Semarang sore ini semakin riuh. Tak ada jalan yang lengang. Terlihat wajah orang-orang di jalanan menegang, sebab semua kepala membicarakan pulang. Setelah bergelut dengan aktifitas yang melelahkan dan membosankan, untuk mencukupi tuntutan kebutuhan dan gengsi yang harus tercukupi. Bagi kebanyakan orang, macet adalah kesialan. Sesuatu yang patut medapatkan lontaran umpatan. Hanya saja bagi sebagian orang, macet adalah kesempatan mewah bahkan mereka menyebutnya lahan syukur. Lampu lalu lintas menyala merah terang, bertanda pengendara harus berhenti. Orang-orang mendesah, seakan tak terima harus lebih lama menghabiskan waktu di jalanan. Seorang bocah dengan kulit kecoklatan, dengan baju kebesaran yang telah memudar dilahap waktu. Berjalan menghampiri pengendara satu persatu, tangan kirinya memeluk tumpukan koran sedang tangan kanannya menyodorkan koran untuk ditawarkan. Senyumnya tak pernah pudar meski kebanyakan orang menolak untuk membeli. Beberapa kepala berfikir ingin membe
Selamat datang di sebuah pemikiranku yang kuharap mampu menyampaikan rasa dari setiap tulisan yang kubagikan. 🌻