Jika kau pasar malam. Maka aku adalah bocah yang rela bolak - balik dan mengantri demi mendapatkan tiket agar bisa kembali naik. lagi, lagi dan lagi. Pasar malam bagiku sebuah tempat untuk mengelabui penat. Sebuah pintu untuk kembali menjadi bocah. Pada gulali, ombak banyu dan bianglala, serta lampu-lampu yang meriah. Seorang bocah dalam diriku berhasil kembali nyala. Ia tertawa riang, matanya berbinar-binar, berlari ke sana kemari, tak menemukan lelah, sebab ia hanya kenal bahagia. Semenjak kedatangan ku di pasar malam pada hari itu, ketika tangan kananku memegang gulali, sedang tangan kiriku kau genggam dengan begitu hangat. Pipiku menyala lebih terang dari lampu-lampu malam itu, dan bibirku tak henti-hentinya merekah seperti mulut yang baru saja kemasukan gulali. Begitu manis. Dan debar jantungku seperti ombak banyu yang berputar begitu cepat dan tak henti-hentinya membuatku ingin meloncat keluar. Sedang kepalaku, begitu ramai seperti suasana malam itu. Saat perjalanan pulang
Selamat datang di sebuah pemikiranku yang kuharap mampu menyampaikan rasa dari setiap tulisan yang kubagikan. 🌻