Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2023

Halaman Pertama Bab Dua Puluh Lima

Perayaan bab dua puluh lima kali ini tidak begitu berisik. Beberapa pesan masuk begitu pagi dari orang-orang yang mengingat, tapi tidak membuat tidurku terusik sebab ponselku kubiarkan mati. Seharusnya aku pergi ke kedai kopi, berkencan dengan diri sendiri dan menulis surat untuk diriku sendiri, lalu dimeja   ada segelas es amerikano dengan doubleshoot espresso tanpa gula dan es batunya dibanyakin beserta cemilan mix platter. Tapi sayang, keadaan belum sepenuhnya pulih. Aku harus merasa cukup dengan merayakan seorang diri di kamar, dengan alunan musik yang memenuhi ruang dan jemari yang menari di atas tuts keyboard laptop. Oh tunggu, hari ini aku diijinkan makan mie goreng instan dengan 3 cabe dan telur goreng di atasnya. Kau tahu? Sudah 3 minggu aku tidak memakannya dan rasanya begitu penuh diperut dan hatiku. Kurasa aku berhasil merayakan hariku dengan begitu menenangkan dan mengenyangkan. Tulisan ini dariku dan untuk diriku. Hai El. Seluruh harap dan doa-doa baik selalu menyerta

Senin Yang Tidak Akan Kulupakan

  Ketika kau percaya Tuhan selalu bersamamu dan rencana Tuhan adalah pemberian terbaik untukmu. Ketika kau menerima takdirNya tanpa banyak mempertanyakan hal-hal yang terjadi. Jangan kaget jika hal-hal magis akan kau rasakan. Sejak mendapatkan tanggal untuk operasi. hari-hari menjadi begitu menyeramkan. Aku mengalami kekeosan. Setiap teringat harus menjalani operasi, membayangkan tubuhku akan disuntik, disayat, dibedah aku menjadi mual dan muntah. Semakin mendekati hari senin tanggal 11 Desember, semakin aku tidak berdaya dan tidurku semakin tidak nyenyak. Tenang yang beberapa minggu terakhir selalu aku damba-dambakan, yang selalu kusemogakan. Aku mendapatkannya satu hari sebelum operasi dan hari ketika operasi berlangsung. Rasanya begitu magis bagiku. Aku ingat betul ketika terbangun di minggu pagi, suasana hatiku menjadi damai sedamai-damainya, ringan seringan-ringannya. Padahal hari-hari sebelumnya begitu keos. Hari yang begitu aku takutkan ternyata aku mampu melewatinya dengan

Gadis Bulan Hujan dan Payung Hitamnya

  Desember tiba Juga. Awal Desember kali ini disambut hujan seharian penuh. Seharusnya ia menyukai hujan di bulan Desember. Tapi gadis bulan hujan itu menyambut Desember kali ini dengan perasaan gemuruhnya. Apa kau tahu? Ia baru saja kehilangan payung hitam favoritnya. Payung yang membuatnya merasa aman dan biasa ia andalkan untuk melindungi dirinya dari derasnya hujan. Payung yang membuatnya merasa nyaman sebab tidak perlu takut sampai ditujuan dengan basah kuyup yang berlebihan. Sekarang gadis itu berjalan di tengah hujan tanpa payung yang melindungi. Ia membiarkan dirinya basah kuyup dihujam ketakutan sebab petir dan guntur silih berganti berdatangan. Seseorang datang menawarkan payung dengan warna pelangi yang begitu cantik. Tapi gadis itu menolak, seseorang itu lupa bahwa gadis itu lebih menyukai warna hitam diantara warna-warna yang ada didunia ini. Setiap hujan tiba, gadis itu mengingat payungnya. Kini gadis itu lebih memilih berteman dengan hujan. Setiap hujan datang, ia

Kuceritakan Kau Sebuah Dongeng

  Hai, bisakah kau sediakan telingamu barang sebentar? Aku punya kisah yang ingin ku ceritakan. Jika enggan? Kau harus tetap di sini, sebab aku butuh telingamu. Apa kau perlu kopi? Atau coklat hangat? Sebentar akan aku buatkan. Sebab kisah ini sedikit panjang Jadi begini.... Suatu hari. Seorang perempuan bertemu dengan lelaki pemilik sorot mata yang begitu tenang.   Tanpa berfikir dan tanpa persiapan. Perempuan itu menyelam, terus menyelam, dan masih menyelam. Tanpa perempuan itu sadari, ia telah berenang hingga palung paling dalam pada mata lelaki itu. Perempuan itu terlalu asik berenang. Hingga lupa caranya bernafas dan berakhir tenggelam.  Lelaki itu sadar. Ada perempuan yang sekarat, sebab berenang terlalu dalam pada matanya.Tapi lelaki itu. Ia. Tetap enggan mengajari bernafas dan membiarkan perempuan itu terjebak sendirian. Perempuan itu mulai panik. Pemilik mata tempat ia tenggelam memilih acuh. Enggan mengajari bernafas, enggan pula mengeluarkan perempuan itu. Be