Hai, ini aku seorang
perempuan yang satu bulan lalu baru saja berusia dua puluh lima tahun tapi
belum bisa memasak. Yang jika pergi kedapur hanya untuk membuat mie instan dan
telor goreng.
Dari kecil hingga SMA
dan 2 tahun belakangan ini di rumahku ada yang membantu mengurusi rumah dari
mulai bersih-bersih hingga urusan dapur. Sebab kehadiran tenaga kerja di rumah
menjadikan aku tidak pernah bergelut di dapur. Orangtuaku tidak pernah menyuruhku
untuk belajar memasak atau membantu segala sesuatu yang terjadi didapur. Ini
menjadikan aku hingga usia 25 tahun hidup dalam kemudahan dan tidak mengerti
caranya memasak. Sejak kecil aku hanya dibiasakan untuk membantu di toko
sembako milik orangtuaku bukan mengurusi rumah terutama dapur.
Tapi sejak 5 bulan yang
lalu sudah tidak ada lagi tenaga kerja yang membantu mengurusi rumah. Posisi
chef di dapur diganti oleh ibuku. Kau tahu? ibuku baru bisa memasak setelah
menikah, begitu juga kakak perempuanku, jadi dari dulu aku tidak termotifasi
untuk bisa memasak. Pikirku saat itu “nanti ketika sudah waktunya, ketika aku
sudah menikah dan situasi memaksaku untuk bisa memasak pasti aku juga bisa
memasak kok, sekarang aku belum terlalu butuh.”
Itu pemikiran dulu,
kini telah berbeda. Sekarang aku berpikir bahwa memasak adalah skill basic yang harus dimiliki setiap manusia untuk melangsungkan hidupnya dan bukan hanya perempuan tapi juga
laki-laki. Jadi kenapa aku harus menikah dulu baru bisa memasak? Kenapa tidak
sekarang saja? agar nanti ketika harus beradaptasi berperan sebagai seorang
istri aku tidak lagi kelabakan atau kebingungan ketika harus menyiapkan
makanan. Aku juga ingin bisa memasak agar bisa membawakan bekal untuk lelakiku
ketika bekerja. Agar ia bisa memamerkan keteman-temannya bahwa masakan istrinya
sangat enak. Dan ketika punya anak yang merantau untuk pendidikannya ia juga
akan sering pulang sebab rindu masakan ibunya. Aihh, malah menghayal, hmmm.
Pemikiran dan pertanyaan
ini mampu membuatku termotivasi untuk bisa memasak dari sekarang. Selain itu, sejak
awal Januari aku memiliki waktu luang yang bisa kumanfaatkan untuk mengupgrade
diri dengan belajar memasak.
Kau tahu? sejak awal
Januari aku mulai belajar memasak dengan resep yang kucuri dari instagram.
Sekarang setiap ada resep yang berlalu lalang di instagram yang terlihat mudah
aku langsung menyimpanya. Kini penyimpananku penuh dengan resep masakan. hahaha
Meski masih memilih
menu yang mudah untuk digarap, masih banyak melakukan kesalahan, tapi aku
begitu menikmatinya. Kau tahu? ketika kita memasak dan menghidangkan di meja
makan lalu keluarga kita menghabiskan lauk yang kita masak, ternyata rasanya
begitu hangat dan penuh.
Dan ketika aku
menghidangkan sesuatu yang rasanya masih menemukan kekurangan, ibuku mengatakan
“tidak apa-apa kan masih belajar, wajar jika gagal dan masih banyak kekurangan”.
Sebuah kalimat yang membantuku bertumbuh
dan tidak merasa patah semangat. Sesuatu yang selalu kubutuhkan. Kau paham
bukan? Bahwa kalimat dari seseorang sangat berdampak pada mentalku juga
perasaanku. Kalau kata orang bahasa cintaku adalah word of affirmation. Oke
kita kembali ke topik.
Memiliki niat belajar
tidak serta merta semuanya akan berjalan lancar, tentu saja akan menemukan
beberapa masalah seperti jari yang tergores pisau ketika memotong-motong,
tangan yang terciprat minyak ketika mengoreng dan tangan yang terasa panas
serta pedas ketika berurusan dengan cabai dan bawang-bawangan.
Tidak hanya berhenti di
situ, kebingungan juga kerap kali melanda. Seperti ketika resep yang kudapati
berisi tentang kata “secukupnya” misal saja masukan garam secukupnya. Aihh,
untuk aku yang baru belajar kata secukupnya dalam resep adalah sesuatu yang
membingungkan dan terasa menyebalkan. Dari sini aku menemukan bahwa ternyata memasak
juga membutuhkan seni memainkan perasaan dan itu membutuhkan jam terbang.
Setelah bertempur di
dapur kurang lebih satu bulan, aku telah menemukan ritme untuk menikmati proses
belajar ini. Hormon adrenalinku mulai naik memaksaku untuk terus memasak
menu-menu baru lainnya yang memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dengan
menggunakan banyak bumbu dapur yang bermacam-macam.
Ketika aku berhasil
meniru resep dan rasanya enak membuatku ingin terus melakukannya. Rasanya
seperti kecanduan untuk mengulik menu-menu yang telah kucuri di instagram.
Menyenangkan.
Perempuan yang tadinya
hanya bisa membuat mie instan dan telor goreng. Kini sudah bisa memasak
beberapa hidangan. Asal kau tahu saja. Aku semakin mengenal diriku, apa yang
menjadi kekuranganku akan aku usahakan untuk menerimanya dan mencoba mencari
solusinya. Apa yang menjadi kelebihanku akan aku kembangkan agar ia bisa menjadi
kekuatan untukku bisa terus tumbuh dan tidak tersia-siakan. Dan apa yang aku
butuhkan bukan hanya apa yang aku inginkan akan lebih kuperhatikan, mencoba memulai
dan belajar untuk melakukannya agar tidak bergantungan kepada orang lain.
Curiga abis ini bakalan
daftar masterchef, hehehe. sini aku kasih liat foto-foto makanan buatan tanganku. aku ingin sedikit menyombongkan diri. Mungkin bagimu ini terlalu biasa, tapi bagiku ini sebuah pencapaian dan aku bangga.
Setelah melihat penampilan dari masakanku, apakah kau tertarik untuk mencobanya? atau kau sudah bisa menebak rasanya hanya dari foto? jadi kapan kau maen ke rumah agar aku bisa memasakanmu?
Dari Calon Masterchef (HAHAHAHA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar