Kamis, 21 Desember 2023

Halaman Pertama Bab Dua Puluh Lima


Perayaan bab dua puluh lima kali ini tidak begitu berisik. Beberapa pesan masuk begitu pagi dari orang-orang yang mengingat, tapi tidak membuat tidurku terusik sebab ponselku kubiarkan mati. Seharusnya aku pergi ke kedai kopi, berkencan dengan diri sendiri dan menulis surat untuk diriku sendiri, lalu dimeja  ada segelas es amerikano dengan doubleshoot espresso tanpa gula dan es batunya dibanyakin beserta cemilan mix platter. Tapi sayang, keadaan belum sepenuhnya pulih. Aku harus merasa cukup dengan merayakan seorang diri di kamar, dengan alunan musik yang memenuhi ruang dan jemari yang menari di atas tuts keyboard laptop.

Oh tunggu, hari ini aku diijinkan makan mie goreng instan dengan 3 cabe dan telur goreng di atasnya. Kau tahu? Sudah 3 minggu aku tidak memakannya dan rasanya begitu penuh diperut dan hatiku. Kurasa aku berhasil merayakan hariku dengan begitu menenangkan dan mengenyangkan.

Tulisan ini dariku dan untuk diriku. Hai El. Seluruh harap dan doa-doa baik selalu menyertai langkah mungilmu. Melangkahlah kau dengan lebih berani. Sungguh, aku menantimu membebaskan dirimu sendiri dari luka yang kau peroleh di bab sebelumnya. Dan berbahagialah.

Terimakasih sudah menyelesaikan bab 24 dengan begitu baik. Bab 24 bukan hal yang mudah bagimu, bahkan hingga kini. Tak apa. Pelan-pelan, melihatmu tidak berhenti dan masih berprasangka baik sudah cukup membuatku bangga. Aku tahu kau mampu untuk bertumbuh dengan kuat meneduhkan, mekar dengan cantik, dan harum semerbak.

Panjang atau pendeknya usiamu, sama sekali tak sepenting cita-citamu untuk mati dengan hati yang sedang sebaik-baiknya mencintai Tuhanmu. Teruslah menjadi perempuan yang baik, dan lekas pulih lalu kembali mengarungi hal-hal yang kau gemari.

Kuharap kau selalu dalam penjagaan Tuhan dan menjadi kesayangan Tuhan. Kuharap Tuhan memudahkan langkahmu untuk mewujudkan impianmu, memudahkan langkahmu untuk terus beribadah dan menjauhi segala laranganNya. Menjodohkanmu dengan lelaki yang memudahkanmu untuk menaatinya. Mengijinkanmu menjadi manusia yang gembira yang hatinya penuh oleh rasa tenang.

Untuk doa yang sedang gencar-gencarnya melangit untukku, semoga kembali ke pemilik yang melangitkan doa tersebut.

 

Dari bumi yang cuacanya sedang panas-panasnya.

Gadis bulan hujan

Sabtu, 16 Desember 2023

Senin Yang Tidak Akan Kulupakan

 

Ketika kau percaya Tuhan selalu bersamamu dan rencana Tuhan adalah pemberian terbaik untukmu. Ketika kau menerima takdirNya tanpa banyak mempertanyakan hal-hal yang terjadi. Jangan kaget jika hal-hal magis akan kau rasakan.

Sejak mendapatkan tanggal untuk operasi. hari-hari menjadi begitu menyeramkan. Aku mengalami kekeosan. Setiap teringat harus menjalani operasi, membayangkan tubuhku akan disuntik, disayat, dibedah aku menjadi mual dan muntah. Semakin mendekati hari senin tanggal 11 Desember, semakin aku tidak berdaya dan tidurku semakin tidak nyenyak.

Tenang yang beberapa minggu terakhir selalu aku damba-dambakan, yang selalu kusemogakan. Aku mendapatkannya satu hari sebelum operasi dan hari ketika operasi berlangsung. Rasanya begitu magis bagiku. Aku ingat betul ketika terbangun di minggu pagi, suasana hatiku menjadi damai sedamai-damainya, ringan seringan-ringannya. Padahal hari-hari sebelumnya begitu keos. Hari yang begitu aku takutkan ternyata aku mampu melewatinya dengan hati yang begitu lapang dan tabah. Sungguh, semua adalah kehendak Tuhan dan doa orang-orang yang menyayangiku. Aku melihatnya Tuhan begitu menyayangiku.

Hari itu tiba. Senin, 11 Desember 2023. Hari dimana aku akan mendapatkan luka ditubuhku. Aku diantar keluargaku pergi ke rumah sakit di Aro Pekalongan. Rumah sakit unggulan bedah, salah satu alasan kenapa aku memilih rumah sakit ini.

Di rumah sakit itu suasana mirip pasar. Sangat rame. Aku mengambil nomor antrean dan duduk di kursi besi menunggu namaku dipanggil.

“nona Indah Puji Lestari” seorang perawat menyerukan namaku dengan lantang. Mendengar namaku dipanggil, aku berjalan mendekati perawat yang memanggilku. Orang-orang yang duduk dibangku tunggu itu melihatku dengan keheranan, seorang perempuan muda dan terlihat sehat, ternyata juga sedang sakit. Aku melihat beberapa dari mereka, matanya terus mengikutiku memastikan aku memasuki ruangan yang mana. Mereka terlihat seperti penasaran dengan kondisiku. Ya, aku memasuki ruangan poli bedah.

Aku memasuki ruangan poli bedah. Seperti biasa, disambut ramah oleh dokter yang menanganiku, dokter Arsy namanya. sebenarnya dokter yang kutemui dan memberikan diagnosa pertamanya bukan beliau, tapi dokter lain. Hanya saja sebab aku merasa tidak cocok dengan dokter tersebut, merasa  ia terlalu tegas dan tidak ramah membuatku semakin tegang dan takut. Jadilah aku memutuskan mengganti dokter yang menanganiku, dan membuahkan hasil yang sesuai. Bertemulah aku dengan dokter Arsy, dokter yang mengetahui bahwa mental pasien juga perlu diperhatikan, dokter yang suka berbincang dan begitu ramah membuat suasana tegang menjadi sedikit menenangkan.

Di ruangan poli bedah keadaanku dicek kembali, bagian tubuhku yang akan dibedah ditandai dengan bolpoin. Selama proses pengecekan keadaanku, kami berbincang mengenai Kalimantan. Katanya jika nanti aku mendapat ijin kembali untuk pergi ke Kalimantan, aku disarankan menggunakan kapal sebab aku akan mendapatkan pemandangan yang begitu cantik yang akan membuatku takjub. Selesai pemeriksaan, aku diarahkan ke ruang IGD untuk dilakukan tindakan selanjutnya.

Di ruang IGD, seorang perawat perempuan muda menghampiriku. Ia menanyakan kapan terakhir aku makan dan minum. Aku jawab “3 jam yang lalu”. Setelah menanyakan hal tersebut ia meminta ijin untuk memasangkan infus, mengambil darah dan mengecek alergi obat. Aku bilang “mbak, ini pertama kali aku diinfus, jadi aku sedikit takut”. Perawat muda itu mencoba menenangkanku, menyuruhku untuk rileks dan tidak tegang. Ia mulai memegang tangan kananku dan tangan kiriku aku gunakan untuk menutup mataku. Aku hanya pasrah dan merapalkan doa-doa yang sudah kuhafalkan. Percobaan pertama gagal. “mbak Indah jangan tegang, kalo tegang pembuluh darahnya pecah jadinya harus ngulang” kata perawat perempuan itu, lalu ia keluar.

Tidak lama Perawat perempuan itu kembali masuk tapi kali ini ia tidak sendiri, ia bersama rekannya, seorang laki-laki, kini perawat laki-laki itu mengambil alih tugas perawat perempuan. “Takut ya? Diinfus memang sakit sedikit, tapi Cuma sebentar kok. Tadi sudah baca doa belom?” perawat laki-laki itu mencoba menenangkan. “sudah” jawabku. Ia mulai memegang tanganku, memanduku mengepalkan tangan dan menyuruhku rileks. Aku hanya mengikuti perintahnya dengan tangan kiriku yang setia menutup mataku sendiri. “Bismillah ya” ucap perawat laki-laki itu dan aku mulai merasakan benda asing masuk ke kulitku dan rasanya begitu sakit. “sudah selesai” katanya diikuti helaan nafasku yang begitu panjang.

“sekarang disuntik yaa, dicek punya alergi terhadap obat tertentu nggak”. Kata perawat laki-laki itu. Baru saja aku menghela nafas, merasa sedikit lega. “sakit nggak?” pertanyaan polosku kembali terlontar. “kali ini sedikit panas, kayak digigit nyamuk. Bismillah” perawat itu mulai memasukkan jarum suntik ketangan kananku. Aku menjerit,rasanya begitu  sakit, panas, pegel. “nyamuk mana yang gigitannya sepanas ini?” protesku kepada perawat laki-laki itu. ia hanya terkekeh dan bilang “nyamuk tomcat”. Dari sini aku mendapat pelajaran berharga bahwa jangan percaya dengan ucapan seseorang yang bekerja di bidang kesehatan ketika mereka berkata ‘tidak sakit kok’ ‘sakit sedikit kayak digigit nyamuk’ ‘enggak sakit, kayak digigit semut saja’. ucapan mereka bohong. Tapi emangnya ada manusia umur 24 tahun ketipu dengan ucapan seperti itu? ada. Aku. Hahhaha

Setelah rangkaian tindakan itu diberikan, perawat itu menjelaskan bahwa ruang operasi sedang penuh dan banyak pasien yang sedang menunggu untuk bergantian memasuki ruang operasi. Bahkan katanya ada yang dari tadi pagi belum masuk ke ruang operasi. Aku disuruh menunggu kurang lebih 1 jam. Tapi nyatanya aku hanya menunggu 10 menit. Ini sebab aku pasien jalur umum bukan BPJS, jadi aku didahulukan. Aku menggunakan jalur umum sebab aku tidak memiliki kartu BPJS.

Seorang perawat perempuan menjemputku dengan membawa kursi roda. Didorongnya aku menuju ke ruang operasi. Melewati ruang tunggu para pasien. Lagi-lagi aku merasa menjadi sorotan, orang-orang memandangku dengan tatapan heran, penasaran dan iba. Perjalanan membawaku ke pintu dengan tulisan ruang operasi diatasnya. Aku dibawa masuk melewati pintu tersebut tapi ternyata hanya ruang kosong dan bertemu pintu lagi. aku memasuki pintu lagi, ruang yang hanya berisi satu lemari dan beberapa kursi roda, ternyata ruang ganti. Aku menganti pakaianku dengan baju hijau operasi. Setelah menganti baju, seorang perawat lain menjemputku dari balik pintu, aku dibawa masuk ke pintu selanjutnya, melewati beberapa ruang operasi dan sampai di hadapan satu pintu kaca paling ujung, akhirnya aku sampai di tempat dimana aku akan dioperasi. Perasaanku masih seperti awal, biasa saja.

Perawat perempuan itu membuka pintu ruang operasi dan aku mulai memasuki ruangan itu. “dingin sekali” Kalimat yang pertama kali terlontar dari mulutku. kau tahu? Ternyata sikap dinginmu yang sekarang masih kalah telak dengan dinginnya ruang operasi itu. Hhhh. Mataku mulai menyusuri setiap sudut ruang. Ruang operasi yang selama ini aku hanya melihatnya di drama korea, kini aku melihatnya dengan kepalaku sendiri. Rasanya begitu aneh, menemukan diriku yang tidak ketakutan sama sekali.

Aku diarahkan untuk berbaring di meja operasi. perawat perempuan itu terlihat gugup dan sangat cekatan tapi sedikit ceroboh. Ia mulai menyiapkan alat-alat dan menghubungkan dengan diriku. Menyalakan mesin pulse oxymetri dan menghubungkannya dengan menjempitkan dengan jari telunjukku. Lalu mesinnya berbunyi tut..tut..tut..tut.... kau tahu? Rasanya persis seperti sedang menjadi tokoh di drama korea . hahaha. perawat perempuan itu melanjutkan aktivitasnya menyiapkan alat-alat operasi di meja samping kiri. Mengambil kapas dan cairan yang aku sendiri tidak paham. Ketika perawat perempuan itu berlalu lalang dengan kesibukannya, ia tidak sengaja menendang tiang penyangga infusku hingga terjatuh. Bersyukur tubuhku langsung mencondongkan diri kearah kanan hingga infusku tidak tertarik begitu keras.

“mbak, santai saja mbak, kalemm” kataku sambil tertawa. Perempuan itu meminta maaf dan kembali melanjutkan aktivitasnya, kali ini ia menyalakan lampu operasi atau disebut dengan celling operation lamp. lampu itu tepat berada diatas ku. Sangat terang sekali. Aku hanya memperhatikan aktivitas perawat tersebut dengan pertanyaan, ini kapan aku dibiusnya? Kenapa tidak dibius sejak awal aku masuk ruang operasi saja? memperhatikan perawat mempersiapkan semuanya membuatku sedikit berdebar.

Perawat laki-laki masuk keruangan mendekat kearahku dan berkata sesuatu tapi aku tidak mendengarnya dengan jelas. “hah? Bagaimana mas? Aku nggak denger” kataku.

“maaf maaf, suaraku memang sedang serak. Kamu kok senyum senyum sendiri di ruang operasi kenapa? Apa yang lucu?” tanya perawat laki-laki itu.

“hehe gapapa lagi heran aja, biasanya ngeliat operasi di drakor ekh sekarang ada diruang operasi aja ” jawabku sambil memperhatikan dia di meja sebelah kanan.

“nggak takut?. Abis ini di suntik dulu ya, biar ngantuk” katanya

Akhirnya yang kutunggu-tunggu. “deg deg an sii, tapi kan nggak sakit, Cuma tidur saja. obat biusnya tahan berapa lama mas ditubuh?” tanyaku

“ sejam biasanya. tergantung kondisi tubuh masing-masing, berat badan, kekebalan tubuh, gender, usia juga mempengaruhi” jelas perawat laki-laki itu dan mendekat kearah infusku.

“tidur dulu yaa, bismillah.” Setelah disuntikkan, aku hanya berdoa dan pasrah memejamkan mata dan tertidur.

***

“mbak indah?” aku mendengar namaku disebut, tapi tidak tahu siapa. Aku ingin membuka mata tapi masih berat sekali. kesadaranku sedikit kembali. Aku masih diruang operasi ternyata.

“iyaa” aku menjawab dengan suara yang ditelingaku terdengar seperti terseret-seret seperti orang mabuk

“namamu siapa?” suara perempuan kembali mengecek kesadaranku

“indah puji lestari” jawabku dengan suara yang masih aneh. Kepalaku begitu pusing. Lalu aku kembali tidak sadar.

Operasiku berjalan lancar selama 45 menit. Dan selama obat bius memengaruhi tubuhku, aku tidak bermimpi apapun seperti kebanyakan cerita orang-orang. Hanya tidur nyenyak.

***

Aku mendengar suara keluargaku. Ternyata aku berada di ruang pemulihan. Ibuku menanggis. Aku merancau mengatakan “tidak sakit kok, tidak sakit. Sudah selesai.” Aku mengatakannya berulang-ulang kali. Di ruang pemulihan, aku masih terpengaruh obat bius sangat kuat. Kakiku begitu dingin, aku sedikit mengigil, seorang ibu dari pasien lain meminjamkan selimut untuk tubuhku sebab keluargaku tidak membawanya. Setelah menunggu 15 menit dan aku sudah mulai tersadar, aku dipindah ke ruang VIP lantai 2 dikamarku.

Setelah dipindahkan dikamar, Kepalaku masih begitu pusing, perutku begitu mual hingga muntah beberapa kali sebab obat bius masih setia memengaruhi tubuhku. aku masih tidak diijinkan makan dan minum. Tapi sudah bisa diajak berbincang, suaraku sudah tidak terdengar aneh dkepalaku sendiri. Aku sempat menangis sebentar, bukan sebab sakit, tapi sebab aku bangga dengan diriku dan merasa Tuhan begitu baik denganku membantuku melewati ini dengan mudah dan hati yang begitu tenang. Aku dirawat di rumah sakit selama 2 hari dan masih harus kembali pada senin tanggal 18 Desember untuk memastikan aku benar-benar pulih dan mengambil hasil lab tentang operasi yang telah kulakukan. Kuharap hanya di senin tahun ini aku selalu pergi ke rumah sakit untuk mengontrol kondisiku. Senin tahun depan kuharap aku tidak lagi bertemu dengan rumah sakit.

 


Untuk gadis dipotret ini. Hai. Terimakasih yaa atas kerja kerasnya untuk melawan diri sendiri. Kerja yang hebat El. Aku bangga. Sungguh. Hari ini dan seterusnya, aku akan lebih menjagamu dengan baik, lebih mencintaimu dengan cara yang benar. Untuk bekas luka yang kau cemaskan, tak apa~ anggap saja bekas luka itu sebagai bukti bahwa kamu menjadi perempuan yang kuat.

Cepat pulih dengan baik yaa~ kan ada Bandung yang menanti. Kota yang selama ini masuk ke daftar tunggu untuk kau jelajahi. Meski kau kehilangan perjalanan ke Kalimantan. Tak apa~ masih akan ada kesempatan dilain waktu. Tuhan pasti mengantikan dengan perjalanan yang lebih menyenangkan dan menjadi ingatan panjang yang debarannya akan membuatmu antusias menjalani hari-hari yang melelahkan. Sehat-sehat, sebab ada yang lebih penting dari bahagia yaitu sehat.  jangan sakit lagi. sakit itu sepi, menyakitkan, membosankan dan tentu saja sangat mahal. 

Peluk hangat dari aku untuk aku. 

 

 

Jumat, 01 Desember 2023

Gadis Bulan Hujan dan Payung Hitamnya

 

Desember tiba Juga. Awal Desember kali ini disambut hujan seharian penuh. Seharusnya ia menyukai hujan di bulan Desember. Tapi gadis bulan hujan itu menyambut Desember kali ini dengan perasaan gemuruhnya.

Apa kau tahu? Ia baru saja kehilangan payung hitam favoritnya. Payung yang membuatnya merasa aman dan biasa ia andalkan untuk melindungi dirinya dari derasnya hujan. Payung yang membuatnya merasa nyaman sebab tidak perlu takut sampai ditujuan dengan basah kuyup yang berlebihan.

Sekarang gadis itu berjalan di tengah hujan tanpa payung yang melindungi. Ia membiarkan dirinya basah kuyup dihujam ketakutan sebab petir dan guntur silih berganti berdatangan. Seseorang datang menawarkan payung dengan warna pelangi yang begitu cantik. Tapi gadis itu menolak, seseorang itu lupa bahwa gadis itu lebih menyukai warna hitam diantara warna-warna yang ada didunia ini.

Setiap hujan tiba, gadis itu mengingat payungnya. Kini gadis itu lebih memilih berteman dengan hujan. Setiap hujan datang, ia akan mengajak hujan untuk berdansa bersamanya dengan iringan musik paling sunyi. Dengan gerakan tubuh paling sepi. Ia juga tak lupa mengucap beberapa mantra untuk payung hitamnya.

Katanya, siapapun yang menemukan payung hitam itu, semoga bisa menjaga dan merawatnya dengan baik. Meski warnanya tidak secerah payung lain tapi jika kau menelisik lebih dekat dan dalam, payung itu terlihat lebih elegant, mewah dan memiliki nilai jual yang mahal dibanding dengan payung-payung berwarna pelangi itu. Meski payung hitam itu terlihat kuat dan begitu kokoh, tapi hati-hati payung hitam itu sebenarnya rapuh dan butuh perawatan istimewah. Jangan khawatir, payung hitam itu bisa dipercaya, bisa kau andalkan untuk melindungimu dari derasnya hujan dan kau akan sampai tujuan dengan aman dan nyaman. Jadi berbahagialah untukmu yang menemukan dan memiliki payung hitam itu.


Pemalang, satu Desember tahun dua ribu dua puluh tiga pukul setengah dua belas malam.


Gadis Bulan Hujan 

Kuceritakan Kau Sebuah Dongeng

 

Hai, bisakah kau sediakan telingamu barang sebentar?

Aku punya kisah yang ingin ku ceritakan.

Jika enggan?

Kau harus tetap di sini, sebab aku butuh telingamu.

Apa kau perlu kopi? Atau coklat hangat?

Sebentar akan aku buatkan. Sebab kisah ini sedikit panjang

Jadi begini....

Suatu hari. Seorang perempuan bertemu dengan lelaki pemilik sorot mata yang begitu tenang.  Tanpa berfikir dan tanpa persiapan. Perempuan itu menyelam, terus menyelam, dan masih menyelam. Tanpa perempuan itu sadari, ia telah berenang hingga palung paling dalam pada mata lelaki itu. Perempuan itu terlalu asik berenang. Hingga lupa caranya bernafas dan berakhir tenggelam. 

Lelaki itu sadar. Ada perempuan yang sekarat, sebab berenang terlalu dalam pada matanya.Tapi lelaki itu. Ia. Tetap enggan mengajari bernafas dan membiarkan perempuan itu terjebak sendirian.

Perempuan itu mulai panik. Pemilik mata tempat ia tenggelam memilih acuh. Enggan mengajari bernafas, enggan pula mengeluarkan perempuan itu. Begitu egois memaksa tinggal. Membunuhnya perlahan, dengan bersikap diam. Dibiarkanlah perempuan itu tenggelam.

Perempuan itu semakin sekarat. Semakin sesak. Penuh lebam. Ia terluka. Sangat. Perempuan itu sadar, bahwa ia harus beranjak dan mencari sorot mata yang lain. Sorot mata yang mengijinkan berenang tanpa harus takut tenggelam dan terjebak sendirian.

Pada kekuatan yang tersisa, perempuan itu berteriak meminta tolong. “ halo pemilik mata. Tempat aku tenggelam. Bisakah kau mendengar suaraku? Aku ada di palung paling dalam pada matamu. Tolong selamatkan aku. Tolong bawa aku keluar dari matamu. Sebab terjebak di sini sendirian begitu menakutkan dan begitu sesak.” Ucap perempuan itu. 

Lelaki itu mendengar, mendengar begitu jelas. Sebenarnya ia ingin menolong, agar perempuan itu keluar dari matanya. Tapi ia memilih diam. Sebab perempuan itu telah membuka kotak pandora yang tersimpan di palung paling dalam pada matanya.

Lelaki itu membiarkan perempuan itu tenggelam. Ia takut. Jika perempuan itu keluar dari matanya membawa rahasia yang begitu kelam yang selama ini ia sembunyikan.

Lelaki pemilik mata yang begitu tenang. Nyatanya memiliki kotak pandora yang ia sembunyikan selama ini. Sebuah rahasia kelam. jika kau melihat kotak pandoranya. Kau ingin tinggal tapi Kau akan merasa sesak dan sulit bernafas.

Rabu, 29 November 2023

Apa Malam Sudah Semakin Larut?

 

Hai, apakah kau dari luar? Apakah di luar langit sudah gelap? Kurasa malam sudah semakin larut, aku mulai hanyut dalam takut sebab pikiranku semakin kalut. Aku sudah tahu kau akan datang. Kemarilah, kau boleh duduk sejenak di sini. Tapi kurasa kali ini tidak akan nyaman, aku membawa kabar kurang menyenangkan.

Bajumu sedikit basah, kurasa gerimis sudah datang. Bukankah rasanya sudah seperti November akan berakhir? Hujan seringkali tiba tanpa aba-aba. Kau tahu? Aku menyukainya, suasana bulan hujan, aku suka. Mungkin sebab aku lahir di bulan hujan. Entahlah~ Tapi satu yang membuatku tidak suka bulan hujan, aku selalu merasa khawatir jika orang yang kusayangi melakukan perjalanan dan berkendara di saat hujan. Kuharap kau selalu hati-hati ketika berkendara, kurangi kecepatanmu dan jangan bermain ponsel ketika berkendara, dan semoga kau selalu dalam penjagaan Tuhan.

 Aku tidak menghidangkan kopi karena cerita kali ini akan terasa pahit. Secangkir teh hangat tawar untukmu, tentu dengan harapan bisa meredam emosimu. Kabarmu bagaimana? Semoga baik, sehat dan bahagia yaa~. Kabarku? Aku sedang tidak baik dan tidak sehat.

Beberapa hari yang lalu, aku memberanikan diri untuk ke rumah sakit karena aku merasa ada yang aneh ditubuhku. Setelah bertemu dengan dokter di poli umum aku diarahkan untuk ke dokter bedah. Setelah menjalani pemeriksaan, dokter bilang “kamu sendiri?”

“iyaa dok, sendiri” jawabku

Tanpa basa-basi dokter langsung menyuruhku untuk operasi. “sudah siap operasi?” katanya sambil mencoret-coret kertas.

Saat itu rasanya menelan ludah saja begitu sulit. Aku tercekak. Pikiranku kosong, kakiku terasa lemas. Sebenarnya aku sudah mempersiapkan diri menerima segala kabar kurang baik, tapi rasanya tetap saja mengagetkan. “hah? Bagaimana dok? Jadi apa? Dok? Aku butuh penjelasan lebih, apakah bahaya? Apakah harus operasi?”

“itu harus diangkat agar kita bisa tahu apakah tumor itu jinak atau ganas. Bahaya kalo didiemin terus. Lama-kelamaan bisa jadi kanker. Jadi sudah siap dioperasi?” dokter itu menjelaskan dengan cukup tegas.

“saya harus ngobrol dengan keluarga saya terlebih dahulu dok” jawabku dengan pikiran yang sudah berisik

Setelah keluar dari ruang pemeriksaan, aku tidak langsung pulang, karna harus menyelesaikan pembayaran terlebih dahulu. Badanku masih terlalu lemas, di kursi tunggu itu yang ada dikepalaku ‘bagaimana cara mengatakan ke orangtuaku? Bahwa anak perempuannya yang terlihat lincah, ceria dan sehat ternyata sakit dan harus dioperasi.’

Butuh beberapa hari untuk menenangkan diri menerima yang terjadi. Kau tahu? Perkara alat medis aku sangat pengecut. Hingga kini aku tidak pernah mengetahui golongan darahku sendiri, meski untuk mengetahuinya hanya butuh beberapa detik dan sakitnya seperti digigit semut, katanya. Tapi kujelaskan sekali lagi, aku sangat pengecut. Hingga umur 24 tahun, aku tidak  pernah di infus. Selama ini hanya berurusan dengan jarum suntik, itu pun saat SD dan menerima vaksin corona lalu. Tentu terjadi kejadian yang memalukan sebab kepengecutanku ini.

Tapi sekarang, aku harus meredam ketakutan dan memberanikan diri untuk melakukan operasi. Membayangkan tubuhku akan dibedah, membuatku sudah keos terlebih dahulu. Aku selalu mual ketika pikiran itu terbesit dikepala, kaki dingin dan lemas. Tapi kata dokter, tidak akan sakit, aku hanya perlu pergi ke ruang operasi dan tertidur sebentar, lalu bangun dan aku akan kembali sehat.

Setelah berhasil menenangkan diri dan mengumpulkan keberanian, aku berbicara ke ibu dan bapakku. Kau tahu? Ibuku langsung menangis, bapakku terdiam dengan ratap kerasnya. Aku? Tentu tidak menangis di depan mereka. Aku seperti biasa, menenangkan mereka dengan sikap bahwa aku berani dan semua akan baik-baik saja. Ibu bilang “kenapa harus anakku?”. Lalu aku menjawab “karena Allah sangat sayang dengan anak perempuanmu ini, menurut Allah anak perempuanmu ini anak yang kuat.”

Dan tanggal 4 Desember besok, aku akan kembali ke rumah sakit untuk mengatur jadwal operasiku. Kau juga tak perlu khawatir, kau kenal aku kan? aku akan berjuang dan akan baik-baik saja. Meski sempat membuatku keos dan tidak percaya diri sebab ditubuhku akan terdapat bekas luka. Tapi tak apa, bekas luka itu tanda bahwa aku perempuan yang kuat kan?

Kau tahu? Aku melihatnya Tuhan begitu baik denganku. Mungkin dengan cara ini, aku diberi ampunan atas segala dosa yang kulakukan. Aku juga paham, bahwa ini adalah kehendak Tuhan dan takdir terbaik yang kujalani. Ujian ini aku sudah ikhlas menerimanya karena aku tahu Tuhan tidak menguji hambanya di luar batas kemampuannya. Itu artinya aku mampu melewati ini dan aku hanya perlu bersabar sekaligus ikhlas menerima pemberian Tuhan. Sebab aku yakin selalu ada hal baik di dalam suatu kejadian yang menimpa kita. setelah memahami ini aku menjadi tenang. Tapi aku hanya manusia yang kadang masih suka merasa takut atas hal-hal yang belum pernah kulakukan.

Kau bisa menarik nafas terlebih dahulu dan meminum teh hangat tawarmu. Kau terlihat tidak nyaman. Jika kabar ini membuatmu kaget. Tolong maafkan dan maafkan juga atas kesalahanku apapun itu, dan jika tidak merepotkan tolong doakan untuk kesembuhanku. Bagaimana? Kau masih tertarik dan penasaran dengan perempuan ini? Perempuan yang sebentar lagi akan memiliki bekas luka ditubuhnya.

Oh iyaa. Kau kesini lewat mana? Jalan utama menuju ruang imaji sekarang sudah tidak bisa diakses. Benar, instagramku diretas seseorang. Aku sudah kehilangan instagramku. Kini aku memiliki akun instagram lain. Dan apa kau tahu? Rasanya tidak panik ketika kehilangan akun itu, seperti yasudahlah mau bagaimana lagi. kejadian Kehilangan sebelumnya, sudah membuatku begitu berantakan dan kurasa itu menjadikanku ketika bertemu kehilangan-kehilangan yang lain rasanya biasa saja. lagi pula, aku sudah kembali ke tempat persembunyianku. Aku lebih nyaman di sana sebab kau, mereka dan semua orang yang mengenalku tidak ada di sana.

Kurasa tulisanku sudah terlalu panjang dan terasa gelap. Terimakasih sudah mau membaca hingga akhir. Jangan khawatir, jika langit terlihat sangat gelap itu artinya sebentar lagi akan ada terang. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya. Tolong jaga kesehatanmu, sebab ada yang lebih penting dari bahagia yaitu sehat.


Dari Pemalang yang sedang diguyur hujan di Penghujung November. 

Minggu, 25 Juni 2023

Teruntuk El yang Berumur 24 Tahun

Banyak tulisan yang aku buat untuk orang lain, tapi aku lupa membuat surat untuk diriku sendiri. Jadi surat ini aku peruntukan untuk diriku sendiri yang sedang menjalani usia 24 tahunnya.

Hai El, apa kabar? Sedang tidak baik-baik saja kan? tidak apa~ hidup memang seperti ini. Kan malah aneh kalo hidup selalu baik-baik saja. nanti malah kamu nggak bisa bersyukur. Nanti kamu nggak tahu nikmatnya ngeliatin langit ketika hari lagi capek-capeknya.

Beberapa tahun terakhir banyak hal-hal menyebalkan yang menganggu pikiran kan? banyak kejutan-kejutan yang terjadi, yang seringkali bikin tidur tidak nyenyakkan?. Tidak apa~ kan kamu pandai berprasangka baik, percaya saja, Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang bakal bikin kamu senyum-senyum pada akhirnya.

Sekarang umur 24 tahun, bagaimana rasanya berada di umur yang sudah dianggap dewasa? Susah ya? Capek ya? Berat ya?. Apalagi ngeliat teman-teman seumuran udah pada kerja, udah bisa ngasih duit ke orang tua, jajanin adek dan ponakan pakai duit sendiri, beli barang hasil kerjakeras sendiri, ditambah teman-teman deket juga tahun ini pada nikah.

Sesekali iri gapapa kok, tapi jangan terlalu meratapi ya. Lihat dirimu, banyak yang iri juga sama posisimu saat ini. Bisa kuliah lagi dengan beasiswa full dari pemerintah itu juga suatu prestasi yang nggak semua orang bisa dapetin. Punya orang tua yang selalu ngasih fasilitas penuh tanpa syarat dan ketentuan apapun juga suatu keuntungan yang nggak semua temenmu masih dapetin. Lihat? Yang kamu pengen, kayak mau makan apa bisa, mau jajan apa bisa, beli barang yang kamu ingin juga bisa, mau maen kemana aja juga bisa. Nggak semua temenmu seberuntung ini, El. Yaa walaupun kamu juga nggak seberuntung temenmu yang dikasih suport emosional dan tempat cerita sii. Haha. Gapapa-gapapa kan masih ada aku. Selalu. Tapi El, doa orangtuamu selalu memelukmu. Aku yakin itu. Lihat saja hidupmu selalu dipermudah, itu semua karena doa-doa orangtuamu.

Umur 24 tahun sudah sering ditanya kapan nikah kan? Kemaren aja waktu aku maen ke rumah saudara yang ditanya bukannya kabar malah ditanyain calonnya mana. Sebel tau, udah gitu nggak ada basa-basinya lagi. Padahal ya El, aku nganggep diriku ini masih muda banget buat nikah, pas ngaca juga aku ngeliat diriku masih terlalu imut-imut. Hahaha. Tahun ini dapet berapa undangan pernikahan? Banyak banget ya? Kalo yang nikah bukan teman deket si rasanya biasa saja kan El. Tapi masalahnya tahun ini ketiga teman deketku pada mau nikah. Eva, Alsya, Resi. Perkumpulan manusia Gemini ini bakal nikah di tahun ini. Rasanya dapet kabar mereka mau nikah itu seneng banget meski sedih juga si. seneng karena mereka akhirnya udah nemuin pasangan hidup yang mereka cari. Sedih karena mereka udah nggak bisa diajak maen secara dadakan lagi.

El, jika teman-temenmu sudah pada ngebet nikah, dikit-dikit ngobrolin ingin nikah Cuma ingin hidup enak, karena mereka menganggap pernikahan sebuah tujuan hidup, kalo sudah nikah mereka bakal merasa nyaman, jadi mereka ingin nikah cepet tapi nggak ada persiapan apapun dari dirinya. Aku tahu kamu berbeda. Kamu sendiri yang bilang, kalo pernikahan itu suatu fase yang bakal kamu lewatin, Pernikahan bukan tujuan hidup kamu. Jadi kamu nggak akan buru-buru soal nikah. Kamu juga percaya Tuhan bakal mendatangkan laki-laki baik di waktu yang tepat. Meski agak sedikit lama dari teman-teman tidak masalah kan? yang penting kamu nikah dengan orang yang tepat. Soalnya seumur hidup terlalu lama untuk dihabiskan dengan orang yang tidak tepat. Semoga kamu bisa nikah dengan lelaki yang mencintaimu dan kamu juga mencintainya.

Tapi El, pernikahan nggak cukup dengan saling cinta saja. kamu harus mulai belajar yaa. Setidaknya kamu harus punya bekal ilmu dasar. Seperti yang kamu tahu, pernikahan itu nggak seindah cerita fiksi yang kamu baca. Belajar fiqih pernikahan, belajar psikologi penikahan dan pasangan, belajar ilmu parenting, belajar komunikasi yang baik, belajar pengelolaan emosi yang sehat itu lebih penting dari resepsi. Jadi ketika kamu melangkah kepernikahan setidaknya kamu punya dasar ilmunya dan kamu sudah dewasa secara pemikiran dan juga emosional. Jadi kamu bisa berperan sebagai seorang istri dan seorang ibu yang baik, yang bisa dibanggain oleh suami dan anak-anakmu kelak. Semoga.

Dan belajar masak juga tolong. Ya kali umur 24 tahun cuma bisa masak nasi goreng dan aneka telur, El? Nggak kasian suamimu tiap hari makannya pakai telur terus? Pagi pakai telor goreng mata sapi, siang pakai telor goreng dadar, malem telor goreng orak-arik. Bisa-bisa bisulen El suamimu. Hahaha. Iyaa, dari kecil kamu emang nggak pernah dituntut dan diajarin buat masak karena ada yang bantu-bantu buat ngurusin rumah. Tapi sekarang, belajar masak ya, di google kan banyak resep. Lagian kamu kan nggak tahu, setelah nikah nanti kamu bakal tinggal dimana. Bakal nikah dengan lelaki yang seperti apa. Kalo nanti harus tinggal bareng mertua bagaimana? Nanti kamu kena omelan karena nggak ngerti bumbu-bumbu dapur dan nggak bisa masak. Nanti kalo kamu punya anak, terus dia merantau. Yakali dia nggak ngrasain rindu masakan ibunya?, kamu harus bisa masak pokoknya, kan nggak keren kalo suamimu cerita ketemen-temennya kalo kamu nggak bisa masak. Hahaha

Ini salah satu yang bikin aku khawatir kalo kamu nikah, El. Kalo masalah beberes mah, nggak diraguin lagi. Semoga saja nanti dapet lelaki yang bisa ngimbangin ini ya. Karena kasian suamimu nanti kalo kena omelanmu terus gara-gara naruh baju/ handuk di atas kasur, ngambil barang nggak dibalikin di tempat awalnya, ngambil baju dilemari tapi langsung ditarik nggak diangkat dulu.

Setiap perempuan pasti punya pernikahan impian kan? Kamu gimana, El? Masih ingin nikah dengan konsep intimate wedding? Kamu kan selalu ngomong kalo ingin nikahan yang sederhana tapi rasanya bermakna dan Cuma ingin ngerayain sama teman-teman yang bener-bener kamu kenal. Semoga keinginanmu tercapai ya. Biar nggak perlu ngrasa takut canggung harus senyum, salaman dan foto sama orang-orang yang nggak kamu kenal. Semakin gede, aku juga ingin kayak gitu. Karena sayang aja nggak si ngabisin duit segitu banyaknya hanya untuk gengsi dan ngasih makan ego, padahal kebutuhan setelah nikah juga nggak kalah besarnya. Apalagi kalo tiba-tiba dikaruniahi buah hati, wah pengeluaran pasti bakal bengkak tuh, sudah begitu juga harus mulai punya tabungan buat si anak sekolah. Gilak ya El, pikiran kita jauh banget sudah sampe anak, padahal calonnya saja belom ada. Hahaha

El, sudah dulu yaa, aku mau ngerjain tugas kuliah lagi, soalnya dosennya galak. Nanti aku nulis surat lagi buat kamu. Makasih ya udah selalu nemenin aku, nggak pernah ninggalin aku. Makasih udah mau tumbuh dengan baik di tengah hal-hal yang menyebalkan. Meski banyak yang nganggep kamu kayak bocah, tapi aku tahu pemikiranmu jauh lebih dewasa dibanding mereka yang suka mengaku-ngaku dewasa di depanmu. El, maaf ya kalo aku kadang masih suka nggak percaya sama kamu, masih suka nyalahin kamu atas hal-hal yang sebenarnya bukan salahmu, maaf yaa. Dan kurang-kurangin ngrasa nggak enakannya. Gapapa kalo sesekali bilang enggak dan bersikap egois demi kenyamananmu.

Aku yakin kamu bakal tumbuh dengan baik dan menjadi manusia dewasa yang baik. Aku yakin kamu bakal nemuin kebahagiaanmu apapun itu. Sehat-sehat, baik-baik. Selalu jadi El yang riang ya. Terus tumbuh, mekar dengan cantik, dan bermanfaat.

Dari aku yang bangga dan akan selalu ada buat kamu.

 

Kamis, 06 April 2023

Aku Kembali, Barangkali Kau Rindu.

 

Hai, bagaimana kabarmu? Lama tidak menyapamu bukan? Apa kau punya waktu? Bisakah kau sediakan waktumu barang sebentar? Ada cerita yang ingin kubagi denganmu, barangkali kau juga rindu mendengarkanku berceloteh. Apa kau perlu kopi? Atau cokelat hangat? Sebentar akan aku siapkan, sebab cerita kali ini sedikit panjang.

Sebelumnya aku ingin meminta maaf, sebab lama tidak mengunjungi ruang imaji. Ternyata sudah setahun aku tidak menulis apapun dan berbagi kisah denganmu. Aku akan mencoba memberi penjelasan, situasi yang terjadi setahun belakang kenapa tidak ada tulisan baru di ruang imaji.

Jadi begini....

Setelah merampungkan pendidikan sarjana dan resmi mendapat gelar. Aku mengemas semua barang beserta kenangan yang aku miliki di Semarang dan membawanya pulang ke rumah di Pemalang. Satu hari setelah aku diwisuda. Untuk ucapan perpisahan, aku menyempatkan mendatangi beberapa tempat di Semarang yang kiranya akan aku rindukan.  Tempat yang pertama aku kunjungi adalah Gramedia Pandanaran, sebab aku selalu mampu menemukan kesenangan di tempat ini, sebuah tempat terjadinya perampokan isi dompet yang tidak pernah kusesali. Setelah menghabiskan waktu berjam-jam berkeliling melihat koleksi buku-buku dan berakhir kebingungan memilih buku mana yang kiranya harus kumiliki terlebih dahulu. Akhirnya aku membeli 2 buku. Seni Merayu Tuhan oleh Husein Ja'far Al-Hadar dan buku Cinta Keindahan Kesunyian oleh Kahlil Gibran.

Setelah merasa puas di Gramedia, seperti biasa, ada rutinitas yang aku lakukan setelah dari sana yaitu mengonsumsi es krim. Aku berjalan dari Gramedia menuju CL Mall  untuk membeli es krim di McDonald’s. Setelah mendapatkan es krimku, aku memilih tempat duduk dan mulai menyantap dengan perlahan sambil melihat orang-orang berlalu lalang.

Setelah eskrim habis, aku memesan gojek untuk menuju ketempat selanjutnya, ke kota lama mendatangi tempat kedai kopi Tekodeko. Setelah memesan es cappucino aku memilih tempat duduk di lantai 2, lagi-lagi dengan alasan agar bisa mengamati jalan dan melihat orang-orang berlalu lalang. Aku menghabiskan waktu untuk membaca buku yang telah kubeli tadi. Hingga lampu jalanan mulai menyala dan langit telah berubah warna menjadi gelap. Aku memutuskan untuk ke kembali ke kos dan mengambil barang lalu menuju pulang ke Pemalang dengan kereta. Aku kembali ke Pemalang dengan perasaan lega, sebab aku telah berhasil mengucap selamat tinggal kepada Semarang dengan cara yang menyenangkan.

Di Pemalang semuanya berubah. Perasaan lega itu hilang. Sejak Juni hingga November pikiranku berantakan. Aku berusaha keras untuk mendapatkan pekerjaan, aku mencoba mengirim lamaran ke berbagai perusahaan, tapi pada akhirnya hasilnya sama. Di tolak berulang-ulang berbulan-bulan. Malam yang seharusnya bisa mengusir penat malah jadi melelahkan, sebab harus bertengkar dengan diri sendiri. Memiliki gelar S.Pd tapi tidak ada keinginan bekerja menjadi Guru. Mencari pekerjaan diluar pendidikan tapi tak kunjung dapat. Hingga pada bulan September, aku akhirnya luluh oleh bujuk keluargaku untuk mengikuti seleksi PPG (Pendidikan Profesi Guru). Tiga bulan aku mengikuti berbagai tahapan seleksi dan Sialnya semuanya dipermudah. Hingga Desember aku mendapatkan kabar, bahwa aku kembali menjadi mahasiswa dan ditempatkan di Universitas Pancasakti Tegal. Sungguh diluar dugaan.

Tapi kau tidak perlu khawatir, sekarang aku sudah berdamai dengan pilihanku. Sebab aku percaya, misi Semesta jauh lebih menarik ketimbang punyaku. Tuhanku paling paham apa-apa yang hambaNya ini butuhkan dan mana yang paling baik untukku. Yang perlu kulakukan sekarang hanya berusaha dan menikmatinya bukan?, dengan begitu Tuhan akan senang jika pemberianNya diterima baik oleh hambaNya.

Sejak Desember kemarin, aku sudah mulai aktif berkuliah dan mengalami kecemasan sebab harus beradaptasi dengan lingkungan yang berisi manusia-manusia yang usianya dan pengalamannya jauh diatas diriku. Di tengah-tengah kesibukanku menjadi mahasiswa kembali. Aku masih suka menyempatkan ke kedai kopi. Memesan segelas es americano tanpa gula dan sepiring cemilan mix platter. Selesai memesan, aku pergi ke tempat duduk dipojok dan paling belakang. Tempat yang menurutku, aku bisa mengamati orang-orang yang berlalu lalang dan sibuk dengan kegiatan mereka.

Seperti malam ini, aku melihat seorang lelaki dengan perawakan tinggi dengan rambut yang pendek tapi terlihat berantakan, ia mengenakan kemeja panjang berwarna cokelat muda dan bagian lengannya ia lipat hingga siku, sangat cocok dengan tubuhnya . Ia masuk dan memilih tempat duduk di sebelah jendela. Tatapan mata yang mirip pasar malam selepas hujan. Meski nyala terang tapi sepi dan dingin. Ingin rasanya bergabung di mejanya, meminjamkan sepasang telinga untuk mendengarkan segala keluh yang sepertinya telah lama dibungkamnya sendiri.

Mata lelaki itu terus menatap meja dihadapannya. Tanpa sadar mataku mengikutinya, pemandangan yang menyenangkan. Di dekat bar, terlihat sepasang kekasih yang sedang asik berbagi cerita berserta tawa yang renyah dan sesekali saling menyuapi makanan. Begitu manis.

Mereka berhasil membangunkan imajinasiku dan menghadirkan kamu dalam pikiranku, tentang bagaimana jika kita menghabiskan waktu duduk berdua di kedai kopi. Membicarakan apapun. Dari obrolan berat seperti politik, rumus fisika, sejarah, ataupun perkara agama.

Jika kau mulai bosan kita bisa membicarakan berita yang sedang hangat diperbincangkan khalayak umum seperti “kenapa Indonesia gagal menjadi tuan rumah piala dunia U20?”

Kita juga bisa mengomentari hal-hal acak, “bagaimana rasanya menjadi lampu jalanan?” atau “kenapa bantal guling hanya ada di Indonesia?” -misalnya.

Kita juga bisa berbagi kisah dan menertawakan kegagalan-kegagalan yang pernah kita lewati. Kamu tidak perlu risau mengenai ketakutakanmu kehabisan bahan obrolan. Otak kecilku ini punya segudang bahan obrolan dan setumpuk cerita yang ingin kubagi denganmu. Kau hanya perlu menyediakan telingamu. Jika memang kita kehabisan bahan obrolan, menikmati sunyi bersamamu masih akan terasa menyenangkan. Saat itu, kita akan menjadi dua orang yang lupa waktu dan aku akan menjadi perempuan yang paling bersyukur bisa menghabiskan waktu denganmu.

Lamunanku menghabiskan waktu denganmu buyar. Sebab para barista telah berbenah. Ada yang mengelap meja bar, ada yang mengangkat kursi-kursi dan diletakkannya diatas meja, dan ada yang menghampiriku untuk mengatakan “maaf kak, kami sudah akan tutup.”

Karna aku sudah diusir, Kurasa aku harus menyudahi tulisanku kali ini, sebab ceritaku sudah terlalu panjang dan sudah melantur. Setelah mendengarkanku bercerita, apa kau bisa sedikit mengerti kenapa aku tidak menulis selama setahun belakangan? Kuharap kau mengerti. Terimakasih untukmu yang sudah mau membaca hingga akhir. Sampai jumpa di tulisan-tulisanku berikutnya dan selamat berpuasa.

Tulisan lainnya

Musim Rindu dipelantaran Juni

  Hai Jun~ Ini aku gadis bulan hujan Desember. Senang menyambut hujan dibulan Juni. Setelah mengenal pak Sapardi, aku sempat ingin menjadi...