Selasa, 09 Juli 2024

Perjalanan Menjadi Tour Guide Pribadi Di Solo

 

Berpergian ke kota orang nyatanya masih menjadi hal yang selalu kutunggu dan mampu membuat hatiku berdebar. Menjelajahi tempat yang belum pernah kudatangi rasanya begitu mengembalikan energi yang terkuras habis. Aku ingin sedikit bercerita tentang perjalanan menjadi tour guide pribadi di kota yang bahkan belum sempat kudatangi.

Belum lama ini aku menginginkan Solo untuk menjadi tempat yang ingin kujelajahi. Aku bercerita kepada Tuhan menginginkan untuk diberi waktu, fasilitas yang terbaik dan gratis untuk bisa berpergian di Solo. Tuhan maha baik, tanpa menunggu lama keinginanku diindahkan. Mas sepupuku panggil saja Mas Ra memiliki anak seorang perempuan, Najwa namanya. Ia anak pertama dan baru saja mendapat kabar baik bahwa ia diterima menjadi mahasiswa di ISI Surakarta program studi Seni Murni melalui jalur UTBK. Hebat bukan?

Sebagai seorang bapak yang memiliki anak perempuan pertama dengan karakter yang sedikit sulit beradapsi dengan lingkungan baru. Mas Ra, datang kepadaku meminta tolong untuk mengantarkan Najwa pergi ke Solo untuk survei kos yang akan ditempatinya, survei kampus dan menjelajahi Solo dengan tiket kereta, transportasi di sana, penginapan, makan dan jajan semua dicover oleh mas Ra. Mendapat tawaran tersebut, tanpa berpikir aku langsung mengiyakan. Jiwa melancongku meronta kegirangan.

Mas Ra terlalu khawatir membiarkan Najwa anak perempuannya pergi sendiri, sedang ia pun tidak terlalu paham kota Solo bagaimana. Lalu ia teringat sosok diriku yang katanya memiliki jiwa petualang, seorang yang pemberani, bisa berdiskusi dengan orang baru, dan bisa menjaga diri sendiri. Katanya “jika anak perempuanku memiliki karakter sepertimu maka aku tidak akan terlalu khawatir dan memperbolehkanmu pergi sendiri bahkan dikota yang belum pernah dijelajahi karna kamu bisa dipercaya menjaga diri.”

Di mata keluargaku, bahkan keluarga besarku aku adalah perempuan yang memiliki jiwa petualang, pemberani, bisa diandalkan, bisa kemana-mana sendiri tanpa perlu ditemani. Takut tak mungkin ada padaku. Kurasa mereka lupa, bahwa aku juga seorang perempuan yang menginginkan diatur, ditemani. Ketika temanku iri dengan diriku yang selalu diperbolehkan, aku iri dengan temanku yang selalu dibatasi.

Tapi setelah mendengar kalimat Mas Ra, aku jadi mengerti bahwa Mereka, orangtuaku menyayangiku dengan cara mempercayaiku.

Kembali ke perjalanan Solo. Aku dan Najwa pergi ke Solo menggunakan kereta dan setiba di Solo kita memilih menyewa motor selama 24 jam, agar bisa leluasa menjelajah pun lebih hemat waktu dan uang. Hari pertama aku langsung melakukan survei kos dan istirahat. Hari kedua, waktunya beraksi kesana kemari hanya bermodal list tempat yang ingin didatangi dan google maps.

Kita berangkat pagi sekali, untuk menikmati waktu yang lebih panjang di Solo sebab sorenya kita harus pulang. Tempat pertama yang kita datangi adalah kampus Isi surakarta. Kampus yang begitu asri, luas dan sangat nyeni sekali. Banyak spot untuk melamun dan memikirkan ide. Selesai menjelahi kampus, kita pergi sarapan di selat solo mbak Lies. Sebuah makanan khas solo yang sedari dulu ingin sekali kucicipi. Piring yang berisi beberapa potong sayuran, telor, kentang dan juga bistik atau galantin yang disiram dengan kuah manis. Jika kau tanya apakah cocok dilidahku, maka jawabku adalah cocok untuk porsi yang sedikit. untuk aku yang terlalu peka dengan rasa manis, makanan ini tidak terlalu cocok untuk porsi besar. Aku akan kesulitan menghabiskannya. Sepiring penuh selat solo gelantin dihargai sebesar 25.000 rupiah. Selain mendapatkan perut kenyang kau pun akan mendapatkan pemandangan tempat makan yang autentik dengan hiasan keramik yang memenuhi dinding dan sudut-sudut ruangan. beruntung kedatanganku ketika tempat tidak terlalu rame, jadi bisalah ambil beberapa potret diri disana.

Selat Solo Mbak Lies

Setelah perut kenyang, aku dan Najwa melanjutkan perjalanan ke kampung batik kauman, jarak tempuh hanya memakan waktu 6 menit. Di kampung batik kauman tidak dipungut biaya masuk, kita hanya membayar parkir sebesar 3.000 rupiah untuk satu motor. Kampung batik kauman ini adalah komplek yang sebagian besar warganya bekerja sebagai pedagang ataupun pengrajin batik. Kita sebagai pengunjung akan menyusuri gang yang kanan kirinya akan banyak sekali pedagang batik, dan rumah produksi batik yang bisa kita liat secara langsung. Selain itu sepanjang jalan di tata sedemikian rupa untuk area berfoto. Banyak spot foto aestetik bertebaran di sepanjang gang.

Kampung Batik Kauman

Setelah puas menjelajah dan mengambil jepretan diri diberbagai spot foto yang tersedia, kami memutuskan untuk pergi dan melanjutkan untuk mendatangi pasar Triwindu. Dari kampung batik kauman ditempuh dengan waktu 5 menit. Pasar Triwindu adalah tempat berburu barang jadul, unik, dan antik. Di sana kita hanya berkelilling menikmati dan memperhatikan barang-barang yang begitu membuat mata terpanah. Tidak ada potret di pasar Triwindu sebab ketika pergi kesana banyak pengunjung yang berlalu lalang dan kita tidak punya keberanian untuk foto di sana sebab banyak penjual yang menuliskan “boleh foto bayar seikhlasnya”. Sebab itu kita hanya berkeliling untuk mencuci mata tanpa mengambil jepretan diri.

Selesai memanjakan mata dengan barang-barang yang membuat kita keheranan dan takjub, kita memutuskan untuk pergi ke kedai nanairo untuk bersantai sekaligus mengistirahatkan kaki. Kedai kecil di pojok jalan dengan ghibli vibe ini tidak menyediakan kopi hanya terdapat aneka tea. Aku sendiri memesan matcha yang disangrai, rasanya sangat sangat enak, pahit dan tidak manis, aku sukaaa. Donat klasik menjadi menu andalan mereka. Kau tahu? aku yang begitu menyukai donat gula halus, sangat mengapresiasi donat milik mereka. Donat disajikan ketika masih hangat dengan taburan gula yang tidak berlebihan ditambah dengan sedikit taburan kayu manis membuat aroma dan rasa serta tekstur yang begitu lembut sangat sempurna membuat perut kenyang dan hati penuh. Sungguh, aku ingin kembali ke sana demi donat yang mereka milikki.

Kedai nanaIro

Selesai mengistirahatkan kaki dan mengisi energi, kita melanjutkan ke tempat terakhir yaitu di Museum Tumurun. Jarak yang ditempuh dari nanairo memakan waktu hanya 5 menit. Museum Tumurun ini milik pribadi yang dikelola oleh keluarga Lukminto. Terdapat 2 lantai, dilantai pertama kau akan disuguhkan dengan berbagai koleksi pribadi milik keluarga Lukminto dan di lantai dua kau akan disuguhkan karya dari seniman yang sedang melakukan pameran di sana. Saat aku berkunjung, seorang seniman bernama Albert Yonathan Setyawan sedang membuka pameran yang bertajuk Transitory Nature of Earthly Joy yang bisa dinikmati dari 7 Juni 2024 hingga 12 Januari 2025 dilantai dua museum Tumurun. Museum Tumurun ini dibuka untuk umum dengan cara melakukan reservasi dan pembelian tiket melalui website milik museum tumurun. Satu orang dikenakan biaya 25.000 rupiah dan waktu berkunjung dibatasi selama 1 jam sesuai dengan jadwal tersedia dan yang dipesan.

Museum Tumurun

Sebagai seorang tour guide pribadi menjelajah Solo untuk anak seni dan anak rumahan, Najwa bilang ia betah di Solo dan menyukai rencana berpergian 2 hari satu malam yang aku buat. Mengetahui ia puas, membuat hatiku lega. Mengingat rejeki yang ia dapatkan membuka rejeki untukku pula. Allahku, hambamu ini bahagia atas rejeki yang engkau berikan lewat mereka. Sungguh aku bahagia wahai Allahku terimakasih. Aku menantikan engkau mengijinkan aku untuk melakukan perjalanan di kota-kota yang belum sempat kudatangi.

Aku penasaran, kau sendiri apakah menyukai berpergian ke kota orang? Adakah kota yang ingin kau jelajahi? Aku punya banyak daftar kota yang ingin kujelajahi. Semoga Tuhanku, meridhoiku untuk banyak berpergian.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulisan lainnya

Musim Rindu dipelantaran Juni

  Hai Jun~ Ini aku gadis bulan hujan Desember. Senang menyambut hujan dibulan Juni. Setelah mengenal pak Sapardi, aku sempat ingin menjadi...