Langsung ke konten utama

Kau Bedebah Yang Tak Akan Pernah Kurelakan

     Aku yakin akan ada hari dimana aku sadar. Bahwa kehilangan makna diri sendiri lebih menakutkan dibanding kehilangan kamu. Akan ada hari dimana aku telah tuntas mencintaimu. Tidak takut terusik lagi, meski kamu ada dalam jangkauan pandangku. Tidak merasa cemas lagi, meski kabarmu berlalu-lalang di beranda media sosialku bahkan di telingaku sekalipun.

    Aku telah sampai di hari yang seperti itu. Tapi lucunya. Aku yang memilih untuk menyerah terhadapmu. Tapi aku juga yang merasa tidak terima kehilangan kamu. Mungkin kamu benar, aku hanya terlalu naif untuk mengakui bahwa sekeras aku berusaha dan selama apapun aku mencintaimu, aku bukan takdirmu.

    Jika kali ini aku benar-benar pergi. Apa kamu akan merasa kehilangan? Apa kamu akan mencari tahu kabarku?. Aku ragu, sungguh. Kamu saja tidak sadar selama ini aku ada. Bagaimana bisa kamu merasa kehilangan. Bagaimana bisa aku mengharapkan kamu kecewa dan mencariku. Dulu, aku berjuang untuk dilihat olehmu dan sekarang aku berjuang agar aku tidak melihat ke arahmu. Lagi-lagi hanya aku yang berjuang sendiri bukan?

    Pada binar matamu kini aku paham, bahwa kamu adalah sesuatu yang tidak akan pernah kurelakan untuk tuntas sepenuhnya. Bahwa palung paling dalam pada diriku. Nyatanya masih gemar mencari celah untuk merajut kemungkinan-kemungkinan tentang kita.

    Tapi kamu jangan khawatir, kini aku sudah pandai mengatur ritme. Juga piawai menyembunyikan rasa peduli terhadapmu. Jika kamu menemukan aku menjadi dingin dan kaku. Itu artinya aku sedang berusaha menjadi asing. Meski sejak awal aku memang asing dikisah ini. Tolong biarkan aku bersikap seperti itu. Jadi jangan kau gagalkan usahaku, dengan mengabariku serta bersikap ramah seperti “hai, bagaimana kabarmu?” lalu mengajakku pergi ke kedai kopi. Kamu jangan jadi keparat yang kerap memberi harapan namun enggan memberi kepastian peran ya. Sungguh aku lelah jika lagi-lagi harus berurusan dengan harapan dan kamu.

    Kata orang menghilang tanpa memberi penjelasan atau pun pergi tanpa kabar sangatlah kurang ajar. Sebab itu, aku meninggalkan surat ini sebagai bukti bahwa hari ini. Aku pamit dengan membawa alasan paling rahasia karena menyerah terhadapmu.

    Jaga diri baik-baik, jangan lupa minum air putih, dan jangan insecure ya, selama ini kamu sudah tumbuh menjadi lelaki yang hebat dan aku yakin kamu akan terus tumbuh dengan baik dan menjadi semakin bermakna. Lucu ya? Masih saja aku berucap yang baik-baik untukmu. Sepertinya benar, Kau memang bedebah yang tak pernah kurelakan untuk tuntas sepenuhnya.
 

    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teruntuk El yang Berumur 24 Tahun

Banyak tulisan yang aku buat untuk orang lain, tapi aku lupa membuat surat untuk diriku sendiri. Jadi surat ini aku peruntukan untuk diriku sendiri yang sedang menjalani usia 24 tahunnya. Hai El, apa kabar? Sedang tidak baik-baik saja kan? tidak apa~ hidup memang seperti ini. Kan malah aneh kalo hidup selalu baik-baik saja. nanti malah kamu nggak bisa bersyukur. Nanti kamu nggak tahu nikmatnya ngeliatin langit ketika hari lagi capek-capeknya. Beberapa tahun terakhir banyak hal-hal menyebalkan yang menganggu pikiran kan? banyak kejutan-kejutan yang terjadi, yang seringkali bikin tidur tidak nyenyakkan?. Tidak apa~ kan kamu pandai berprasangka baik, percaya saja, Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang bakal bikin kamu senyum-senyum pada akhirnya. Sekarang umur 24 tahun, bagaimana rasanya berada di umur yang sudah dianggap dewasa? Susah ya? Capek ya? Berat ya?. Apalagi ngeliat teman-teman seumuran udah pada kerja, udah bisa ngasih duit ke orang tua, jajanin adek dan ponakan pakai du

Apa Malam Sudah Semakin Larut?

  Hai, apakah kau dari luar? Apakah di luar langit sudah gelap? Kurasa malam sudah semakin larut, aku mulai hanyut dalam takut sebab pikiranku semakin kalut. Aku sudah tahu kau akan datang. Kemarilah, kau boleh duduk sejenak di sini. Tapi kurasa kali ini tidak akan nyaman, aku membawa kabar kurang menyenangkan. Bajumu sedikit basah, kurasa gerimis sudah datang. Bukankah rasanya sudah seperti November akan berakhir? Hujan seringkali tiba tanpa aba-aba. Kau tahu? Aku menyukainya, suasana bulan hujan, aku suka. Mungkin sebab aku lahir di bulan hujan. Entahlah~ Tapi satu yang membuatku tidak suka bulan hujan, aku selalu merasa khawatir jika orang yang kusayangi melakukan perjalanan dan berkendara di saat hujan. Kuharap kau selalu hati-hati ketika berkendara, kurangi kecepatanmu dan jangan bermain ponsel ketika berkendara, dan semoga kau selalu dalam penjagaan Tuhan.   Aku tidak menghidangkan kopi karena cerita kali ini akan terasa pahit. Secangkir teh hangat tawar untukmu, tentu dengan