Langsung ke konten utama

Tentangmu yang Membuatku Seolah Sembuh


Bagian 1

Aku masih ingat,
kedatanganmu yang tiba-tiba
nyatanya mampu membuatku merona dan beranjak dari merana.
 
Mata yang membuatku terpanah,
pun tawa yang membuatku hanyut dan ingin tenggelam.
Menjelma kenangan yang bersembunyi dirongga-rongga ingatan.
Menggodaku  untuk malu-malu berharap.
 
Kau, lelaki yang kubagi sepotong waktuku di pojok kedai itu.
Bolehkah aku menjadi sunyi yang paling bising dikepalamu?
 
Ada detak yang tak rela sebab derap langkahmu semakin lirih,
Sedang harapku telah meninggi.
 
Kau paham bukan?
Angan seringkali membawa kita pada ingin yang teramat.
 
Tapi aku tidak bisa menyimpanmu dalam hati,
Pamali, nanti Tuhan marahi.
Tapi bolehkah kau kusimpan dalam puisi?
Dunia perlu tahu,
Ternyata hatiku tak semati itu.

***************************************
Bagian Dua

Aku ingin berjudi dengan segala kesempatan yang kumiliki
Mempertaruhkan seluruhnya untuk mendapatkanmu.
 
Aku tak punya pilihan lain
selain memberikan seluruhku tanpa kehilangan diriku.
 
Tak berhenti disitu.
Aku pun melakukan ritual merapalkan mantra dikeheningan malam.
Untuk menjaga seluruhmu.
 
Tak akan kubiarkan kau merasa kosong,
Kehadiranku akan menjadi isi
Yang selalu mencukupi dirimu.
 
Aku akan patuh pada tuturmu yang teduh
Takluk pada kasihmu yang menyerbu
Tunduk pada egomu yang rapuh.
 
Aku akan menjadi teduh lagi meneduhkan
Hanya untuk matamu yang menatap.
 
Apakah kau mau menlanjutkan cerita denganku?
Aku akan menjadi rentetan kata yang puitis
Untuk membuatmu penuh makna
 
Aku ingin kau menikmatiku dengan sempurna.
Hingga menjadikanku rotasi kebahagiaanmu.
 
Bagaimana menurutmu?

****************************************
Bagian Tiga

Berlayarlah, biarkan angin membawamu menemukan jawabannya.
Kau akan baik-baik saja.
Kapalmu tak akan karam.
 
Percayalah.
Sebab yang aku lihat, kau nahkoda yang begitu hebat,
Begitu piawai mengendalikan kemudi.
Serta paham kemana kau akan pergi.
 
Dari mana aku tahu?
Matamu menjelaskan seluruhnya.
Binar mata yang begitu nyala terang
Tapi memiliki sorot mata yang begitu teduh.
 
Nanti, ketika laut begitu riuh membuat kapalmu terombang-ambing.
Berlabuhlah.
Aku akan menjadi dermaga untukmu
Pun menjadi rasi bintang agar kau bisa membaca arah
dan kembali melanjutkan perjalanan.
 
Kau tahu kan?
Aku pandai menunggu jika itu perihal kamu
dan pada akhirnya aku menjadi dermaga terakhirmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teruntuk El yang Berumur 24 Tahun

Banyak tulisan yang aku buat untuk orang lain, tapi aku lupa membuat surat untuk diriku sendiri. Jadi surat ini aku peruntukan untuk diriku sendiri yang sedang menjalani usia 24 tahunnya. Hai El, apa kabar? Sedang tidak baik-baik saja kan? tidak apa~ hidup memang seperti ini. Kan malah aneh kalo hidup selalu baik-baik saja. nanti malah kamu nggak bisa bersyukur. Nanti kamu nggak tahu nikmatnya ngeliatin langit ketika hari lagi capek-capeknya. Beberapa tahun terakhir banyak hal-hal menyebalkan yang menganggu pikiran kan? banyak kejutan-kejutan yang terjadi, yang seringkali bikin tidur tidak nyenyakkan?. Tidak apa~ kan kamu pandai berprasangka baik, percaya saja, Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang bakal bikin kamu senyum-senyum pada akhirnya. Sekarang umur 24 tahun, bagaimana rasanya berada di umur yang sudah dianggap dewasa? Susah ya? Capek ya? Berat ya?. Apalagi ngeliat teman-teman seumuran udah pada kerja, udah bisa ngasih duit ke orang tua, jajanin adek dan ponakan pakai du

Apa Malam Sudah Semakin Larut?

  Hai, apakah kau dari luar? Apakah di luar langit sudah gelap? Kurasa malam sudah semakin larut, aku mulai hanyut dalam takut sebab pikiranku semakin kalut. Aku sudah tahu kau akan datang. Kemarilah, kau boleh duduk sejenak di sini. Tapi kurasa kali ini tidak akan nyaman, aku membawa kabar kurang menyenangkan. Bajumu sedikit basah, kurasa gerimis sudah datang. Bukankah rasanya sudah seperti November akan berakhir? Hujan seringkali tiba tanpa aba-aba. Kau tahu? Aku menyukainya, suasana bulan hujan, aku suka. Mungkin sebab aku lahir di bulan hujan. Entahlah~ Tapi satu yang membuatku tidak suka bulan hujan, aku selalu merasa khawatir jika orang yang kusayangi melakukan perjalanan dan berkendara di saat hujan. Kuharap kau selalu hati-hati ketika berkendara, kurangi kecepatanmu dan jangan bermain ponsel ketika berkendara, dan semoga kau selalu dalam penjagaan Tuhan.   Aku tidak menghidangkan kopi karena cerita kali ini akan terasa pahit. Secangkir teh hangat tawar untukmu, tentu dengan