Langsung ke konten utama

Sebuah Perjalanan dan Orang Asing yang Manis



Dalam sebuah perjalanan apa yang kamu harapkan?

Aku sendiri selalu menunggu bisa berdialog dengan orang asing yang aku temui. Menurutku berdialog dengan mereka begitu menyenangkan. Orang asing selalu menyuguhkan cerita yang menarik dan penuh rasa. Entah manis, pahit, atau bisa jadi keduanya atau bahkan malah menyebalkan.

Sebab itu, aku punya beberapa pertanyaan pamungkas yang selalu aku tujukan ke mereka. Tentu pertanyaan ini aku lempar saat aku sudah mendapatkan suasananya. Biasanya untuk  mendapatkan suasana yang nyaman untuk berdialog, aku mengawali dengan menawarkan permen yang selalu aku bawa. Setelah adegan itu, beberapa dari mereka langsung membuka suara memulai berdialog denganku, dan beberapa lainnya masih mempertahankan untuk diam, jika sudah begini tandanya aku yang harus memulai percakapan. Setelah percakapan basa-basi, aku mulai memutuskan akan melanjutkan berdialog atau dialog harus dicukupkan sampai disitu.

Kembali kepertanyaan pamungkasku. Seperti ini kira-kira “akhir-akhir ini apa ada sesuatu  kejadian yang menakjubkan?”, atau seperti ini “apa kamu percaya keajaiban?” lalu disambung dengan ini “kamu sendiri apa pernah mengalami keajaiban itu?”. Dari pertanyaan singkat itu aku mendapatkan jawaban yang cukup mengenyangkan, malah pernah aku berdialog hampir dua jam dengan seseorang yang kutemui di kereta arah Brebes menuju Semarang poncol tanpa henti.

Waktu itu seorang lelaki sekisar umur 28 tahun. Seorang fotografer asal Brebes, Arman namanya. Jika kebanyakan orang ingin terlihat tahu segalanya atau ingin disebut pintar, lelaki itu malah ingin terlihat bodoh. Katanya sih biar nggak direpotin. Alasan yang lucu bukan? Tapi dia lelaki cerdas menurutku, apa karna dia seorang fotografer ya? Caranya dalam memandang sesuatu, beda denganku tapi nyambung. Sudut pandangnya, cara menyampaikan pikirannya itu menggambarkan dia sosok yang cerdas.

Satu hal yang menarik dari pertemuanku dengan lelaki bernama Arman itu. Dia bercerita tentang kisahku bukan kisahnya. Iya, ternyata lelaki itu mampu membaca kisah seseorang. Apa kamu percaya , Jika ada manusia mampu membaca kisah manusia lainnya yang baru saja ia temui?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teruntuk El yang Berumur 24 Tahun

Banyak tulisan yang aku buat untuk orang lain, tapi aku lupa membuat surat untuk diriku sendiri. Jadi surat ini aku peruntukan untuk diriku sendiri yang sedang menjalani usia 24 tahunnya. Hai El, apa kabar? Sedang tidak baik-baik saja kan? tidak apa~ hidup memang seperti ini. Kan malah aneh kalo hidup selalu baik-baik saja. nanti malah kamu nggak bisa bersyukur. Nanti kamu nggak tahu nikmatnya ngeliatin langit ketika hari lagi capek-capeknya. Beberapa tahun terakhir banyak hal-hal menyebalkan yang menganggu pikiran kan? banyak kejutan-kejutan yang terjadi, yang seringkali bikin tidur tidak nyenyakkan?. Tidak apa~ kan kamu pandai berprasangka baik, percaya saja, Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang bakal bikin kamu senyum-senyum pada akhirnya. Sekarang umur 24 tahun, bagaimana rasanya berada di umur yang sudah dianggap dewasa? Susah ya? Capek ya? Berat ya?. Apalagi ngeliat teman-teman seumuran udah pada kerja, udah bisa ngasih duit ke orang tua, jajanin adek dan ponakan pakai du

Apa Malam Sudah Semakin Larut?

  Hai, apakah kau dari luar? Apakah di luar langit sudah gelap? Kurasa malam sudah semakin larut, aku mulai hanyut dalam takut sebab pikiranku semakin kalut. Aku sudah tahu kau akan datang. Kemarilah, kau boleh duduk sejenak di sini. Tapi kurasa kali ini tidak akan nyaman, aku membawa kabar kurang menyenangkan. Bajumu sedikit basah, kurasa gerimis sudah datang. Bukankah rasanya sudah seperti November akan berakhir? Hujan seringkali tiba tanpa aba-aba. Kau tahu? Aku menyukainya, suasana bulan hujan, aku suka. Mungkin sebab aku lahir di bulan hujan. Entahlah~ Tapi satu yang membuatku tidak suka bulan hujan, aku selalu merasa khawatir jika orang yang kusayangi melakukan perjalanan dan berkendara di saat hujan. Kuharap kau selalu hati-hati ketika berkendara, kurangi kecepatanmu dan jangan bermain ponsel ketika berkendara, dan semoga kau selalu dalam penjagaan Tuhan.   Aku tidak menghidangkan kopi karena cerita kali ini akan terasa pahit. Secangkir teh hangat tawar untukmu, tentu dengan