berlalu lalang di instagram yang terlihat mudah aku langsung menyimpanya. Kini penyimpananku penuh dengan resep masakan. hahaha

Meski masih memilih menu yang mudah untuk digarap, masih banyak melakukan kesalahan, tapi aku begitu menikmatinya. Kau tahu? ketika kita memasak dan menghidangkan di meja makan lalu keluarga kita menghabiskan lauk yang kita masak, ternyata rasanya begitu hangat dan penuh.

Dan ketika aku menghidangkan sesuatu yang rasanya masih menemukan kekurangan, ibuku mengatakan “tidak apa-apa kan masih belajar, wajar jika gagal dan masih banyak kekurangan”.  Sebuah kalimat yang membantuku bertumbuh dan tidak merasa patah semangat. Sesuatu yang selalu kubutuhkan. Kau paham bukan? Bahwa kalimat dari seseorang sangat berdampak pada mentalku juga perasaanku. Kalau kata orang bahasa cintaku adalah word of affirmation. Oke kita kembali ke topik.

Memiliki niat belajar tidak serta merta semuanya akan berjalan lancar, tentu saja akan menemukan beberapa masalah seperti jari yang tergores pisau ketika memotong-motong, tangan yang terciprat minyak ketika mengoreng dan tangan yang terasa panas serta pedas ketika berurusan dengan cabai dan bawang-bawangan.

Tidak hanya berhenti di situ, kebingungan juga kerap kali melanda. Seperti ketika resep yang kudapati berisi tentang kata “secukupnya” misal saja masukan garam secukupnya. Aihh, untuk aku yang baru belajar kata secukupnya dalam resep adalah sesuatu yang membingungkan dan terasa menyebalkan. Dari sini aku menemukan bahwa ternyata memasak juga membutuhkan seni memainkan perasaan dan itu membutuhkan jam terbang.

Setelah bertempur di dapur kurang lebih satu bulan, aku telah menemukan ritme untuk menikmati proses belajar ini. Hormon adrenalinku mulai naik memaksaku untuk terus memasak menu-menu baru lainnya yang memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dengan menggunakan banyak bumbu dapur yang bermacam-macam.

Ketika aku berhasil meniru resep dan rasanya enak membuatku ingin terus melakukannya. Rasanya seperti kecanduan untuk mengulik menu-menu yang telah kucuri di instagram. Menyenangkan.

Perempuan yang tadinya hanya bisa membuat mie instan dan telor goreng. Kini sudah bisa memasak beberapa hidangan. Asal kau tahu saja. Aku semakin mengenal diriku, apa yang menjadi kekuranganku akan aku usahakan untuk menerimanya dan mencoba mencari solusinya. Apa yang menjadi kelebihanku akan aku kembangkan agar ia bisa menjadi kekuatan untukku bisa terus tumbuh dan tidak tersia-siakan. Dan apa yang aku butuhkan bukan hanya apa yang aku inginkan akan lebih kuperhatikan, mencoba memulai dan belajar untuk melakukannya agar tidak bergantungan kepada orang lain.

Curiga abis ini bakalan daftar masterchef, hehehe. sini aku kasih liat foto-foto makanan buatan tanganku. aku ingin sedikit menyombongkan diri. Mungkin bagimu ini terlalu biasa, tapi bagiku ini sebuah pencapaian dan aku bangga. 






Setelah melihat penampilan dari masakanku, apakah kau tertarik untuk mencobanya? atau kau sudah bisa menebak rasanya hanya dari foto? jadi kapan kau maen ke rumah agar aku bisa memasakanmu?


Dari Calon Masterchef (HAHAHAHA)

Ngopi dan Sarapan di Teras Pagi Sejahtera


Menemukan tempat sarapan yang cocok untuk manusia yang suka ngopi di pagi hari dengan harga yang amat sangat terjangkau tapi memiliki rasa yang tidak kaleng-kaleng. Jadi begini ceritanya~

Di daerah rumahku ada kedai kopi yang sudah terkenal sejak dari dulu. Bisa dikatakan kedai ini berdiri sebelum kedai kopi mulai menjamur di Pemalang.

Namanya Le Gita. Sejak berdiri hingga sekarang kedai ini masih banyak peminatnya meski pesaing terus bermunculan. Warga Comal pasti mengetahui kedai kopi yang satu ini. Kedai satu ini berhasil tetap digemari sebab ia tidak stuck di tempat, ia terus berkembang, memperbaharui segala aspek dari pelayanan, memperbanyak menu dan tampilan bahkan interior kedai melakukan perubahan mengikuti zaman.

Menurutku dalam suatu bisnis yang bergerak di bidang FnB, rasa menjadi faktor utama yang menentukan keberlangsungan bisnis itu bertahan berapa lama, tentu diikuti faktor pendukung lainnya. Le Gita tidak mengesampingkan rasa dalam setiap menu yang ditawarkan dan ia memiliki banyak pilihan menu baik apetizer (hidangan pembuka), main course ( menu utama) dan dessert (hidangan penutup). Hal ini menjadikan kita tidak merasa bosan jika datang lalu menemukan menunya hanya itu-itu saja.

Tidak hanya berhenti di situ. Di Akhir tahun 2023 Le Gita meluncurkan “Teras Pagi Sejahterah”. Sebuah tempat sarapan untuk warga yang gemar ngopi di pagi hari sebelum beraktifitas. Teras pagi sejahtera ini bertempat di depan kedai kopi Le gita di ruko Grand Comal, mulai menyalakan kompor dari pukul 06.00 pagi hingga 10 pagi dan setiap hari. Hanya ada beberapa menu, roti panggang, roti kukus, dimsum, bubur ayam dan berbagai minuman kopi. Harganya pun sangat terjangkau mulai dari 4000 an hingga paling mahal 17.000 untuk menu dimsum.

Tempatnya sederhana. Hanya ada beberapa meja yang dijejer di depan kios yang masih tutup dan dipasang benner memanjang di samping jalan dan terdapat satu gerobak merah dengan dapur yang terbuka, menjadikan kita bisa melihat proses pembuatan menu yang kita pesan, hal ini mampu melenyapkan kebosanan saat menunggu pesanan kita datang.




Hampir seminggu sekali aku berkunjung ke Teras Pagi Sejahtera sebab jarak dari rumahku hanya menghabiskan waktu 2 menit ditempuh dengan sepeda motor. Tapi ada satu yang membuatku kecewa. Di teras pagi sejahtera ada menu kopi yang membuatku penasaran yaitu Kopi Mentega. Tapi setiap datang, aku tidak pernah mendapatkannya. Katanya stok menteganya habis. Kurang beruntung sekali aku. Aku begitu penasaran bagaimana rasanya kopi dicampur mentega, belum pernah aku merasakannya. Apa kau pernah mencobanya?

Tapi aku menemukan kopi yang akan selalu ku pesan ketika datang ke sana. Kopi Hitam Malaka namanya. Akan kujelaskan sedikit bagaimana rasa kopi ini dari lidah seorang perempuan yang dulunya sempat mengulik berbagai rasa kopi. Kopi Hitam Malaka ini tidak berampas dan bukan pahit yang terlalu pekat menjadikan kopi ini sangat cocok di sruput di pagi hari. Tidak terlalu berat tapi juga tidak terlalu ringan, kopi yang memiliki komposisi yang pas untuk sarapan. Saat meneguk kopi, di akhir tegukan kau akan merasakan rasa asam yang tipis dari kopinya menambah kesan rasa clean saat diteguk. Kopi Hitam Malaka ini memiliki komposisi dengan sedikit gula, hal ini menambah rasa balance pada kopi di pagi hari. Untuk aku yang tidak suka manis, manisnya gula di kopi ini tidak mendominasi dan merusak, malah menurutku menjadikan kopi terasa balance dan tidak terlalu berat saat diminum pagi hari untuk sarapan dibersamai roti kukus, bakpao ataupun roti panggang.

Kopi Hitam Malaka

Apa kau bisa membayangkan bagaimana nikmatnya? Untuk rasa yang seperti itu kau bisa mendapatkannya hanya dengan uang 7000 rupiah. Sangat murah bukan? Jadi kapan kau akan mengajakku ngopi di Teras Pagi Sejahtera?


Pemalang, dua Februari tahun dua ribu dua puluh empat.

Dari perempuan yang masih gemar mengkonsumsi kopi hitam

Tulisan lainnya

Musim Rindu dipelantaran Juni

  Hai Jun~ Ini aku gadis bulan hujan Desember. Senang menyambut hujan dibulan Juni. Setelah mengenal pak Sapardi, aku sempat ingin menjadi...