Langsung ke konten utama

Kuceritakan Kau Sebuah Dongeng

 

Hai, bisakah kau sediakan telingamu barang sebentar?

Aku punya kisah yang ingin ku ceritakan.

Jika enggan?

Kau harus tetap di sini, sebab aku butuh telingamu.

Apa kau perlu kopi? Atau coklat hangat?

Sebentar akan aku buatkan. Sebab kisah ini sedikit panjang

Jadi begini....

Suatu hari. Seorang perempuan bertemu dengan lelaki pemilik sorot mata yang begitu tenang.  Tanpa berfikir dan tanpa persiapan. Perempuan itu menyelam, terus menyelam, dan masih menyelam. Tanpa perempuan itu sadari, ia telah berenang hingga palung paling dalam pada mata lelaki itu. Perempuan itu terlalu asik berenang. Hingga lupa caranya bernafas dan berakhir tenggelam. 

Lelaki itu sadar. Ada perempuan yang sekarat, sebab berenang terlalu dalam pada matanya.Tapi lelaki itu. Ia. Tetap enggan mengajari bernafas dan membiarkan perempuan itu terjebak sendirian.

Perempuan itu mulai panik. Pemilik mata tempat ia tenggelam memilih acuh. Enggan mengajari bernafas, enggan pula mengeluarkan perempuan itu. Begitu egois memaksa tinggal. Membunuhnya perlahan, dengan bersikap diam. Dibiarkanlah perempuan itu tenggelam.

Perempuan itu semakin sekarat. Semakin sesak. Penuh lebam. Ia terluka. Sangat. Perempuan itu sadar, bahwa ia harus beranjak dan mencari sorot mata yang lain. Sorot mata yang mengijinkan berenang tanpa harus takut tenggelam dan terjebak sendirian.

Pada kekuatan yang tersisa, perempuan itu berteriak meminta tolong. “ halo pemilik mata. Tempat aku tenggelam. Bisakah kau mendengar suaraku? Aku ada di palung paling dalam pada matamu. Tolong selamatkan aku. Tolong bawa aku keluar dari matamu. Sebab terjebak di sini sendirian begitu menakutkan dan begitu sesak.” Ucap perempuan itu. 

Lelaki itu mendengar, mendengar begitu jelas. Sebenarnya ia ingin menolong, agar perempuan itu keluar dari matanya. Tapi ia memilih diam. Sebab perempuan itu telah membuka kotak pandora yang tersimpan di palung paling dalam pada matanya.

Lelaki itu membiarkan perempuan itu tenggelam. Ia takut. Jika perempuan itu keluar dari matanya membawa rahasia yang begitu kelam yang selama ini ia sembunyikan.

Lelaki pemilik mata yang begitu tenang. Nyatanya memiliki kotak pandora yang ia sembunyikan selama ini. Sebuah rahasia kelam. jika kau melihat kotak pandoranya. Kau ingin tinggal tapi Kau akan merasa sesak dan sulit bernafas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teruntuk El yang Berumur 24 Tahun

Banyak tulisan yang aku buat untuk orang lain, tapi aku lupa membuat surat untuk diriku sendiri. Jadi surat ini aku peruntukan untuk diriku sendiri yang sedang menjalani usia 24 tahunnya. Hai El, apa kabar? Sedang tidak baik-baik saja kan? tidak apa~ hidup memang seperti ini. Kan malah aneh kalo hidup selalu baik-baik saja. nanti malah kamu nggak bisa bersyukur. Nanti kamu nggak tahu nikmatnya ngeliatin langit ketika hari lagi capek-capeknya. Beberapa tahun terakhir banyak hal-hal menyebalkan yang menganggu pikiran kan? banyak kejutan-kejutan yang terjadi, yang seringkali bikin tidur tidak nyenyakkan?. Tidak apa~ kan kamu pandai berprasangka baik, percaya saja, Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang bakal bikin kamu senyum-senyum pada akhirnya. Sekarang umur 24 tahun, bagaimana rasanya berada di umur yang sudah dianggap dewasa? Susah ya? Capek ya? Berat ya?. Apalagi ngeliat teman-teman seumuran udah pada kerja, udah bisa ngasih duit ke orang tua, jajanin adek dan ponakan pakai du

Apa Malam Sudah Semakin Larut?

  Hai, apakah kau dari luar? Apakah di luar langit sudah gelap? Kurasa malam sudah semakin larut, aku mulai hanyut dalam takut sebab pikiranku semakin kalut. Aku sudah tahu kau akan datang. Kemarilah, kau boleh duduk sejenak di sini. Tapi kurasa kali ini tidak akan nyaman, aku membawa kabar kurang menyenangkan. Bajumu sedikit basah, kurasa gerimis sudah datang. Bukankah rasanya sudah seperti November akan berakhir? Hujan seringkali tiba tanpa aba-aba. Kau tahu? Aku menyukainya, suasana bulan hujan, aku suka. Mungkin sebab aku lahir di bulan hujan. Entahlah~ Tapi satu yang membuatku tidak suka bulan hujan, aku selalu merasa khawatir jika orang yang kusayangi melakukan perjalanan dan berkendara di saat hujan. Kuharap kau selalu hati-hati ketika berkendara, kurangi kecepatanmu dan jangan bermain ponsel ketika berkendara, dan semoga kau selalu dalam penjagaan Tuhan.   Aku tidak menghidangkan kopi karena cerita kali ini akan terasa pahit. Secangkir teh hangat tawar untukmu, tentu dengan