Senin, 07 Oktober 2024

Penerimaan Adalah Pintu Utama Proses Pulih

 

Hidup kadang berisi serangkaian kejutan. 12 bulan kebelakang banyak perjalanan yang aku lakukan. Pergi ke Jogja, Bandung, Brebes, Solo (2x), Semarang (4), Kendal, Batang, Tegal. Mungkin, jika stasiun kereta bisa bicara, ia akan mengatakan “ini anak mau kemane lagi sii, kerjaannya ke stasiun mulukk”.

Perjalanan ini bukan sebab aku kaya dan ingin berfoya-foya. Jika kau menelisik kondisiku kau pun akan keheranan, bagaimana aku bisa melakukan perjalanan berulang-ulang. Tuhan, begitu baik memberiku banyak kejutan perjalanan, melakukan hal yang kugemari lebih dari yang kuminta dengan skenario yang aku sendiri tak menyangka. Membuatku menyadari  dan mempercayai bahwa rejeki sudah ditakar dan tidak akan tertukar.

Dalam perjalanan yang kutempuh, aku melihat banyak luka yang perlu kusembuhkan. banyak waktu yang kuhabiskan untuk belajar tentang penerimaan dan ridho atas takdir yang Tuhan berikan untukku.

Ternyata penerimaan menjadi pintu utama dalam memperkecil sebuah penderitaan, dengan begitu kita akan lebih mudah mengenali sebuah bahagia. Seperti menerima diri kita sedang merasakan sedih, mengakui bahwa kita terluka sebab suatu hal. Meski ketika kita berusaha menyelami luka, kita akan bertemu ketidaknyamanan. Tapi, hal ini akan memudahkan kita untuk merawat luka dengan cara yang benar.

Banyak dari kita ketika terluka memaksakan diri untuk menghilangkan emosi yang sedang kita rasakan, menekannya dalam-dalam sebab dalih ingin terlihat dewasa. Padahal menjadi dewasa seharusnya juga memilliki kedewasaan emosional, dimana kita mampu meregulasi emosi dengan sehat. Mengakui dan mengenali segala bentuk emosi, sebab emosi yang hadir mereka hanya ingin dikenali dan teregulasi dengan baik.

Kedewasaan berarti terus mengizinkan emosi kita tetap hidup dan membiarkan mereka memiliki ruang dengan cara-cara yang baik untuk diri kita dan sekitar kita.

Ketika kita berhasil mengakui dan menerima diri kita sedang terluka, lalu memberikan diri kita ruang merasakan emosi yang hadir, setelahnya kita akan berusaha untuk sembuh dari luka. Proses sembuh sendiri kadang tidak nyaman. Kita bisa saja melakukan hal-hal yang kita gemari menjadi terasa kosong.

Menaiki kereta pergi ke kota orang, membeli buku, bertemu teman, membeli jajan dan kopi, hal-hal yang menyenangkan ini kadang terasa kosong. Ada perasaan hampa yang menyelimuti, aku merasa kehidupanku berjalan begitu datar, tidak ada kemajuan. Ternyata aku lupa, bahwa tubuhku sedang kelelahan sebab telah menopang banyak hal yang sedang aku usahakan.

Biarkan diri merasakan hari-hari yang datar, kekosongan itu, sebab ini pertanda kau akan segera pulih dengan baik, tubuhmu hanya sedang berusaha mempersiapkan kembali untuk merasakan hal-hal luar biasa di depan.  

Semoga kita dapat hadir sepenuhnya untuk diri sendiri dalam keadaan apapun, menerima segala takdir dengan penerimaan paling lapang, dan menjadi dewasa yang memiliki kedewasaan emosional.

Tenang, kita hanya sedang bertumbuh bukan hancur lebur.

Senin, 30 September 2024

Agustus Yang Berakhir Dengan Menitipkan Setumpuk Tanggungjawab

 

Hai, apa kabar?. Aku tebak, pasti kau akan menjawab “kabarku baik”. Apa kau tahu? Kadang, Kau boleh menjawab selain “kabarku baik-baik saja”. kau boleh mengerutu, kau boleh mengeluh, kau boleh meminta tolong, kau bebas mengatakan “hatiku hancur, kepercayaan diriku jatuh, tidurku berantakan, semuanya terasa melelahkan, aku sedang kesulitan. Jadi bisakah kau pinjamkan tanganmu untuk mengelus kepalaku dan mengatakan bahwa aku telah melakukan yang terbaik? ”

Bagaimana? Apa kau siap berbagi kegelisahanmu denganku? Jika kau masih ragu, biarkan aku yang memulai terlebih dahulu. Ini tentang Agustus yang berakhir dengan menitipkan setumpuk tanggungjawab yang bertengker dipundak. Membuat kakiku gemetar hebat dengan segenggam antusias. Akhir Agustus hingga pertengahan September, tepat selama 14 hari, aku mengambil alih roda ekonomi keluarga, merawat rumah dan mengurus diri sendiri beserta 2 manusia yang belum dewasa.

Tanggal 28 Agustus Alhamdulillah orangtuaku melaksanakan ibadah Umroh, awalnya mereka ingin membawaku, saat itu aku kegirangan menyambut kabar baik ini. Tapi kakak pertamaku protes terhadap kabar yang ia dapat. Ia bilang ia pun harus ikut jika aku ikut. Karena gagal membujuk kakakku untuk merelakan hanya aku yang ikut, orangtuaku menjadi membujuk diriku agar memahami batalnya kepergianku. Sedih, kecewa, amarah sempat memelukku begitu erat. Tapi, entah bagaimana hatiku mendadak luluh dan tenang.

Gagalnya kepergianku, bapak dan ibuku menitipkan toko sembako dan kontrakan kepadaku, maklum aku ditinggal ketika akhir bulan, itu artinya aku menghadapi awal bulan seorang sendiri. Menerima uang kontrakan dan juga membuka toko sembako di awal bulan akan banyak menerima pemasukan dari para langganan yang melakukan bon di toko. Awalnya aku sempat ragu, apa aku bisa memutar uang di toko saat orangtuaku pergi. Memang benar sejak SD aku sudah bergelut di toko, tapi hanya sebatas membantu pelayanan dan penataan barang, tidak ikut campur dalam pengadaan dan pemutaran uang. Kau tahu? entah bagaimana aku sedikit antusias dengan tanggungjawab yang dititipkan meski kakiku gemetaran.

Aku tidak hanya mengurusi toko, tapi juga rumah dan makhluk yang hidup di rumahku. Menyiapkan makan, membersihkan rumah, menyelesaikan pekerjaan rumah. Seperti sedang berperan menjadi seorang ibu yang memiliki 2 anak lelaki remaja. Ternyata tidak mudah berperan menjadi ibu rumahtangga sekaligus seorang pekerja. Beruntung adek-adekku sudah remaja, aku tidak bisa membayangkan betapa riwehnya jika mereka masih anak-anak. Dengan ini aku mengerti, kenapa jika ibu menyuruh kita, kita tidak boleh menolak bahkan menghembuskan nafas berat pun dilarang. Karena memang tidak mudah menjadi seorang ibu.

Kau tahu? Lucunya selama dua minggu aku jarang mengalami insomnia. Kurasa tubuhku sudah terlalu lelah untuk banyak berpikir. Selama dua minggu tubuhku dan kepalaku dilumat habis oleh kelelahan, meski begitu aku rasa aku menikmatinya. Sangat.

Di toko dan bertemu banyak orang dengan karakter yang beragam membuatku mengantongi berbagai cerita menyebalkan, menyenangkan, pun mengagumkan. Membuatku banyak belajar dan melatih kesabaranku dan ketenanganku dalam berinteraksi dengan orang. Dua minggu berlalu dengan cepat.

Semoga dengan ini, aku banyak menyadari segala juang orangtua dalam kehidupanku. lebih menghormati dan banyak bakti kepada mereka. Meski saat ini baktiku belum seberapa, semoga Tuhan masih memberikan banyak kesempatan untukku memaksimalkan peran sebagai seorang anak. Pak, Bu terimakasih sudah menjadi orangtuaku yang begitu baik. Sangat baik. Maaf jika aku terlambat menyadari bahwa ibu&bapak juga manusia biasa yang memiliki luka masalalunya. Yang tumbuh dengan hal-hal yang tidak ku ketahui. Maaf sempat menyalahkan ibu&bapak atas luka dan ketidakpercayaan yang kupunya. Padahal akunya saja  yang tidak dapat meregulasi emosi diri dengan baik.

Seharusnya aku paham lebih awal, meski kadang berselisih paham sebab berbeda pendapat, ibu&bapak hanya ingin aku bahagia. Dari dulu, hidupku tumbuh dengan mudah berkat fasilitas, doa, dan kerja keras ibu&bapak dalam membuat anaknya bahagia. Ibu bapak begitu hebat menjalani peran sebagai orangtua. Tapi anakmu ini, masih belum cukup baik berperan sebagai anak.

Bapak yang tidak menuntut apapun dariku, bapak hanya meminta untuk selalu menegakkan sholat dan membaca alquran. Ibu pun tidak  menuntutku apapun selain aku tumbuh dengan sehat dan menjaga adap.

Aku percaya hidupku baik-baik saja, sebab doa yang kalian langitkan. Meski terlambat, meski baktiku belum seberapa tapi aku usahakan tumbuh seperti nama pemberian ibu dan bapak. Tumbuh menjadi anak yang kehadiran meneduhkan mata dan jiwa dimanapun, dengan siapapun, kapanpun dan selama apapun.

 

Selasa, 06 Agustus 2024

Cahaya Rembulan Untuk Bapak

Suatu hari saat aku terbangun dari tidurku dan ingin pergi ke kamar mandi, aku pernah mendapati bapakku duduk di pintu samping rumah seorang diri, saat itu pukul 11.30 malam, seingatku.

Dari belakang nampak punggungnya terlihat begitu layu membungkuk, pandangannya dilempar keluar dengan ratap diam yang keras. Yang kutahu, saat itu pasti kepalanya begitu berisik, jadi tak berani aku mengusik. Sebab yang kutahu, ia butuh waktu untuk segala yang berkecamuk di dada tanpa ditanya.

Setelah masuk kembali ke kamar, aku menjadi tak bisa tidur membayangkan betapa beban yang dipikulnya tak main-main. Tak pernah aku melihatnya menanggis dan mengeluh barang secuil. Dipendamnya seorang diri segala lebam-lebam kehidupan. Entah pada siapa ia merenggek tentang kehidupan yang begitu keji. 

Sebagai anak, kurasa aku tidak mengerti apa-apa tentangmu. Saat menulis ini aku bertanya-tanya tentang hobimu, mimpimu. Aku menyadari duniamu terlalu membosankan dan sepi, kau tak memiliki rutinitas apapun selain mendengar berita, mengurusi toko, menonton pertandingan bola di televisi. Tak ada satupun aktivitas yang menyenangkan, kau tak memiliki klub bola favorit, yang jika menang akan membuat sauasana hatimu senang. Tak ada peliharaan apapun entah burung, kucing, atau apapun itu yang bisa mengusir rasa bosan dan sepimu. Maafkan aku pak, sebab baru memahami hidupmu begitu berat.

Pak, jika kau mengkhawatirkan apakah kau sudah berperan sebagai seorang bapak dan kepala rumah tangga yang baik. Maka jawabku “sudah”. Tak apa jika pernah melakukan kesalahan. Toh ini kehidupan pertamamu. Aku paham bahwa menjadi kepala rumahtangga, dan ayah yang baik tidak ada buku panduannya. Tapi lihat? kau hebat terimakasih sudah berusaha mengidupi keluargamu ini. Menelantarkan mimpi yang kau punya untuk mendahulukan keluargamu ini. Terimakasih sudah menjadi bapak untukku.

Pak, terimakasih tak pernah menuntutku perihal apapun selain sholat dan menjaga aurat. Maaf jika mimpi-mimpiku ternyata membunuh mimpimu. kau tahu pak? temanku pernah bilang, katanya ketika nanti aku telah menikah aku akan merasakan rindu denganmu, akan menyesali sebab jarang bercerita denganmu. Jadi Pak, mari saling bertukar cerita lebih banyak lagi. Aku usahakan menjadi anak yang berbakti itu. Aku usahakan memaksimalkan peranku sebagai anak dengan baik. Maaf belum ada yang bisa dibanggakan dari diriku.

 Pak, meski baktiku belum seberapa aku harap jika harimu berat dan gelap aku bisa menjadi cahaya rembulan untuk duniamu. 

Peluk hangat,

 

Putrimu

Selasa, 09 Juli 2024

Perjalanan Menjadi Tour Guide Pribadi Di Solo

 

Berpergian ke kota orang nyatanya masih menjadi hal yang selalu kutunggu dan mampu membuat hatiku berdebar. Menjelajahi tempat yang belum pernah kudatangi rasanya begitu mengembalikan energi yang terkuras habis. Aku ingin sedikit bercerita tentang perjalanan menjadi tour guide pribadi di kota yang bahkan belum sempat kudatangi.

Belum lama ini aku menginginkan Solo untuk menjadi tempat yang ingin kujelajahi. Aku bercerita kepada Tuhan menginginkan untuk diberi waktu, fasilitas yang terbaik dan gratis untuk bisa berpergian di Solo. Tuhan maha baik, tanpa menunggu lama keinginanku diindahkan. Mas sepupuku panggil saja Mas Ra memiliki anak seorang perempuan, Najwa namanya. Ia anak pertama dan baru saja mendapat kabar baik bahwa ia diterima menjadi mahasiswa di ISI Surakarta program studi Seni Murni melalui jalur UTBK. Hebat bukan?

Sebagai seorang bapak yang memiliki anak perempuan pertama dengan karakter yang sedikit sulit beradapsi dengan lingkungan baru. Mas Ra, datang kepadaku meminta tolong untuk mengantarkan Najwa pergi ke Solo untuk survei kos yang akan ditempatinya, survei kampus dan menjelajahi Solo dengan tiket kereta, transportasi di sana, penginapan, makan dan jajan semua dicover oleh mas Ra. Mendapat tawaran tersebut, tanpa berpikir aku langsung mengiyakan. Jiwa melancongku meronta kegirangan.

Mas Ra terlalu khawatir membiarkan Najwa anak perempuannya pergi sendiri, sedang ia pun tidak terlalu paham kota Solo bagaimana. Lalu ia teringat sosok diriku yang katanya memiliki jiwa petualang, seorang yang pemberani, bisa berdiskusi dengan orang baru, dan bisa menjaga diri sendiri. Katanya “jika anak perempuanku memiliki karakter sepertimu maka aku tidak akan terlalu khawatir dan memperbolehkanmu pergi sendiri bahkan dikota yang belum pernah dijelajahi karna kamu bisa dipercaya menjaga diri.”

Di mata keluargaku, bahkan keluarga besarku aku adalah perempuan yang memiliki jiwa petualang, pemberani, bisa diandalkan, bisa kemana-mana sendiri tanpa perlu ditemani. Takut tak mungkin ada padaku. Kurasa mereka lupa, bahwa aku juga seorang perempuan yang menginginkan diatur, ditemani. Ketika temanku iri dengan diriku yang selalu diperbolehkan, aku iri dengan temanku yang selalu dibatasi.

Tapi setelah mendengar kalimat Mas Ra, aku jadi mengerti bahwa Mereka, orangtuaku menyayangiku dengan cara mempercayaiku.

Kembali ke perjalanan Solo. Aku dan Najwa pergi ke Solo menggunakan kereta dan setiba di Solo kita memilih menyewa motor selama 24 jam, agar bisa leluasa menjelajah pun lebih hemat waktu dan uang. Hari pertama aku langsung melakukan survei kos dan istirahat. Hari kedua, waktunya beraksi kesana kemari hanya bermodal list tempat yang ingin didatangi dan google maps.

Kita berangkat pagi sekali, untuk menikmati waktu yang lebih panjang di Solo sebab sorenya kita harus pulang. Tempat pertama yang kita datangi adalah kampus Isi surakarta. Kampus yang begitu asri, luas dan sangat nyeni sekali. Banyak spot untuk melamun dan memikirkan ide. Selesai menjelahi kampus, kita pergi sarapan di selat solo mbak Lies. Sebuah makanan khas solo yang sedari dulu ingin sekali kucicipi. Piring yang berisi beberapa potong sayuran, telor, kentang dan juga bistik atau galantin yang disiram dengan kuah manis. Jika kau tanya apakah cocok dilidahku, maka jawabku adalah cocok untuk porsi yang sedikit. untuk aku yang terlalu peka dengan rasa manis, makanan ini tidak terlalu cocok untuk porsi besar. Aku akan kesulitan menghabiskannya. Sepiring penuh selat solo gelantin dihargai sebesar 25.000 rupiah. Selain mendapatkan perut kenyang kau pun akan mendapatkan pemandangan tempat makan yang autentik dengan hiasan keramik yang memenuhi dinding dan sudut-sudut ruangan. beruntung kedatanganku ketika tempat tidak terlalu rame, jadi bisalah ambil beberapa potret diri disana.

Selat Solo Mbak Lies

Setelah perut kenyang, aku dan Najwa melanjutkan perjalanan ke kampung batik kauman, jarak tempuh hanya memakan waktu 6 menit. Di kampung batik kauman tidak dipungut biaya masuk, kita hanya membayar parkir sebesar 3.000 rupiah untuk satu motor. Kampung batik kauman ini adalah komplek yang sebagian besar warganya bekerja sebagai pedagang ataupun pengrajin batik. Kita sebagai pengunjung akan menyusuri gang yang kanan kirinya akan banyak sekali pedagang batik, dan rumah produksi batik yang bisa kita liat secara langsung. Selain itu sepanjang jalan di tata sedemikian rupa untuk area berfoto. Banyak spot foto aestetik bertebaran di sepanjang gang.

Kampung Batik Kauman

Setelah puas menjelajah dan mengambil jepretan diri diberbagai spot foto yang tersedia, kami memutuskan untuk pergi dan melanjutkan untuk mendatangi pasar Triwindu. Dari kampung batik kauman ditempuh dengan waktu 5 menit. Pasar Triwindu adalah tempat berburu barang jadul, unik, dan antik. Di sana kita hanya berkelilling menikmati dan memperhatikan barang-barang yang begitu membuat mata terpanah. Tidak ada potret di pasar Triwindu sebab ketika pergi kesana banyak pengunjung yang berlalu lalang dan kita tidak punya keberanian untuk foto di sana sebab banyak penjual yang menuliskan “boleh foto bayar seikhlasnya”. Sebab itu kita hanya berkeliling untuk mencuci mata tanpa mengambil jepretan diri.

Selesai memanjakan mata dengan barang-barang yang membuat kita keheranan dan takjub, kita memutuskan untuk pergi ke kedai nanairo untuk bersantai sekaligus mengistirahatkan kaki. Kedai kecil di pojok jalan dengan ghibli vibe ini tidak menyediakan kopi hanya terdapat aneka tea. Aku sendiri memesan matcha yang disangrai, rasanya sangat sangat enak, pahit dan tidak manis, aku sukaaa. Donat klasik menjadi menu andalan mereka. Kau tahu? aku yang begitu menyukai donat gula halus, sangat mengapresiasi donat milik mereka. Donat disajikan ketika masih hangat dengan taburan gula yang tidak berlebihan ditambah dengan sedikit taburan kayu manis membuat aroma dan rasa serta tekstur yang begitu lembut sangat sempurna membuat perut kenyang dan hati penuh. Sungguh, aku ingin kembali ke sana demi donat yang mereka milikki.

Kedai nanaIro

Selesai mengistirahatkan kaki dan mengisi energi, kita melanjutkan ke tempat terakhir yaitu di Museum Tumurun. Jarak yang ditempuh dari nanairo memakan waktu hanya 5 menit. Museum Tumurun ini milik pribadi yang dikelola oleh keluarga Lukminto. Terdapat 2 lantai, dilantai pertama kau akan disuguhkan dengan berbagai koleksi pribadi milik keluarga Lukminto dan di lantai dua kau akan disuguhkan karya dari seniman yang sedang melakukan pameran di sana. Saat aku berkunjung, seorang seniman bernama Albert Yonathan Setyawan sedang membuka pameran yang bertajuk Transitory Nature of Earthly Joy yang bisa dinikmati dari 7 Juni 2024 hingga 12 Januari 2025 dilantai dua museum Tumurun. Museum Tumurun ini dibuka untuk umum dengan cara melakukan reservasi dan pembelian tiket melalui website milik museum tumurun. Satu orang dikenakan biaya 25.000 rupiah dan waktu berkunjung dibatasi selama 1 jam sesuai dengan jadwal tersedia dan yang dipesan.

Museum Tumurun

Sebagai seorang tour guide pribadi menjelajah Solo untuk anak seni dan anak rumahan, Najwa bilang ia betah di Solo dan menyukai rencana berpergian 2 hari satu malam yang aku buat. Mengetahui ia puas, membuat hatiku lega. Mengingat rejeki yang ia dapatkan membuka rejeki untukku pula. Allahku, hambamu ini bahagia atas rejeki yang engkau berikan lewat mereka. Sungguh aku bahagia wahai Allahku terimakasih. Aku menantikan engkau mengijinkan aku untuk melakukan perjalanan di kota-kota yang belum sempat kudatangi.

Aku penasaran, kau sendiri apakah menyukai berpergian ke kota orang? Adakah kota yang ingin kau jelajahi? Aku punya banyak daftar kota yang ingin kujelajahi. Semoga Tuhanku, meridhoiku untuk banyak berpergian.

 

 

 

Selasa, 02 Juli 2024

Selamat Telah Menggenap

 

Setelah sekian purnama tidak berjumpa, kau datang lagi ke rumah dengan secarik kertas ditanganmu. Namamu dan perempuanmu tertulis jelas di sana. Aku langsung bisa menebak, sebuah undangan pernikahanmu. Sebenarnya aku sudah mendengar kabar kau telah menikahi perempuanmu, tapi tetap saja aku kaget mengetahui kau langsung datang ke rumah untuk mengantarkan undanganmu sendiri kepadaku.

Aku melihat kau mematung di depan pintu dengan pandangan kosong ke ujung kakimu. Aku melangkahkan kaki memperpendek jarak diantara kita dengan melemparkan senyum termanis yang kupunya tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun. Dengan gelagat tubuhmu yang begitu canggung kau terlihat diam sejenak, kau hanya memandangku tanpa kata, tanpa senyum selama beberapa saat. Mungkin kau bingung bagaimana menyampaikannya kepadaku. Lalu kau menyodorkan undangan dengan senyum yang begitu kaku dan masih dengan mulut yang membisu.

“selamat yaa,” dengan senyum dan nada yang riang aku menyambut undanganmu. Hanya kata ini yang mampu keluar dari mulutku.

“iya makasih” lagi-lagi kita terjebak dalam hening.

“aku sudah menikah.... dan ini undangan tasyakuran pernikahanku, nanti datang ya” pintamu

“tidak janji yaa” kataku

---

Akh, akhirnya kau menikah terlebih dahulu dibanding diriku. Akhirnya kau menjadi lelaki yang tidak lagi peragu. Dengan ini, aku resmi berhenti menjadi halte pemberhentianmu lagi bukan?

Kau ingat? sejak dulu aku selalu sendiri tanpa menjalin hubungan dengan siapapun. Di saat kau bolak balik menjalin hubungan dengan banyak perempuan. Ketika kau sedang menjalin hubungan dengan perempuan lain, kau akan melupakanku tapi ketika kau selesai dengan perempuan itu kau kembali padaku. 8 tahun, waktu yang cukup lama dijadikan halte pemberhentian. Asal kau tahu...

Kau tahu kenapa kita tak menyatu? Sebab kau peragu, sedang aku harus begitu teryakinkan. Atau sebenarnya kita terlalu takut dengan kemungkinan harus kehilangan sepenuhnya jika kita memilih egois untuk bersatu saat itu. Seperti, jika saat itu kita memilih menyatu dan berakhir bertengkar lalu kita putus, kita tidak siap untuk menjadi asing satu dengan lain, sebab itu kita memilih menjadi dua manusia yang peragu. Entahlah~

Apapun hubungan kita saat itu, aku tak peduli. Saat ini, Aku turut berbahagia atas mengenapnya dirimu. Ini sungguh, bukan bualan. Semoga kau lebih sering dipeluk kebahagiaan dan ketenangan dibanding kepedihan, dikuatkan dalam segala ujian pernikahan. Menjadi sepasang yang tidak hanya di dunia tapi juga di surga. Semoga mendapat peran bapak diwaktu yang tepat yaa. Cepat atau lama semoga tidak mengurangi kebahagiaan keluarga kecilmu. Kan kau paham, Tuhan akan memberi ketika kita telah siapp untuk memilikinya dan diwaktu yang tepat pula. Jadi tidak ada yang namanya terlambat, jangan terlalu sering mengukur dirimu dengan jam tangan orang lain.

Sekali lagi, selamat atas pernikahanmu dan maaf aku tidak bisa hadir tapi aku ikut merayakan dengan doa paling riuh saat itu.


Dari Temanmu yang bernama Indah Puji Lestari.

Rabu, 19 Juni 2024

Musim Rindu dipelantaran Juni

 

Hai Jun~

Ini aku gadis bulan hujan Desember. Senang menyambut hujan dibulan Juni. Setelah mengenal pak Sapardi, aku sempat ingin menjadi gadis hujan bulan Juni. Menjadi seseorang yang tabah yang mampu mengemas rasa rindunya begitu elok, rapih dan tak terlihat.

Jun, tolong sampaikan ke pak Sapardi. Aku ingin menjadi hujan bulan juni. Yang merahasiakan rintik rindu kepada pohon berbunga itu. tapi rindu milikku begitu deras dan bergemuruh. Ia terlalu sering mengedor jendelaku, gemar menyelinap tak tahu malu.

Jun, sampaikan ke pak Sapardi. Aku ingin menjadi hujan bulan Juni. Yang menghapus jejak-jejak ragu dijalan itu. tapi aku terlalu tergesa menafsirkan isyarat yang kukira cinta tapi kini terjatuh pada kubangan ragu.

Jun, sampaikan ke pak Sapardi. Aku ingin searif hujan bulan juni. Membiarkan yang tak terucap diserap akar pohon itu. tapi aku menjadi gadis yang gemar merenggek dan bising dihadapanNya ketika hatiku luruh.

Jun, sampaikan ke pak Sapardi. Aku hanya ingin ngopi dengan sederhana di bulan Juni. Ikut merayakan kedatangan hujan bulan Juni.

Jun, tanyakan ke pak Sapardi. Tak bisakah rinduku seindah mereka? Kenapa rinduku harus kubungkam ketika ia ingin berdendang dengan riangnya?. Kenapa rinduku tak kunjung mereda? Harus berapa lama lagi aku menunggu rindu ini pergi? Atau sebenarnya ada yang salah dengan caraku memandang?

Jun~ bolehkah aku menumpahkan segala keluh padamu? Meski aku sudah tidak terlihat kacau tapi aku ingin meracau, tidak bisakah kau membawaku untuk melihat wajah yang sudah lama tak kusapa itu? sebab tadi pagi angin membawa pesan kepadaku, katanya sudah saatnya aku mencarimu. Sudikah ia menjadi rumah tempatku membuang rindu? Aku ingin dia datang dan membuatku terang dan tenang.


Gadis bulan hujan Desember yang rindunya begitu deras 

Jumat, 19 April 2024

Tentangmu yang Membuatku Seolah Sembuh


Bagian 1

Aku masih ingat,
kedatanganmu yang tiba-tiba
nyatanya mampu membuatku merona dan beranjak dari merana.
 
Mata yang membuatku terpanah,
pun tawa yang membuatku hanyut dan ingin tenggelam.
Menjelma kenangan yang bersembunyi dirongga-rongga ingatan.
Menggodaku  untuk malu-malu berharap.
 
Kau, lelaki yang kubagi sepotong waktuku di pojok kedai itu.
Bolehkah aku menjadi sunyi yang paling bising dikepalamu?
 
Ada detak yang tak rela sebab derap langkahmu semakin lirih,
Sedang harapku telah meninggi.
 
Kau paham bukan?
Angan seringkali membawa kita pada ingin yang teramat.
 
Tapi aku tidak bisa menyimpanmu dalam hati,
Pamali, nanti Tuhan marahi.
Tapi bolehkah kau kusimpan dalam puisi?
Dunia perlu tahu,
Ternyata hatiku tak semati itu.

***************************************
Bagian Dua

Aku ingin berjudi dengan segala kesempatan yang kumiliki
Mempertaruhkan seluruhnya untuk mendapatkanmu.
 
Aku tak punya pilihan lain
selain memberikan seluruhku tanpa kehilangan diriku.
 
Tak berhenti disitu.
Aku pun melakukan ritual merapalkan mantra dikeheningan malam.
Untuk menjaga seluruhmu.
 
Tak akan kubiarkan kau merasa kosong,
Kehadiranku akan menjadi isi
Yang selalu mencukupi dirimu.
 
Aku akan patuh pada tuturmu yang teduh
Takluk pada kasihmu yang menyerbu
Tunduk pada egomu yang rapuh.
 
Aku akan menjadi teduh lagi meneduhkan
Hanya untuk matamu yang menatap.
 
Apakah kau mau menlanjutkan cerita denganku?
Aku akan menjadi rentetan kata yang puitis
Untuk membuatmu penuh makna
 
Aku ingin kau menikmatiku dengan sempurna.
Hingga menjadikanku rotasi kebahagiaanmu.
 
Bagaimana menurutmu?

****************************************
Bagian Tiga

Berlayarlah, biarkan angin membawamu menemukan jawabannya.
Kau akan baik-baik saja.
Kapalmu tak akan karam.
 
Percayalah.
Sebab yang aku lihat, kau nahkoda yang begitu hebat,
Begitu piawai mengendalikan kemudi.
Serta paham kemana kau akan pergi.
 
Dari mana aku tahu?
Matamu menjelaskan seluruhnya.
Binar mata yang begitu nyala terang
Tapi memiliki sorot mata yang begitu teduh.
 
Nanti, ketika laut begitu riuh membuat kapalmu terombang-ambing.
Berlabuhlah.
Aku akan menjadi dermaga untukmu
Pun menjadi rasi bintang agar kau bisa membaca arah
dan kembali melanjutkan perjalanan.
 
Kau tahu kan?
Aku pandai menunggu jika itu perihal kamu
dan pada akhirnya aku menjadi dermaga terakhirmu.

Kota Lama Selepas Hujan

 

Jalanan yang masih basah selepas hujan malam itu, aku duduk seorang diri menunggu kau hampiri. Di bawah lampu jalanan yang temaram dan diantara bangunan tua yang kokoh berdiri, kamu melangkahkan kaki menujuku.

Kebisingan yang ada disekeliling mendadak redam, yang terdengar hanya derap langkah kakimu yang semakin mendekat membuat detak jantungku berdegup begitu kencang. Aku berusaha keras menyembunyikannya, takut kau bisa mendengar.

Tepat dihadapanku, mata kita beradu lalu kau tersenyum menyambutku. Sial, ternyata kau memiliki senyum yang begitu magis. Aku yang datang dengan hati yang apatis mendadak luluh menjadi begitu pemalu dihadapanmu. Aku kembali merutuki diri, mempertanyakan diri “bukankah hatimu hampir mati, lalu kenapa pipimu merona hanya dengan senyuman yang ia layangkan? Payah sekali.”

Malam itu, kau berkata terjebak dalam rutinitas orang dewasa. Hari-hari kau hanya bergelut di tempat kerja, kosan lalu lapangan sepakbola. Kau mengadu tidak mengenal banyak tempat di sini meski sudah menetap tiga tahun lamanya.

Lalu aku menawarimu pergi ke kedai kopi yang selalu kukunjungi di ujung gang itu. kau pun setuju. Di kedai kopi itu, suasana mirip pasar begitu rame. Kursi-kursi sudah terisi, bahkan musik yang diputar kalah berisik dengan suara gelak tawa di meja-meja para pengunjung. Matamu menyusuri segala sudut ruang dan menemukan satu tempat kosong di pojok. Persis, tempat duduk terakhir kali ketika aku datang sendiri. Tapi kini tidak lagi. kedatanganku bukan lagi untuk secangkir es amerikano tapi kedatanganku untuk menyambut kehadiranmu.

Saat itu, kita saling meminjamkan telinga. Bertukar kabar satu sama lain setelah sekian purnama tidak berjumpa. Kita berbagi tentang apa saja. Pikiran-pikiran acak yang muncul tiba-tiba, menertawakan kegagalan yang pernah kita lalui, politik yang sedang dibicarakan banyak orang, kehilangan terbesar yang baru saja kau lalui dan sebuah rahasia yang kau bagikan denganku.

Terlalu asyik bercengkrama membuat kita tidak sadar bahwa kedai kopi yang tadinya begitu rame kini hanya tinggal kita berdua. Aku menghentikanmu yang sedang berceloteh untuk beranjak dari kedai kopi ini, sebab para barista sepertinya menginginkan kita untuk segera pergi dan mereka bisa menutup kedai karena waktu kerja mereka hampir habis.

Kita bersepakat untuk menghabiskan waktu sedikit lebih lama lagi dengan berjalan menyusuri jalanan kota lama. Di sepanjang jalan, kau melanjutkan ceritamu dan aku menyimak dengan begitu seksama, mencoba mengeja dirimu dengan baik. Aku menyadari bahwa Kamu banyak berubah. Aku bangga melihat kamu tumbuh dengan baik selama ini meski tidak ada aku di dalamnya. Tidak hanya cerdas secara pemikiran tapi juga cerdas secara emosional. Menjadi teduh lagi meneduhkan.

Kamu persis kota lama selepas hujan malam itu. Memberikan getaran yang manis lagi menenangkan. Namun kehadiranmu yang tiba-tiba membuatku kuwalahan menghadapi gemuruhnya dada. Meski begitu Aku ingin bertanya, maukah kau bertukar tatap lagi denganku?

   

 EL 

Rabu, 03 April 2024

Berbahagialah, Sebab Aku Pun Sedang.

 

Ketika di kepalamu masih tertanam kata “mencari kebahagiaan” maka selamat perjalananmu masih panjang untuk sampai muara bahagia.  Bahagia itu persoalan mau dan mampunya kita untuk menikmati setiap perjalanan takdir yang sedang terjadi. Kebahagiaan bukan dicari tapi dikenali, sebab bahagia adalah perasaan itu sendiri dengan penerimaan paling lapang dalam wujud yang banyak rupa.

Bahagia itu amat sangat dekat tapi terkadang pandangan kita saja yang terlampau jauh. Tanpa sadar kita membuat tolak ukur dan berbagai syarat untuk bisa merasa bahagia. Seperti, aku akan bisa bahagia ketika sudah punya tabungan seratus juta misalnya, atau aku akan bisa bahagia ketika sudah memiliki barang mewah. Dan lagi, aku akan bisa bahagia ketika memiliki pekerjaan dengan gaji sekian dan masih banyak hal lainnya yang kita patok untuk membuat kita layak bahagia. 

Lantas, jika patokan dan syarat yang kita buat agar bisa membuat kita layak merasa bahagia itu belum juga tercapai, apa itu berarti kita tidak layak merasa bahagia? Apa itu berarti kita harus terus terukung dalam murung? Padahal bahagia itu sederhana dan kita layak untuk bahagia dengan apapun kondisi kita dan siapa diri kita.

Berbicara bahagia, aku ingat tentang sebuah kelas intensif dari syamelaa series yang aku ikuti selama 30 hari berturut-turut di bulan Februari lalu. Salah satu episodenya bertema “Berbahagialah karena Allah ingin melihatmu bahagia”. Dalam episode itu yang masih aku ingat bahwa setiap orang berhak untuk bahagia dan Allah yang menginginkan kita bahagia. Maka dari itu kita perlu mengusahakan untuk berbahagia dengan bersungguh-sungguh dengan cara yang di ridhoi oleh Allah. bahkan usaha kita untuk merasa bahagia akan menghasilkan pahala dan mendapat ridho Allah, dalam catatan usaha kita dalam aturan Allah.

Sesederhana senyuman yang menenangkan yang kita berikan untuk keluarga, itu akan memberikan kebaikan untuk kehidupan kita dan menghasilkan pahala dari Allah. Lalu apa yang membuatmu masih terkurung dalam murung?

Bukankah kita sangat disayang Allah? bukankah Allah menciptakan kita dengan penciptaan sempurna dan memberikan takdir yang terbaik untuk setiap hambanya? bukankah rejeki kita telah diatur dan Allah tidak pernah ingkar dengan janjinya? lalu kenapa kau begitu khawatir tentang masa depan dan memperumit bahagiamu sendiri dengan membuat tolak ukur atau membandingkan pencapaianmu dengan manusia lain yang hanya membuatmu semakin kesulitan merasa bahagia?

Dan bukankah Allah selalu membersamai kita dalam apapun kondisi kita? lantas kenapa kamu masih merasa sendiri? Tidak sadarkah kau begitu disayangi Allah? kenapa kau terlalu mengejar dan mencari kasih sayang manusia yang jelas ketika kau menautkan kebahagiaanmu pada manusia maka hasilnya sudah bisa ditebak yaitu kecewa.

Bangun kebahagiaanmu sendiri jangan menautkan bahagiamu pada sesuatu yang semu yang hanya menghasilkan kecewa di kemudian hari. kalau kau ingin bunga, maka beli atau tanamlah, bukan malah berharap ada seseorang yang datang memberimu bunga.

Kalaupun ada yang mengomentari, menyentilmu dengan hal-hal yang membuatmu merasa rendah diri, belajarlah untuk mengetahui mana yang ada dalam kendalimu dan mana yang diluar kendalimu. Fokus pada apa-apa yang ada dalam kendalimu dan tenanglah, sebab hanya ketenangan yang mampu membuatmu terlihat anggun nan elegan. Tenanglah, sebab Allah yang paling menyayangimu selalu bersamamu dan Allah tak pernah ingkar dengan janji-janjinyanya.

Bicara bahagia, kabarmu bagaimana? Semoga selalu dalam penjagaan Tuhan dan hatimu selalu penuh dengan apa-apa pemberianNya. Dengan hati yang tulus, berbahagialah, sebab aku pun sedang~

 

Dari perempuan yang jatuh hati kepada TakdirNya 

Rabu, 06 Maret 2024

Surat Manis Dihari Kamis Dari Perempuan Sok Romantis

 

Teruntuk seseorang yang nantinya akan menjadi lelakiku, Nahkodahku, Imamku, sahabatku, suamiku dan ayah dari anak-anakku (Aihhh Aihh Aihh 😁 ) dimana pun kamu dan siapapun kamu, aku berharap kamu selalu dalam penjagaan Tuhan. Hai Mas, sebentar lagi bulan suci Ramadhan akan tiba, bagaimana persiapanmu menyambut bulan puasa kali ini? Kuharap kamu tidak lalai dalam memperbaiki koneksimu dengan Tuhan yaa.

Kamu tahu mas? Akhir-akhir ini, ketika mendekati lebaran meski bulan suci ramadhan belum dimulai tapi orang-orang terdekatku mempertanyakan keberadaanmu. Kamu pun sering muncul dalam pemikiranku membuat sebuah tanda tanya besar, bagaimana sosokmu, dimana keberadaanmu, apakah kamu tumbuh dengan baik, dan bagaimana skenario Tuhan dalam mempertemukan dan menyatukan kita? tidakkah kau penasaran dengan itu?

Bagaimana kalau kita pernah bertemu?  mungkin sebenarnya kita sudah saling bertegur sapa? atau kita sama sekali masih asing dengan perjumpaan? Entahlah~ tapi semoga kamu datang begitu sopan dengan cara yang baik di waktu yang tepat.

Mas, nanti kalau kita sudah dipertemukan dan disatukan, pastikan kita banyak ngobrolnya yaa, perkara apapun, rutinitasmu yang berulang-ulang pun tak apa. Kita saling bertukar pikiran, saling memahami. Nanti jangan main tebak-tebakan yaa~ sebab kita bukan cenayang yang bisa baca pikiran orang, kita harus mencoba menyederhanakan semuanya. Mengungkapkan apa-apa yang harus diungkapin dan yang harus didengar.

Dalam perjalanan sendiri ini, aku sedang mempersiapkan diri untuk menjadi perempuan yang ketika bertemu denganmu aku telah berada pada versi terbaik diriku untuk bisa membersamaimu. mengandalkanmu tanpa mempersulitmu.

Aku usahakan nantinya menjadi keteduhan bagi matamu memandang, menyambutmu dengan senyuman saat kamu pulang dari lelahnya berjuang mencari nafkah, meski saat ini aku belum pandai berias dan selembut perempuan di media sosial dan disekitarmu.

Aku usahakan nantinya memasakkan makanan favoritmu dan menyajikannya di meja makan, meski saat ini aku sedang dalam tahap belajar dan hanya mampu membuat beberapa menu, itu pun harus meliat resep.

Aku usahakan nantinya menjadi teman berbincangmu tentang segala hal, menjadi perempuan yang tidak hanya cerdas secara pemikiran tapi juga cerdas secara emosional, meski saat ini pengetahuanku masih sangat terbatas dan masih kaku dalam memulai obrolan dengan orang baru.

Aku usahakan nantinya menjadi istri yang baik untukmu dan ibu yang baik bagi anak-anak kita, meski saat ini aku masih memperbanyak bekal ilmu parenting dan ilmu menjadi istri sholehah.

Masih banyak hal yang saat ini aku usahakan untuk bertemu denganmu, ketika Allah telah meridhoi, semoga kita dipertemukan dalam keadaan masing-masing kita sudah pantas untuk menjadi sosok terbaik untuk keluarga kecil kita. Aku kerjakan bagianku, kamu kerjakan bagianmu, perihal bagaimana kita bersatu biarlah itu menjadi kehendak Allah.

Mas. Jika pada akhirnya aku adalah perempuan yang kamu pilih untuk membersamaimu dalam perjalanan menuju dermaga terakhir yaitu SurgaNya. Aku akan berusaha untuk melakukan peranku sebaik mungkin dalam menaatimu.

Tapi, Aku ingatkan bahwa aku hanyalah manusia dan seorang perempuan yang ditakdirkan bengkok. Tugasmu adalah meluruskan apa-apa yang bengkok dari diriku. Ijinkan aku memberi tahu beberapa hal, tolong luruskan dengan lemah lembut bukan hentakan keras. Sebab aku lebih mudah menaatimu ketika tutur kata dan lakumu berlemah lembut denganku, sedang ketika kau meluruskanku dengan hentakan keras aku hanya akan patah dan bebal.

Mas, aku hanya perempuan yang otaknya lebih kecil darimu. Masih banyak di dunia ini yang belum kuketahui, jika nanti kamu menemukan diriku yang belum mengerti apa yang telah kamu mengerti, kuharap kamu memahamiku, sabar memberitahu dan mengajariku dengan cara yang tidak merendahkanku dan tutur kata yang lembut.

Mas, tentang ilmu pengetahuan dan pemahaman yang kini kumiliki semoga memudahkanku dalam menaatimu bukan malah meng-alphakan diriku dihadapanmu. Tapi mas, aku hanya seorang perempuan yang ingin menjadi hamba yang baik dihadapan Tuhanku, istri yang baik untuk dirimu, ibu yang baik untuk anak-anak kita, anak yang baik untuk orangtuaku dan orangtuamu, manusia yang penuh kasih untuk saudaraku dan orang sekelilingku. Kuharap kehadiranmu menuntunku bertumbuh dan berperan dengan baik dalam segala peranku.

Mas, aku hanya seorang perempuan dengan pemahaman agama yang masih begitu sedikit. Masih banyak yang belum kuketahui, tapi dalam pernikahan aku menginginkan surga menjadi tujuan kita. Lewat dirimu, aku berharap kau mampu menjadi nahkoda untuk berlayar ke sana. Setelah menikah nanti tanggungjawab diriku akan sepenuhnya milikmu. Pasti berat untukmu, tapi semoga Allah memudahkan diriku untuk terus menaatimu, tentu dalam koridor Tuhan.

Mas, mari terus merayu Allah agar meridhoi kita untuk bersatu dengan caraNya bukan mendikte Allah agar menyatukan kita dengan rencana kita dan tergesa-gesa. Mari selalu libatkan Allah dalam segala hal, sebab Takdir dan keinginan Allah selalu yang terbaik dibanding rencana kita. Sampai bertemu dipersimpangan yang telah Allah siapkan untuk mempertemukan kita.

 

Dari perempuan yang akhir-akhir begitu penasaran dengan sosok dirimu

Jumat, 09 Februari 2024

Aroma yang Menguar dari Dapur di Sabtu Pagi

Sekarang waktu menunjukkan pukul 7.30 WIB, aku baru saja terbangun dari tidur yang begitu nyenyak tanpa bermimpi dan tanpa terbangun di tengah malam. Entah kapan terakhir aku tidur seperti malam ini, aku lupa. Suasana pagi kali ini begitu sejuk. Dari jendela kamar, aku bisa melihat gerimis sedang jatuh sedikit deras. Aku menyukai posisi jendela kamarku, ketika malam, aku bisa melihat bulan dari kamarku tanpa harus keluar rumah. Dibalik jendela kamarku aku bisa melihat apapun yang disuguhkan langit, sungguh hal yang patut kusyukuri.

Seperti biasa, aku tidak langsung beranjak dari kasur ketika baru saja terbangun, aku akan tinggal di kasur sedikit lebih lama hanya untuk melamun atau membuka media sosial. Setelah mengumpulkan energi positif untuk beraktifitas, aku meninggalkan kasur dan berjalan kearah meja di pojok kamarku untuk meminum segelas air putih yang selalu kusiapkan sebelum tidur. Duduk di depan cermin mengambil sisir dan membenarkan rambutku sambil mengajak berbincang pantulan gadis dicermin.

Hari ini ia terlihat bersemangat, sebab pagi ini ia akan membuat cookies dengan bahan-bahan yang sudah ia siapkan tadi malam. membayangkan menyarap cookies buatanya dipadukan dengan kopi hitam panas dengan suasana pagi yang gerimis rasanya sudah membuat diri kegirangan.

Setelah membersihkan diri, aku pergi kedapur menyiapkan bahan-bahan yang akan kuolah menjadi cookies dengan sesekali melihat resep yang telah kusimpan di ponsel. Ruang dapur kupenuhi dengan alunan musik jazz agar aku tidak terlalu tegang dan lebih enjoy dalam menghabiskan waktu di dapur. Langkah demi langkah kulakukan seperti arahan di panduan resep dengan sesekali berdendang mengikuti musik yang diputar.

Setelah bahan-bahan telah kucampurkan dan telah menjadi adonan, aku membentuknya bulat-bulat dan diletakkan di atas loyang. Menyiapkan oven dengan memanaskannya sebentar lalu memasukkan loyang yang berisi adonan ke dalam oven, menunggu 20 menit dan cookiesku siap disajikan.

Ini kedua kalinya aku membuat kue, kali pertama aku membuat burn cheesecake di bulan lalu dan sekarang membuat cookies. Hal yang selalu membuatku berdebar ketika adonan telah kumasukan kedalam oven. Menunggu dan menebak nebak apakah adonanku akan sesuai ekspektasi. Aku terus bolak balik memantau adonanku di dalam oven dengan perasaan sedikit khawatir tapi bersemangat.

Alarm berbunyi tanda bahwa aku harus mengangkat cookiesku dari oven. Kau tahu? ketika membuka pintu oven, aroma manis menguar memenuhi rumah bukan hanya dapur. aroma yang begitu enak. Sambil menunggu cookiesku mendingin, aku membuat kopi hitam panas tanpa gula untuk menemani cookies yang sudah manis. Dapurku beradu aroma manis dari cookie yang baru saja mentas dari oven dan aroma dari kopi hitam yang sedang kuseduh. Kedua aroma itu menghasilkan aroma kebahagian yang memenuhi relung hati.

Kata bapak “cookiesnya enak, tidak seperti kue yang kamu bikin kemaren”.(yang bapak maksud adalah burn cheese cake, bapakku tidak terlalu suka keju, waktu itu ia hanya mencoba sesuap dan tidak melanjutkan lagi. tapi kali ini ia makan beberapa cookies yang kubuat)

Kata ibuk “enak, luarnya renyah dan dalamnya masih sedikit lembut”

Kata kakak perempuanku “aromanya enak, rasanya juga enak cocok untuk disantap dengan kopi hitam tapi bentuknya seharusnya kamu bikin lebih pipih biar cantik buat di foto.”

Aku juga mengira bahwa adonanku ketika di oven akan meleleh dan menjadikan ia tipis tapi ternyata malah mengembang, tapi ini yang menjadikan luarnya renyah tapi dalamnya masih sedikit lembut, perpaduan tekstur yang aku suka.



Sabtu pagi yang menyenangkan, suasana yang sejuk dengan gerimis kecil yang masih setia menjatuuhkan diri di bumi, menyantap cookies buatan sendiri dengan kopi hitam panas, jari-jari yang menari di atas keybord laptop untuk menuangkan isi kepala, dan musik yang memenuhi ruang kamar adalah kombinasi yang begitu hangat dan menyenangkan.

Akan lebih menyenangkan lagi jika kamu bergabung, di teras depan kita berdua dengan 2 cangkir kopi hitam dan sepiring cookies untuk menemani obrolan ringan dan candaan candaan yang kau selipkan di tengah obrolan remeh temeh kita di hari libur pagi. Tanpamu, kebahagiaan apapun terasa ada yang kurang, kamu menjadi pelengkap untuk membuat hari-hari biasa menjadi lebih istimewah.

Aihh, Mengapa kau harus muncul ketika aku menulis cerita ini membuat ceritaku berantakan saja. Dasar. Baiklah, daripada tulisan ini menjadi berubah haluan membahas dirimu dan menjadi sendu mari kita hentikan saja tulisan ini. Selamat menikmati hari libur di sabtu pagi.

 

Dari aku yang hari-harinya libur alias aku pengangguran wehh

 

 

 


Kamis, 08 Februari 2024

Apa Yang Tidak Kita Perbaiki Akan Terus Berulang

 

Seseorang pernah berkata bahwa kenyamanan diri sendiri adalah hal yang harus menjadi prioritas diri. Katanya lagi, kurangi rasa tidak enakan pada diri untuk menolak melakukan sesuatu yang mempermudah oranglain tapi malah abai dengan kenyamanan diri.

Kalimat yang menyelamatkanku dari pemikiran yang sebenarnya tidak sepenuhnya salah tapi kurang tepat di beberapa orang, tempat, kondisi dan situasi.

Dulu, hampir selalu merasa tidak enak hati jika menolak ajakan, keinginan orang lain yang ditawarkan kepada kita agar kita bisa membantunya dan memenuhi permintaanya. Tanpa sengaja, aku selalu melakukan permintaan mereka dengan mengorbankan diri untuk merasa lelah, menghabiskan waktu, merelakan kenyamanan, demi membantu orang lain merasa nyaman dan senang serta takut mereka merasa kecewa dengan kita.

Segala permintaan yang datang dari mereka yang selalu aku penuhi tanpa sadar membuatku abai dengan diri sendiri. Keinginanku bahkan hingga kebutuhanku seringkali kurelakan untuk membuat mereka merasa penuh hingga pada titik tertentu aku merasa kosong.

Hal yang kulakukan itu, nyatanya malah membuat aku semakin jauh dari diriku dan berakibat membahayakan diriku. Aku menjadi pihak yang berakhir membutuhkan pertolongan sebab lupa dengan value yang kupunnya, lupa cara meregulasi emosi dengan sehat dan menganggap diri tidak layak jika aku tidak bisa memenuhi permintaan mereka.

Gemar menyenangkan dan membantu orang lain itu mulia tapi jika hal itu membuat kita abai dengan kebutuhan diri, bukankah kita menjadi orang yang jahat dengan diri sendiri? Jangan sampai kita menjadi penolong orang lain tapi berakhir menjadikan kita sebagai pihak yang harus ditolong.

Mulai sekarang, belajarlah menghadapi rasa tidak nyaman dan bersikap berani untuk membicarakan hal-hal yang tabu, berat, sensitif kepada orang lain.

Jika nyatanya kondisi kita sedang tidak bisa melakukan permintaan mereka, cobalah beranikan diri untuk mengatakannya, aku yakin jika kita mengatakan dengan tutur dan laku yang sopan pasti mereka akan tergerak untuk memahami. Jangan memaksa untuk menanggung beban mereka padahal diri sendiri sedang tertatih menanggung bebannya sendiri.

Mari melepaskan diri dari kebiasan membebani diri sendiri, perlihatkanlah bagaimana diri kamu juga harus dihormati. Semakin kamu mampu untuk bersikap tegas, semakin kamu mampu menghormati dirimu sendiri dan mengerti value dan kelayakan dirimu. Orang-orang sekelilingmu juga akan memperlakukanmu bagaimana dirimu memperlakukanmu. Perbaikilah agar segalanya tidak terulang sebab apa yang tidak kamu perbaiki maka akan terus terulang.

Jika kamu mencintai dirimu dengan benar dan layak, maka orang lain juga akan merasakan energi yang menjadikan mereka menghormatimu dan tidak seenak jidat memperlakukanmu dengan sembarangan. Tapi ketika kamu tidak mencintai dirimu sendiri, abai dengan dirimu maka energimu akan membuat orang disekelilingmu berbuat semaunya mereka dan kamu hanya akan menarik orang-orang yang memanfaatkanmu demi kepentinggan mereka. Bagaimana cara kita mencintai diri sendiri, akan menumbuhkan bagaimana cara orang sekeliling kita memperlakukan kita.


Dari seseorang yang sedang menciptakan aksi untuk membentuk hidup yang dikendaki, membangun diri yang akan dihidupi, merawat dengan layak dan menjadikannya berharga.

Selasa, 06 Februari 2024

Lika Liku Luka

 

Ketika perihal tentangmu mencoba menyeruak keluar meminta untuk dikenang, aku menikamnya berulang-ulang. Menjadi pembunuh ulung. Memang benar kenangannya hanya berisi perkara menyenangkan. Tapi riuh rindunya begitu kejam membantai nalar.

Rasa penasaran yang kerap datang meminta untuk mencari tahu kabar tentangmu selalu urung kulakukan, agar tak lagi uring-uringan sepanjang waktu. Ada perasaan yang harus kumakamkan meski tumbuh kembangnya begitu pesat dan sehat. Ada harapan yang harus kulenyapkan meski hadirnya dengan doa-doa tulus dari dlubuk hati luguku.

Melihat kau telah baik sedang aku masih belum, nyatanya masih sulit kuterima. Aku begitu porak poranda dihancurkan diriku sendiri. Bodohnya, aku menghindar dari rasa sedih yang seharusnya kueja dengan baik agar aku bisa membaca diriku dengan benar. Agar sesuatu yang ku pendam tidak berakhir lebam-lebam.

Tapi malah mahir berpura-pura seperti tak terjadi apa-apa. Berlaku layaknya orang dewasa yang tenang. Membungkam paksa segala kebisingan yang ingin berdendang dengan riangnnya.

Bajingan. kau rampas ketenangan dalam pagiku bahkan hari-hariku. Aku tidak membiarkan diriku untuk mengingat dirimu, meratapi segala kejadian yang telah terjadi, tapi kenapa kau malah menjelma bunga tidurku? Maksudmu apa? Tidak tahukah kau, aku begitu bekerja keras untuk menghiraukanmu meski aku begitu ingin mengingatmu, tapi selalu kutepis habis-habisan hingga mebuatku hampir menjadi apatis.

Sial. Gema yang kau ciptakan itu membuatku luluh lantah. Terpontang-panting seperti ranting yang dimainkan angin. Terombang ambing seperti perahu yang menari di tengah laut bergaun ombak.

Aku terus membantah bahwa kamu masih pemenangnya. Tapi aku sadar, seperti kata Amigdala. Percuma, sebab Tuhan sebut kita sia-sia. Tapi setelah lagu itu selesai berdendang. Spotify memutar lagu Nadin Amizah “Sorai” seperti magis.

‘Kau dan aku saling membantu

Membasuh hati yang pernah pilu

Mungkin akhirnya tak jadi satu

Namun bersorai pernah bertemu.’

Setelah menyimak lirik itu dengan seksama. Aku terperanjat. Menyadari bahwa jantungku sudah tak berdetak pilu yang ngilu ketika mengingatmu. Aku kembali menerima diriku dengan kondisi babak belur dan penuh lebam dimana-mana. Hal menyenangkan nyatanya bisa berubah menjadi hal paling menakutkan dengan waktu yang begitu singkat.

Ada makna yang tertinggal yang tak kusadari begitu berarti dari kejadian kemarin yang membuatku terkurung dalam murung. Kini aku melihat cahaya sebab telah berhasil bertahan melewati hari yang gelapnya begitu pekat. Aku berhasil meletakkan titik dalam cerita yang lalu pada kalimat yang bijak dan begitu hangat. Aku berhasil membuka bab baru dengan diriku yang masih menjadi tokoh utama. Perlahan tumbuh dengan kuat, teduh lagi meneduhkan, mekar dengan cantik dan memiliki harum semerbak. Begitulah karakterku di bab baru.

Seperti kembang api yang nyalanya begitu cantik meski hanya sekejap tapi mampu memberikan warna dan cahaya pada langit yang gelap dan menghangatkan hati yang hampir apatis. Terima kasih telah terlibat membantuku menemukan diriku dengan versi yang sekarang begitu kukagumi dan kusyukuri. Terimakasih sebab hadirmu seperti kembang api di malam hari. Berbahagialah, sebab aku pun sedang.

 

Dari perempuan yang perlahan kembali menemukan utuhnya dan melanjutkan perjalanan yang sesekali mendendangkan lagu Tulus, hati-hati dijalan.

 

Sabtu, 03 Februari 2024

Perihal Menemukan dan Ditemukan Olehmu

 

Aku terpukau dengan cara berfikirmu. Di sana, dirimu berhasil membiarkanku menenggelamkan diri, berenang bersama makhluk-makhluk di kepalamu dengan leluasa tanpa takut kehabisan nafas dan merasa sesak.

Sesuatu yang carut marut yang hidup di kapalaku nyatanya mampu kamu urai dengan begitu tabah hingga tak lagi kusut. Segala yang rumit mampu kamu sederhanakan dengan pandangan yang begitu bijak tanpa membuat perasaanku terlukai. Yang bengkok kamu luruskan, yang salah kamu benarkan dengan kelembutan dan penuh kehati-hatian.

Aku mengagumi bagaimana caramu menasihati. Ketika aku berada dalam jalan yang tak seharusnya, kamu berusaha memberitahuku dengan santunnya laku dan tutur katamu. Kamu tidak pernah mengurui dan merasa paling benar sendiri. Kamu seseorang dengan hati paling lapang menerima segala perbedaan dan menghargai pendapatku yang kadang berselisih denganmu. kamu selalu berhasil menemukan cara mengambil hatiku dan membuatku menaati nasehatmu.

Aku takjub dengan laku dan tutur katamu. Di sana, tidak kutemukan lisan dan laku yang menyakiti hatiku. Kamu selalu berusaha memilah milah kata agar yang keluar dari mulutmu adalah sesuatu yang mampu membuatku seseorang yang mendengar merasa begitu tenang.

Aku tenang bersamamu. Kamu nahkoda yang begitu hebat, kamu memiliki tujuan kemana kita akan pergi, tidak membuatku merasa terombang-ambing di tengah lautan tanpa kepastian.

Bagiku kamu Serupa pohon yang memiliki daun yang rindang, kamu teduh dan meneduhkan. Serupa rumah yang begitu hangat. Di sana, aku ingin tinggal berlama-lama dan selamanya.

Terimakasih sebab tidak menerimaku apa adanya. Selalu menggengam tanganku menuju perubahan dan tumbuh menjadi pribadi yang semakin baik untuk meraih ridho Allah.

Jadi bagaimana aku tidak jatuh cinta denganmu?

Jumat, 02 Februari 2024

Belajar Memasak


Hai, ini aku seorang perempuan yang satu bulan lalu baru saja berusia dua puluh lima tahun tapi belum bisa memasak. Yang jika pergi kedapur hanya untuk membuat mie instan dan telor goreng.

Dari kecil hingga SMA dan 2 tahun belakangan ini di rumahku ada yang membantu mengurusi rumah dari mulai bersih-bersih hingga urusan dapur. Sebab kehadiran tenaga kerja di rumah menjadikan aku tidak pernah bergelut di dapur. Orangtuaku tidak pernah menyuruhku untuk belajar memasak atau membantu segala sesuatu yang terjadi didapur. Ini menjadikan aku hingga usia 25 tahun hidup dalam kemudahan dan tidak mengerti caranya memasak. Sejak kecil aku hanya dibiasakan untuk membantu di toko sembako milik orangtuaku bukan mengurusi rumah terutama dapur.

Tapi sejak 5 bulan yang lalu sudah tidak ada lagi tenaga kerja yang membantu mengurusi rumah. Posisi chef di dapur diganti oleh ibuku. Kau tahu? ibuku baru bisa memasak setelah menikah, begitu juga kakak perempuanku, jadi dari dulu aku tidak termotifasi untuk bisa memasak. Pikirku saat itu “nanti ketika sudah waktunya, ketika aku sudah menikah dan situasi memaksaku untuk bisa memasak pasti aku juga bisa memasak kok, sekarang aku belum terlalu butuh.”

Itu pemikiran dulu, kini telah berbeda. Sekarang aku berpikir bahwa memasak adalah skill basic yang harus dimiliki setiap manusia untuk melangsungkan hidupnya dan bukan hanya perempuan tapi juga laki-laki. Jadi kenapa aku harus menikah dulu baru bisa memasak? Kenapa tidak sekarang saja? agar nanti ketika harus beradaptasi berperan sebagai seorang istri aku tidak lagi kelabakan atau kebingungan ketika harus menyiapkan makanan. Aku juga ingin bisa memasak agar bisa membawakan bekal untuk lelakiku ketika bekerja. Agar ia bisa memamerkan keteman-temannya bahwa masakan istrinya sangat enak. Dan ketika punya anak yang merantau untuk pendidikannya ia juga akan sering pulang sebab rindu masakan ibunya. Aihh, malah menghayal, hmmm.

Pemikiran dan pertanyaan ini mampu membuatku termotivasi untuk bisa memasak dari sekarang. Selain itu, sejak awal Januari aku memiliki waktu luang yang bisa kumanfaatkan untuk mengupgrade diri dengan belajar memasak.

Kau tahu? sejak awal Januari aku mulai belajar memasak dengan resep yang kucuri dari instagram. Sekarang setiap ada resep yang berlalu lalang di instagram yang terlihat mudah aku langsung menyimpanya. Kini penyimpananku penuh dengan resep masakan. hahaha

Meski masih memilih menu yang mudah untuk digarap, masih banyak melakukan kesalahan, tapi aku begitu menikmatinya. Kau tahu? ketika kita memasak dan menghidangkan di meja makan lalu keluarga kita menghabiskan lauk yang kita masak, ternyata rasanya begitu hangat dan penuh.

Dan ketika aku menghidangkan sesuatu yang rasanya masih menemukan kekurangan, ibuku mengatakan “tidak apa-apa kan masih belajar, wajar jika gagal dan masih banyak kekurangan”.  Sebuah kalimat yang membantuku bertumbuh dan tidak merasa patah semangat. Sesuatu yang selalu kubutuhkan. Kau paham bukan? Bahwa kalimat dari seseorang sangat berdampak pada mentalku juga perasaanku. Kalau kata orang bahasa cintaku adalah word of affirmation. Oke kita kembali ke topik.

Memiliki niat belajar tidak serta merta semuanya akan berjalan lancar, tentu saja akan menemukan beberapa masalah seperti jari yang tergores pisau ketika memotong-motong, tangan yang terciprat minyak ketika mengoreng dan tangan yang terasa panas serta pedas ketika berurusan dengan cabai dan bawang-bawangan.

Tidak hanya berhenti di situ, kebingungan juga kerap kali melanda. Seperti ketika resep yang kudapati berisi tentang kata “secukupnya” misal saja masukan garam secukupnya. Aihh, untuk aku yang baru belajar kata secukupnya dalam resep adalah sesuatu yang membingungkan dan terasa menyebalkan. Dari sini aku menemukan bahwa ternyata memasak juga membutuhkan seni memainkan perasaan dan itu membutuhkan jam terbang.

Setelah bertempur di dapur kurang lebih satu bulan, aku telah menemukan ritme untuk menikmati proses belajar ini. Hormon adrenalinku mulai naik memaksaku untuk terus memasak menu-menu baru lainnya yang memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dengan menggunakan banyak bumbu dapur yang bermacam-macam.

Ketika aku berhasil meniru resep dan rasanya enak membuatku ingin terus melakukannya. Rasanya seperti kecanduan untuk mengulik menu-menu yang telah kucuri di instagram. Menyenangkan.

Perempuan yang tadinya hanya bisa membuat mie instan dan telor goreng. Kini sudah bisa memasak beberapa hidangan. Asal kau tahu saja. Aku semakin mengenal diriku, apa yang menjadi kekuranganku akan aku usahakan untuk menerimanya dan mencoba mencari solusinya. Apa yang menjadi kelebihanku akan aku kembangkan agar ia bisa menjadi kekuatan untukku bisa terus tumbuh dan tidak tersia-siakan. Dan apa yang aku butuhkan bukan hanya apa yang aku inginkan akan lebih kuperhatikan, mencoba memulai dan belajar untuk melakukannya agar tidak bergantungan kepada orang lain.

Curiga abis ini bakalan daftar masterchef, hehehe. sini aku kasih liat foto-foto makanan buatan tanganku. aku ingin sedikit menyombongkan diri. Mungkin bagimu ini terlalu biasa, tapi bagiku ini sebuah pencapaian dan aku bangga. 






Setelah melihat penampilan dari masakanku, apakah kau tertarik untuk mencobanya? atau kau sudah bisa menebak rasanya hanya dari foto? jadi kapan kau maen ke rumah agar aku bisa memasakanmu?


Dari Calon Masterchef (HAHAHAHA)

Tulisan lainnya

Musim Rindu dipelantaran Juni

  Hai Jun~ Ini aku gadis bulan hujan Desember. Senang menyambut hujan dibulan Juni. Setelah mengenal pak Sapardi, aku sempat ingin menjadi...